Part 4

69 5 0
                                    

   Sampai dirumah aku langsung menuju kamarku, melempar tas dan merebahkan tubuh. Pintuku diketok dari luar muncul Alya yang digendong kak Rafael.

"Tante capek yah? Cini bial Alya pijitin" Ucap Alya mau tak mau aku tersenyum melihat bidadari kecilnya kak Rena yang satu ini.

"Makacih sayaang, tante liat Alya kesini capeknya cudah ilang kok" Hiburku menirukan gaya bicara Alya sambil mencium pipi bakpaonya.

"Gimana kuliahmu Riss?"

"Hmm ya gitu kak, ini lagi jalanin ujian semester. Tapi buat hari ini nyebelin banget deh kak, dosenku bilang dalam seminggu aku bisa cinlok sama senior yang duduk disebelah kiriku" Curhatku pada kak Rafael

"Ya bisa aja dong Riss, kalo jodoh gimana?" Canda kak Rafael

"Hah? Aduh kak Rafaa nggak mau, masalahnya mukanya tuh mirip banget kaya Reza" Semburku

"Gini deh, coba kamu liat sifatnya dulu. Wajah boleh sama tapi sifat belum tentu sama kan?"

"Tapi dia udah ditaksir sama seniorku, masak iya mau bersaing sama senior"

"Lah tadi katanya nggak mau?" Goda kak Rafael aku tercengang bingung harus jawab apa, melihat itu kak Rafael tertawa sejadi - jadinya.

"Ciye akhirnya adik kakak ini nggak takut jatuh cinta lagi" Kata kak Rafael mengusap kepalaku pelan disisa tawanya lalu keluar membawa Alya.

"Aku jatuh cinta? Sama Dika?" Ucapku tanpa sadar lalu menepuk jidatku sendiri agar bangun dari mimpi.

***

   Hari ini adalah hari keempat aku ujian dan satu ruangan dengan Dika. Lima menit lagi ujian akan dimulai tapi aku belum melihat batang hidungnya sama sekali, padahal meski dia datang dekat dengan waktu ujian paling dekat 10 menit sebelum dimulai. Apa hari ini dia tidak mengikuti ujian?

   Ujian sudah dimulai aku baru menyadari bahwa Dika tidak hadir ketika dosen membagikan lembar soal dan bertanya tentang keberadaan orang disebelah kiriku. Entah mengapa diriku seakan leluasa mengerjakan tanpa hambatan jantungku yang biasanya berdetak lebih cepat, tapi sedih juga tidak bisa melihat senyumnya. Apa? Aku tadi bilang jantungku berdetak lebih cepat jika ada dia? Dan sedih tidak bisa melihat senyumnya? Apa benar yang dikatakan kak Rafael kemarin?

   Waktu ujian selesai, ketika aku mengambil tas tiba - tiba Vesha menyenggol lenganku.

"Ciye yang rindu sama Dika" Guraunya.

"Kalo ngomong jangan ngawur deh" Sungutku

"Alah bilang iya aja susah amat, eh elo tuh kalo jatuh hati keliatan Riss"

"Elo ini yaa, jail banget sama gue" Kataku memencet hidungnya gemas.

"Aaaduh! Sakit tau, tuh kan nambah keliatan muka lo merah gitu"

"Muka gue merah karena nahan marah sama lo"

"Hahaha orang kasmaran ya sukanya ngeles mulu" Sahutnya dan ngacir duluan karena tahu kali ini aku tidak akan mengampuninya.

"Lu kena nggak bakal gue lepasin! Hei, tungguin!" Ancamku

***

Pertemuan Singkat [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang