Allicia tidak tahu harus melakukan apa hari ini. Selangkangan nya sakit dan matanya bengkak.
Louisa selalu berbaik hati dan selalu membuat Allicia tidak sendirian."Nyonya. Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa Lou. Aku baik-baik saja."
"Baiklah. Tapi nyonya ada baiknya jika kau keluar kamar. Aku akan memasak."
"Boleh aku membantumu?"
"Tentu nyonya. Tapi apa tuan akan mengizinkannya?"
"Jangan pedulikan dia." Allicia berjalan keluar kamar terlebih dahulu. Ia sudah bosan dengan kehidupannya yang semakin hancur. Hidup bersama iblis bertanduk 2 serta rumah nya yang dipenuhi kekelaman.
"Hari ini kita akan masak apa nyonya?"
"Boleh aku membuat sebuah Red Velvet Cake?"
"Tentu saja! Apa nyonya bisa?"
"Akan kucoba. Mungkin rasanya tidak akan seenak kue ternama."
Allicia mulai membuat beberapa adonan dan dibantu oleh Louisa. Sejak malam itu Alex tidak pernah terlihat entah kemana ia pergi.
"Lou. Apa kau tahu dimana Alex?"
"Tuan sedang berada di kamar tamu nyonya."
"Oh baiklah. Lou tolong kau antarkan potongan kue ini untuknya."
"Tentu nyonya."
Lousia membawa sepotong kue dan secangkir kopi susu. Ia membuka pintu dan melihat tuannya sedang tertidur di lantai dengan beberapa botol minuman yang berserakan di lantai. Dan terlihat dari tangan Alex ada darah yang mengalir. Louisa pun langsung berlari dan memanggil Allicia.
"Alex! Alex! Bangunlah! Louisa tolong ambilkan air." Allicia terus menepuk-nepuk pipi Alex. Allicia menyipratkan air namun Alex tak kunjung sadar. Allicia dibantu Louisa mengangkat Alex ke atas ranjang. Louisa sedang membersihkan seluruh botol minuman.
Mata Alex mulai terbuka. Dan Allicia langsung memegang wajah Alex.
"Alex?"
"Dimana aku?"
"Kau sudah sadar?"
"Apa yang aku lakukan di sini?"
"Diamlah Alex! Jangan memotong pembicaraanku. Apa yang barusan kau lakukan! Telapak tanganmu mengalirkan darah dan kau bahkan tidak sadarkan diri! Kau ingin mati?!!" Allicia berteriak dan itu membuat Alex mengerutkan dahinya. Kekhawatiran Allicia yang besar membuat ia terus menangis. Alex tidak melakukan apapun selain menatap mata Allicia dalam-dalam.
"Aku membencimu Alex. Oh iya. Sore ini aku akan pergi dari rumah ini. Aku akan kembali ke rumahku yang dulu. Dan tentunya aku akan memulai pembalasan dendamku."
"Dan satu lagi. Semalam saat kau meniduriku kau selalu memanggil nama Valentine. Dan sepertinya semalam aku dianggap valentine bukannya Allice." Allicia berjalan keluar meninggalkan Alex sendirian. Ia sudah terlalu sakit hati.
Entah setan apa yang sedang merasuki Alex. Ia merasa tidak enak hati karena telah membuat Allicia sakit hati. Namun sebagai lelaki Alex tidak tahu bagaimana caranya membuat Wanita kembali bahagia.
Alex pergi ke kantor seperti biasanya. Dan saat inipun ia masih memikirkan bagaimana caranya meminta maaf kepada Allicia. Saat ia sedang melihat foto pernikahan dirinya dengan Allicia pintu kantornya berdecit.
Ada seorang wanita yang datang dan wanita itu membuat Alex segera bangkit dari duduknya."V-valentine?"
"Ya Alex. Aku kembali. Maafkan aku akibat permasalahan kemarin."
"Ti-dak apa-apa Valentine. Duduklah." Alex mempersilahkan Valentine untuk duduk di sofa kantornya.
"Sebenarnya aku kesini bukan karena hal yang serius."
"Lalu apa?"
"Aku merindukan sentuhan hangatmu Alex. Kudengar kau sudah menikah. Itu membuatku terluka Alex."
"Tapi aku terpaksa menikah dengannya."
"Lalu mengapa kau tidak menghubungiku lagi? Apakah tubuhku ini sangat menjijikan?"
"Tidak. Bukan seperti itu Vally, tentu saja aku menginginkan tubuhmu. Bahkan sangat. Tetapi kupikir kau sudah bahagia dengan pria itu."
"Tidak Lexy. Tolonglah sentuh aku sekarang."
Valentine mendekatkan tubuhnya ke tubuh Alex. Ia langsung mencium Alex dan Alex pun membalasnya. Perlahan tapi pasti Alex membuka kancing kemeja merah maroon milik Valentine satu persatu. Alex membuka pengait bra Valentine dan ia pun langsung melahap payudara sintal milik Valentine.
"Kau selalu padat Vally."
"Ten-tu Lex-y. Kau yang membuatnya. Ahh~"
Alex menghentikan aktivitasnya. Ia membuka pakaiannya sendiri. Pintu kembali berdecit menampilkan sosok malaikat yang cantik dan juga kuat. Allicia berdiri di ambang pintu dan melihat seluruh aktivitas Alex dan Valentine. Mereka tidak menyadari keberadaan Allicia karena sofa itu membelakangi pintu utama. Allicia melihat suaminya sendiri memasuki barang privasi nya ke dalam milik wanita lain. Rasa perih yang menyeruak kembali menyerang hati Allicia. Bagai sayatan yang disiram oleh perasan lemon,begitulah rasanya.
Allicia menaruh kotak makan di atas kursi yang berada di samping pintu. Ia membalikan tubuhnya dan pergi keluar. Air matanya tidak dapat ditahan. Ia berlari sambil menangis bahkan beberapa pegawai pun menatap Allicia bingung.
Allicia tidak tahu kemana ia akan pergi,ia tidak punya tempat berlindung. Terlintas di benaknya tentang Club malam tempatnya bekerja dulu. Hanya tempat itulah yang bisa Allicia datangi. Allicia pergi ke club itu diantar oleh taxi.
***
Jauh di tempat Alex berada sekarang ini ada 2 orang makhluk yang tengah bersandar pada lawan jenisnya masing-masing.
"Baiklah Lexy, terima kasih untuk percintaan panas ini. Kau semakin hebat sayang." Valentine kembali memakai pakaiannya dan menata rambutnya kembali. Valentine melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Alex sendirian.
Alex bangun dan berniat mengambil kemejanya yang ia lempar ke belakang sofa. Ia melihat sebuah kotak makan dan catatan kecil.
Aku tahu kau merasa tidak enak Alex. Tapi sungguh aku sama sekali tidak marah kepadamu. Memang benar jika kita merangkai hubungan tanpa cinta. Makanan ini aku buat khusus untukmu. Dan kurasa ini cukup untuk kau dan aku makan.
-AAlex menjatuhkan kertas itu dan lansung terduduk. Ia menyadari bahwa tadi Allicia berada di sini. Dan bahkan ia pasti melihat aktivitasnya dengan Valentine. Alex langsung meraih telepon nya dan langsung menelepon Allicia. Namun nihil, telepon Allicia tidak aktif.
Alex segera memakai kemejanya kembali dan berniat untuk pulang. Ia harus menjelaskan semua ini kepada Allicia.
***
Tbc
YOU ARE READING
Our sad ending
RomanceAllicia Brooke. Seorang gadis yang berumur 19 tahun yang sudah menjadi jalang demi mendapatkan selembar dolar. Sejak ayahnya meninggal dunia akibat dibunuh oleh pembunuh bayaran hidupnya berantakan. Seluruh perusahaannya diambil alih oleh sang ibu t...