5. Kawaii

122K 13.2K 1.3K
                                    

Begitu mertuanya keluar, Aldo dan Key saling berhadapan. Manik cokelat menatapnya memelas. Aldo tidak tega, dia tersenyum tipis kemudian menepuki puncak kepala Key yang masih tidak juga berhenti menangis.

"Udah nangisnya. Capek, 'kan?"

"Kahrung." Key tetap terisak. "Mahsuk."

"Hm." Aldo menurut. Dia mengambil alih karung dari tangan Key kemudian masuk. Setelahnya dia menatap istrinya lagi. Key lari keluar sebentar. Beberapa menit kemudian dia kembali dengan sebuah tali tambang.

Aldo tidak akan bertanya Key dapat tali darimana? Melihat wajah basah rona polos saja membuat dia tidak sanggup membantah. Aldo duduk sesuai yang Key minta.

Key tersenyum disela-sela tangisnya. Dia mengikat karung yang menutupi sampai dada lalu duduk di samping sang suami.

Memerhatikan Aldo sebentar. Key lagi-lagi menangis sampai meraung.

"Gahk bihsah diahpa-ahpain!!!"

Lah ... memang iya. Kenapa sejak awal Key tidak berpikir sampai ke sana?

Aldo menghela napas pelan. Kasihan, dia berkata, "Buka dulu talinya, Sayang."

Sambil terus menangis, Key melepas tali yang mengikat Aldo. Tangan besar itu meraih wajah istrinya, menghapus jejak-jejak air yang membuat sembab.

"Sini. Ikut masuk karung juga." Aldo membimbing Key agar ikut masuk ke dalam karung. Memeluk pinggang Aldo, Key mulai berhenti menangis. Dia capek sekali.

Pelan-pelan mata Key mulai terpejam, mendapat elusan sayang di kepala, dia menggeliat nyaman. Dan tidak sampai lima menit, puteri Rendra terlelap, melupakan niatnya kenapa datang ke kamar Al sambil menenteng karungnya.

Manis sekali.

Kalau sedang tidur, Key tidak mirip lagi kucing garong. Tidak ada siratan beban dalam rautnya, tidak ada lagi kesakitan dan penderitaan yang Key tunjukkan seperti saat Aldo pertama datang saat itu.

Key sudah lebih ceria. Mau menjalani takdirnya, bahkan menerima kondisi keadaannya yang dulu pernah membunuh demi menyelamatkan banyak nyawa.

Tidak. Key ingat kejadian itu. Namun dianggapnya sebatas mimpi saja.

Yakin Key tidur, Aldo keluar. Dia pergi ke kamar mandi kemudian menyiram kepalanya dengan air dingin. Menutup wajah dengan punggung tangan.

Wajahnya benar-benar panas.

"Kalo dia terus sok polos macem ini, gue yang gak tahan lagi." Keluh Aldo jengkel.

***

Pelan-pelan, irisnya terbuka. Key menguap kemudian berkedip beberapa kali. Matanya tidak terlalu sakit. Mungkin tadi malam Aldo mengompresnya agar tidak bengkak parah karena kebanyakan menangis.

Kenapa sempit sekali?

Kenapa dia tidak bisa bergerak?

Menoleh ke arah lain, Key mulai sadar kalau dia tidur dalam kondisi bergelantungan. Aldo mengikatnya dengan karung dan tali tambang yang dia bawa tadi malam, dipakai untuk mengikat paha dan punggung Key lalu ditalikan ke kusen pintu.

AAAARHHHHGGGGGHHH!!!

Padahal tadi malam timing-nya bagus. Kenapa juga dia harus ketiduran? Andai saja dia sadar pasti hari ini Aldo sudah tidak 'perawan'.

Key mengutuk dirinya kesal.

"PAPA!!!" Key meminta pertolongan. Mendengus jengkel saat mendengar gelak tawa dari arah kamar mandi. Aldo benar-benar mengusilinya lagi. "PAPA TOLONG, ALDO MAU PERKOSA KEY, PA!!!"

My Dere-Dere (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang