E m p a t

124 2 0
                                    

Acara pernikahan berjalan dengan lancar dan melelahkan. Ada sekitar 1 juta undangan yang datang. Padahal Alex hanya mengundang kerabat dan rekan bisnis saja. Pernikahan selesai pada pukul 10 malam. Allicia dan Alex pun pulang ke rumah mereka dan langsung pergi ke kamar. Alex masih meminta Louissa untuk merapikan seluruh hadiah pernikahan. Allicia pun lebih dulu membersihkan dirinya dan memakai sebuah lingerine tipis berwarna hitam gelap. Menurut Louissa, bagi seorang pengantin ini adalah sebuah ritual.
Allicia duduk di pinggir ranjang dan menunggu pangeran impiannya datang dan memberikannya sebuah kehangatan malam ini.

Ceklek

"Mengapa kau memakai pakaian itu?"

"Apa maksudmu?"

"Kau sudah tidak perlu bersandiwara lagi. Aku akan tidur di kamar tamu. Beristirahatlah."

Allicia tidak percaya dengan perkataan Alex. Ia langsung berdiri dan menatap Alex.

"Lalu apa artinya pernikahan ini?" Suara Allice berubah menjadi bergetar. Ia sedang menahan amarah dan emosi nya.

Alex berbalik ke arah Allice dan menatapnya.

"Kita hanya menikah untuk mendapatkan keuntungan masing-masing bukan? Jadi jangan kau anggap semua ini serius. Dan karena aku telah membayar mahal kau harus melayaniku setiap malamnya jika aku mau." Alex berjalan meninggalkan Allicia.

"Hei!! Kau pikir aku ini apa!!" Allice sudah tak bisa menahan amarahnya. Ia berteriak ke arah Alex dan itu membuat Alex membalikkan tubuhnya.

"Kau adalah j a l a n g. Dan Aku adalah tuanmu. Mengerti?"

"Brengsek!! Lebih baik aku pergi dari rumah ini !!"

"Lakukanlah. Itu akan lebih baik bagiku." Alex keluar dari kamar dengan begitu mudahnya. Allicia hanya bisa memandang ke bawah dengan air mata yang sudah turun dengan deras. Refleks ia terjatuh ke lantai dan langsung meringkuk. Ia tidak menyangka bahwa nasibnya akan selalu buruk seperti ini.

Allicia tertidur dalam posisi yang sama. Matanya bengkak dan memerah. Rambutnya berantakan tak karuan. Pakaiannya pun tersingkab kemana-mana.

      ***

"Nyonya. Bangunlah kau akan sakit bila tertidur di bawah." Louissa memegang lengan Allicia dan menggoyangnya. Namun tak ada respond dari Allicia.

"Nyonya! Nyonya!" Allicia pingsan karena suhu tubuhnya saat ini tinggi. Ia demam tinggi saat ini. Louisa pun menggendong Allicia ke atas ranjang. Ia merebahkan tubuh Allicia dan mengganti pakaiannya. Louisa langsung menelepon doktor dan memintanya datang.

"Ia hanya kekurangan darah dan kelelahan. Ada beberapa obat yang perlu diminum. Pastikan ia meminumnya dengan rajin."

"Terima kasih dok."

Alex pulang ke rumah karena ia ditelepon oleh Louisa. Bukan berarti ia khawatir, tetapi ia hanya ingin dikenal sebagai suami yang baik.

Allicia sudah mulai membuka kelopak matanya. Silaunya lampu membuat matanya terus berkedip. Alex yang melihatnya hanya bertanya saja.

"Bagaimana keadaanmu?"

Allicia tidak menjawab pertanyaan Alex. Ia sudah tidak ingin berhubungan dengan Alex. Ia bahkan tidak akan bicara satu katapun dengannya. Allicia hanya memalingkan wajahnya dan memanggil louisa.

"Lou!! Kemarilah."

"Ya nyonya. Ada apa?"

"Apa ada kamar pelayan yang masih tersedia?"

"Ya ada. Tetapi keadaan kamar itu tidak membuat nyaman."

"Baiklah. Bersihkan kamar itu."

"Untuk apa nyonya?"

"Lakukan saja!" Louisa yang melihat keadaan Allicia sedang tidak baik ia pun langsung pergi keluar untuk merapikan kamar pelayan.

"Apa yang ingin kau lakukan dengan kamar itu?"

Lagi-lagi Allicia tidak menjawab sama sekali. Ia malah bangun dan pergi ke kamar mandi.

"Aku bicara denganmu nyonya Allicia!! Jawablah!!" Alex menarik pergelangan tangan Allicia.

"Oh kau bicara denganku? Maafkan aku tuan. Budakmu ini memang tak tahu malu."

"Apa yang akan kau lakukan dengan kamar itu?"

"Tentu saja aku akan pindah ke kamar itu! Bukankah seorang budak tidak tidur di kamar tuannya?!" Kali ini Allice melepaskan genggaman tangan Alex dengan kasar. Ia berjalan ke arah kamar mandi dengan gontai dan membanting pintunya. Alex hanya bisa diam dan tak bisa melakukan apa-apa.

Allicia sudah selesai membersihkan diri. Ia memakai pakaian yang ia pakai waktu pertama kali ke rumah ini. Ia berniat untuk pulang dan mengambil pakaian lamanya. Ia sudah berprinsip untuk tidak memakai apapun yang dibeli oleh uang Alex.

Untungnya siang ini Alex sudah pergi ke kantor. Ini lebih baik untuk Allicia karena ia akan terbebas dari Alex.

"Louisa aku akan keluar sebentar."

"Baiklah nyonya."

Allicia sudah mengambil seluruh pakaiannya. Ia kembali ke rumah Alex dan merapikan kamarnya.

"Kamar ini memang berbeda sangat jauh dengan kamar Alex. Tapi tidak apa-apa. Semua ini akan lebih baik dengan tidak adanya Alex."

Allicia merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Tak terasa ia tertidur hingga malam hari. Ia terbangun pukul 10 dan berniat untuk mengambil handphone nya yang masih berada di kamar Alex.

Allicia mencari handphone nya di seluruh penjuru kamar. Namun nihil,tidak ada sama sekali.

Brakk

Lagi-lagi kamar Alex terbanting dengan keras, itu membuat Allice langsung membalikkan badannya dan melihat Alex yang saat ini tengah berjalan ke arah Allicia perlahan. Matanya gelap dipenuhi oleh nafsu. Allicia berjalan mundur. Ia takut dengan sosok Alex malam ini. Tanpa disadari Allicia sudah terpojok di sudut kamar. Alex pun semakin mendekatinya.

"Mengapa kau mengkhianatiku Valentine." Alex bergumam sambil terus berjalan mendekati Allice.

"Apa maksudmu Alex? Siapa Valentine?"

Alex mencium kasar bibir Allicia. Ia tidak memberi jeda sama sekali. Allicia kehabisan nafas dan ia pun memukul dada Alex.
Alex mendorong Allicia hingga tubuhnya terjatuh di atas ranjang. Alex merobek pakaian Allicia kasang kemudian langsung menindihnya.

"Hentikan Alex. Kau menyakitiku."

"Diam jalang!!" Tanpa aba-aba Alex memasuki Allicia. Allicia merasakan perih di daerah sensitif nya. Tentu saja,Allicia belum teransang sama sekali. Allicia tidak mengeluarkan suara desahannya. Justru ia menangis dan menahan sakit. Setelah Alex mendapatkan pelepasan ia langsung pergi keluar kamar. Ia tidak memperdulikan isterinya yang saat ini sedang kesakitan akibat ulahnya. Allicia hanya meringkuk dengan tubuh yang ditutupi selimut. Ia menangis namun tidak meraung-raung. Ia hanya sesekali memanggil kata papa saja. Allicia tidak tidur semalaman. Ia hanya menangis dan menangis.

***
Tbc

Our sad endingWhere stories live. Discover now