T i g a

164 2 0
                                    

"Kau sudah siap?" Alex berada di ambang pintu rumah Allicia.

"Tentu. Tapi kapan kita akan bertemu dengan orang tuamu?"

"Tidak perlu. Papaku sudah menyetujuinya. Lebih baik sekarang kita pergi ke rumahku saja. Mungkin dengan waktu yang lebih cepat kau akan mudah beradaptasi."

Allice hanya bisa menganggukkan kepalanya. Sepanjang perjalanan tidak banyak terjadi percakapan. Allice hanya bisa memandang ke depan dan sesekali menyenderkan kepalanya. Tak terasa Allice tertidur. Mungkin karena hari ini ia terlalu lelah. Alex pun tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa menggendong Allice dan memindahkannya ke kamar Alex. Lebih tepatnya kamar mereka kelak.

Alex berniat untuk pergi menemui kakeknya untuk memberi kabar bahwa ia akan memenuhi syarat sebagai pemilik perusahaan. Ia meninggalkan Allice sendirian dan menitipkannya kepada kepala pelayan yang bernama Louissa.

Allice baru terbangun saat ia ingin buang air kecil. Ia langsung terbangun dan melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Sudah pukul 7 malam. Ah kebiasaanku ini memang tidak pernah bisa hilang. Tapi,aku dimana. Seingaktu tadi siang Alex membawaku ke rumahnya. Apa mungkin ini rumahnya."

Allicia melihat setiap jengkal ruangan ini. Sangat terlihat elegan dan klasik. Perpaduan antara hitam dan putih yang menyatu dengan indah. Di kamar ini terdapat banyak fasilitas. Ranjang yang berukurang king size berpahatan klasik. Sebuah lampu kristal yang menggantung indah dan sebuah lemari kaca berisikan beberapa minuman.

"Whoa-" hanya suara itu yang dapat Allice keluarkan. Ia sangat kagum dengan semua hal yang Alex miliki.

Brakk!

Kamar pintu Alex terbuka dengan kasar dan memperlihatkan seorang pria yang mengenakan jas berwarna abu dengan dasi hitam yang sudah dilonggarkan. Itu bukan Alex, Allicia pun tak tahu siapa pria itu.

"Siapa kau!!"

"Lupakan!! Puaskan aku malam ini jalang!!" Pria itu berjalan ke arah Allicia. Pria itu sedang mabuk berat sepertinya ia sedang dalam masalah.

"Ja-jangan sentuh aku! Pergi!"

"Kenapa!! Apa karena kau adalah tunangan saudaraku?! Dan kau akan menjadi nyonya di sini!! Lakukanlah tetapi puaskan aku dulu malam ini."

Pria itu menindih Allice kasar sehingga membuat Allice sedikit terpentok dengan kepala ranjang. Pria itu hendak mencium Allice namun Alex masuk dan langsung melempar pria itu.

"Pergi kau! Jangan sentuh dia!" Alex memegang kerah pria itu dan langsung membantingnya.

"Siapa kau? Oh aku lupa. Tentu saja kau adalah Alex Blake pemilik dari Tristany Corporations. Hahaha!"

"Hentikan Dave! Hentikan! Buang jauh-jauh rasa irimu itu! Kau sendiri yang membuat kakek berhenti mempercayaimu."

"Lihat saja Alex. Aku akan menghancurkan hidupmu. Dan kau jalang, aku akan kembali dan aku akan menidurimu. Aku berjanji." Pria itu pergi dari kamar Alex. Allicia hanya bisa menitikan air matanya sambil terus meremas tangannya sendiri. Alex yang melihatpun langsung menggenggam tangan Allicia.

"Tenangkan dirimu Allicia. Lupakan dia. Dan jangan menangis lagi." Alex menghapus air mata Allicia.

"Sia-pa dia a-lex."

"Dia David Blake. Tepatnya kakak kandungku. Ia iri denganku karena aku bisa menjadi pemilik tunggal dari Tristany Co. Awalnya dialah yang kakek percayai,namun karena dulu ia mengambil uang sebesar $100.000.000 dari perusahaan,kakek marah besar dan memutuskan bahwa akulah yang akan menjadi pemilik baru. Sudahlah Allice, lupakan saja. Lebih baik kau tidur. Ini sudah larut. Besok kita akan menikah. Semuanya sudah kusiapkan dengan sempurna."

Alex membaringkan tubuh Allice dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal. Ia sesekali mengusap kening Allice untuk membuatnya tenang dan tertidur.

"Aku beruntung bisa menikah dengamu Alex." Allice bergumam sebelum ia benar-benar tertidur. Saat ia tertidur barulah Alex pergi ke kamar yang berada di sebelah kamarnya ini.

***

"Nyonya. Bangun nyonya."

"Hoaam~ ada apa?"

"Kau harus bersiap untuk pernikahan nanti." Allice langsung terbangun mengingat memang benar hari ini ia akan menikah. Allice langsung bangun dan berlari ke arah kamar mandi.

Saat ini Allice sedang dirias oleh make over profesional. Gaun nya ber merk louis vuitton. Gaun itu berwarna putih dengan rambut yang digulung dan di roll kedepan. Wajah yang tertutup kain putih dan tangan yang dibaluti sarung tangan. Ia sangat cantik saat ini. Bahkan ia sempat mengambil beberapa foto dan menyebarkannya di media sosial.

"Louisa. Dimana Alex?"

"Ia sudah terlebih dulu pergi ke gedung pernikahan nyonya."

"Oh baiklah. Tolong kau bantu aku untuk mengangkat ekor ini."

"Tentu nyonya."

Allice sudah berangkat ke gedung. Wajahnya berseri-seri dan ia gugup. Entah apa yang akan ia lakukan nanti.

"Louisa, apakah menikah itu menyenangkan?"

"Tentu nyonya. Walau aku belum pernah menikah tetapi melalui pengalaman teman-temanku yang sudah menikah mereka semua bahagia."

Mobil pengantin sudah sampai di gedung. Allicia pun keluar dengan anggun, bouqet bunga yang dibawanya membuat penampilannya semakin anggun. Tidak akan ada yang menyangka bahwa sebenarnya Allicia adalah mantang jalang. Ia terlihat seperti seorang gadis baik dan polos.

***
Tbc

Our sad endingWhere stories live. Discover now