3. Strategi

132K 13.6K 707
                                    

Dulu ... dulu sekali. Saat masih kecil, Key itu anak manis, alim, santun dalam bicara, humble terhadap orang-orang di sekitarnya. Key selalu mengajak tamu-tamu Papanya bicara. Kalau dia sedang merengek ingin ikut pergi ke kantor, saat sang Papa bekerja, dia akan bersikap manis duduk di karpet dengan setumpuk mainan tidak mengusik konsentrasi Rendra.

Dulu ... dulu sekali. Key selalu jadi gadis terhormat yang memerhatikan keadaan di sekitarnya. Melihat pegawai di rumahnya kelelahan beres-beres, Key akan membagi-bagikan minuman untuk mereka semua. Saat pergi ke restoran dan makan enak, Key selalu mengingatkan Mama dan Papa membelikan hal yang sama untuk orang-orang yang bekerja di rumah mereka. Membuat Lea dan Rendra bangga.

Dulu ... dulu sekali. Key berprestasi menjadi kebanggaan di sekolahnya. Semua mata pelajaran dia tekuni serius membuatnya sering dipuji oleh guru atau pun teman-temannya. Key disukai. Dia adalah gadis yang mudah didekati.

Namun, saat ini Key bukan lagi sosoknya yang dulu. Key yang sekarang tidak lebih dari cewek ndablek, pecicilan, kasar, suka berkelahi, dan menutup diri.

Key yang sekarang tidak menyisakan kebaikan seperti dirinya di masa lalu. Yang tidak berubah darinya hanya satu.

Dia tetap menjadikan Aldo prioritas utama.

Yang tidak berubah untuknya hanya satu, Aldo yang selalu tulus menyayanginya.

Ya. Itu jika keluarga -orangtuanya- tidak termasuk karena terikat hubungan darah.

"Mama ..."

Aldo menyentuh bahu Key yang tadi sempat terdiam sesaat. Membuat gadis itu terkejut lalu menoleh kaget. Dia tersenyum hampa saat Aldo memberinya tatapan khawatir. Kenapa Key mendadak teringat Lea?

"Kamu sakit?" Aldo bertanya cemas. Key menggeleng. Di lorong sepi, gadis itu bungkam saat Aldo menempelkan kening mereka. Khawatir Key tengah demam.

"Aku gak pa-pa. Tadi ada dosen lewat di sana, 'kan? Sekilas mirip Mama." Key tertawa garing. Aldo menggenggam tangan kanan Key khawatir. Jarak wajah mereka masih sangat dekat. Hembusan napas hangat saling menerpa satu sama lain.

"Kalo ada yang buli kamu lagi. Bilang sama aku, oke?" Aldo mengingatkan. Jangan sampai Key memendam segalanya sendiri. Lalu berakhir dengan kejadian mengerikan yang satu tahun lalu dia lakukan.

"Hm." Key mengangguk. Aldo mengecup kening Key lama. "Lagian, gue seneng-seneng aja dibuli orang."

"Bego!"

***

Samudra masuk ke dalam kelas. Menatap Billy yang sedang ngemil kwaci sambil bermain game di laptop. Dia duduk di samping pemuda itu dengan wajah berkerut-kerut.

Billy menurunkan earphone dan bertanya, "Kenapa?"

"Pak Aldo emang kasar gitu sama cewek?" Pertanyaan Sam tidak terlalu Billy gubris. Dia sibuk dengan gamenya lagi. Menunggu beberapa saat, akhirnya pertanyaan Sam mendapat sahutan.

"Tangan sama kaki siapa yang remuk?"

"Hah?"

"Lo bilang Pak Aldo kasar ke cewek. Kali ini siapa korbannya?"

Sam memasang wajah bego. Menyelesaikan game, Billy menghela napas kemudian menoleh. Menatap teman barunya jengah, "Tahun lalu. Pas Key dikerjain sama si Dira, kaki Dira Pak Aldo tendang ampe tulangnya remuk. Depan banyak orang lagi."

"Lo serius?" Sam tidak percaya. Di mata Sam, Aldo salah satu dosen yang sempurna. Caranya mengajar mudah dipahami, dia juga benar-benar membimbing mahasiswanya dengan baik. Sikapnya selalu tenang, menunjukkan kalau dia berasal dari kalangan terhormat. "Kok kayak psycho gitu, sih?"

My Dere-Dere (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang