-
(PoV Luca)
Hari ini aku melihat luka ditangannya. Luka yang sama persis seperti yang aku miliki. Aku merasa senang dan lega. Apa yang dikatakan Lucy ternyata benar adanya. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa senangku bahkan saat dalam perjalanan menuju kesekolah bersama. Aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat hasil yang aku lakukan tadi malam. Bahkan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari tangannya. Setiap kali melihat luka itu... Aku merasakan sesuatu... yang berdesir didada ini... Mungkin itu namanya rasa puas... Tapi jika hanya itu saja aku tidak puas... Aku ingin melampiaskan semuanya... Semua yang sudah aku alami karenanya.
Sesampainya di sekolah kami berdua pun berpisah karena berbeda kelas. Aku berjalan menuju kelasku dengan perasaan yang senang. Begitu sampai dikelas aku langsung duduk ditempatku lalu memperhatikan luka yang ada ditanganku. Temanku yang berada disampingku menghampiriku.
"Luc... tanganmu kenapa? Sakit?" Ucap temanku terlihat khawatir. Aku menatapnya sambil tersenyum.
"Tidak sakit kok. Luka ini..." Ucapku sambil menatap penuh arti luka tersebut.
"Aku ingin memperbanyaknya..." Ucapku lalu menggigit kencang-kencang tanganku, membuat temanku berteriak histeris karena apa yang aku lakukan. Aku melepaskan gigitanku dan merasakan rasa asin , juga bau besi di lidahku. Aku tersenyum menatap tanganku yang memerah dan sedikit berdarah lalu menarik temanku yang berteriak histeris dalam rangkulanku.
"Tidak usah takut. Aku tidak merasakan sakit, aku malah merasa lega melakukannya. Tolong jangan ribut." Ucapku pada temanku agar berhenti histeris. Agar tidak menarik perhatian yang lainnya.
"Apa yang kamu lakukan?!! Apa rasanya sakit?" Ucap temanku antara marah dan khawatir sambil mengambil tanganku dan meniupinya agar mengurangi rasa sakitnya.
"Aku tidak apa-apa, aku maah merasa lega dan... senang menunggu hasilnya nanti." Ucapku sambil tersenyum, ya... rasanya tidak menyakitkan... ya... aku tahu mana yang lebih menyakitkan dari luka ini. aku tahu rasa sakit yang menyakitkan itu seperti itu. Rasa sakit yang ditibulkan oleh luka yang tidak terlihat itu lebih menyakitkan, karena kamu tidak tahu bagaimana cara menyembuhkannya dan tidak ada obat untuk itu.
Beberapa saat kemudian guru pelajaran pertama hari ini pun memasuki kelas dan semua pun konsentrasi dengan buku masing-masing, begitu juga denganku walaupun sesekali aku menatap tanganku. Entah kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkan hal lain selain luka ini dan juga luka Lucy. Kenapa rasanya seperti ada sesuatu yang salah?
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat saat pulang sekolah pun tiba. Aku pun keluar dari kelas, disana didepan kelas Lucy sudah menungguku. Seperti biasanya dia menungguku didepan kelas, jujur saja aku tidak suka. Membuatku selalu merasa diawasi oleh Lucy. Aku merasa tidak nyaman.
"Kak... Ayo pulang." Ucapnya begitu melihatku keluar dari kelas. Lucy pun menggenggam tanganku tanpa permisi lalu menarikku untuk mengikutinya pulang. Ya... Ini yang membuatku tidak nyaman, merasa diawasi, dan membatasiku.
"Lu... lepaskan... aku akan pulang denganmu. Tapi lepaskan tanganku, aku tidak akan kemana-mana kok." Ucapku sambil berusaha melepaskan tangannya dari tanganku. Tak lama Lucy pun melepaskan tangannya.
"Haaa... Baiklah ... Ayo pulang Kak. Ayah dan Ibu pasti sudah menunggu kita." Ucap Lucy sambil menatapku, aku tersentak mendengar kata 'Ayah' dan 'ibu' yang baru saja dia lontarkan. Aku... Apa... saat aku pulang nanti mereka akan ... Membandingkanku dengan Lucy lagi? Aku... Tidak ingin pulang... Aku tidak ingin... Mendengarkannya lagi... Semua yang Ayah dan Ibu ucapkan tentang aku dan Lucy... Tidak ingin...
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Telephaty [END]
Short StoryAuthor : Cream Code Name : 15 Event : WAY - Twist -