-
POV -> LucaAku tersenyum menatap Kakak yang berada dibawahku, tubuhnya polos tanpa selelai benangpun. Tidak perlawanan apapun, Kakak ada daam kendaliku. Hal itu membuatku tidak henti tersenyum, walaupun sebenarnya aku sangat ingin tertawa karena untuk mendapatkan Kakak ternyata semudah ini. Seharusnya aku mencobanya dari dulu, mungkin sekarang Kakak sedang mendesah nikmat dibawahku. Ya... Sekarang memang Kakak sedang dibawahku dan berusaha menahan suaranya. Kulihat air mata disudut matanya. Aku yakin rasanya sangat menyakitkan karena ini pengalaman pertamanya.
Aku tersenyum melihat Kakak berusaha menahan teriakannya dengan kedua tangannya, saat aku perlahan masuki tubuhnya. Aku mencintai Kakak, karena itu aku ingin secepatnya memilikimu. Aku tidak peduli Kakak merasakan sakit karena perbuatanku. Rasa sakit yang Kakak rasakan sekarang adalah bukti besarnya rasa cintaku pada Kakak. Rasa yang meluap ini... Rasa yang tidak bisa kukendalikan ini... Aku ingin Kakak merasakan apa yang aku rasakan bagaimanapun caranya.
"Kakak..." ucapku sambil mengusap sudut matanya yang basah. Kulihat Kakak terkejut dengan perlakuan lembutku.
"Ppfffttt!!!" Kutahan tawaku membuatnya kembali merubah ekpresi wajahnya yang saat ini terlihat kebingungan.
Kuhentakan diriku dalam tubuh Kakak sehingga masuk seluruhnya. Kurasakan Kakak berdenyut kencang memijat penisku. Kulihat Kakak membuka mulutnya tetapi tidak ada teriakan yang keluar dari sana, air mata membasahi pipinya, kedua tangan berusaha untuk mendorongku, dan kakinya menendang kesegala arah. Aku tersenyum sambil kehentakkan kembali penisku kedalam Tubuh Kakak. Kupegangi kedua kakinya yang gemetar hebat dan membuka lebar kedua kakinya untuk memudahkanku bercinta dengan Kakak.
"Haaa... Haaahhh..." Kudengar Kakak berusaha untuk bernapas seakan apa yang baru saja aku lakukan membuatnya sulit bernapas.
"Kakak... Ahhh... nikmat..." Ucapku sambil menggerakan penisku keluar masuk dengan cepat dalam tubuh Kakak. Kakak menggigit bibirnya untuk menahan suara yang keluar, kedua tangannya mencengkram erat kaos yang aku kenakan, dan kedua matanya terpejam erat berusaha untuk menahan rasa sakit yang dialaminya.
"Sakit Kak?" Ucapku sambil mengecup kedua matanya yang tertutup dan terus berusaha memuaskan diriku dibawah sana. Perlahan Kakak mulai membuka matanya yang terlihat sedikit bengkak karena perbuatanku yang membuatnya terus menangis. Kukecup bibirnya yang terasa asin karena luka akibat Kakak menggigit kencang bibirnya.
"Bertahanlah sebentar lagi Kak." Ucapku sambil memperhatikan tubuh Kakak yang basah oleh peluh. Mm?? Kenapa tidak tegang? Aaaah... Seharusnya Kakak menikmatinya... Aku ingin melihat Kakak Keluar... menumpahkan hasratnya karena perbuatanku. Tapi apa ini...
"Kakak... Aku ingin melihat Kakak bermain dengan penis Kakak." Ucapku mulai berhenti mengeluar masukan penisku dalam tubuh Kakak dan mendiamkan penisku didalam sana. Aku pun mengarahkan tangan Kakak ke penisnya.
"Tidak..." Ucap Kakak lirih sambil menggelengkan kepalanya. Uugh... Aku pun membawa tangannya kehadapanku. Kutatap luka ditangannya penuh arti. Lalu kugigit kuat luka yang baru dia buat pagi ini.
"AAAAAGGGGHHHHH SAKIITT!!!" teriaknya sambil berusaha melepaskan tangannya dari gigitanku dengan tangan satunya.
"Ssttt... Kakak nanti Ayah dan Ibu bangun." Ucapku sambil menjilati lukanya yang membiru dan berdarah.
"Akkhh... gghhh..." Kakak berusaha menahan suaranya kembali.
"Kakak bukannya suka membuat luka seperti ini?" Ucapku sambil kembali mengarahkan tangannya yang terluka kepenisnya. Dan menggenggamkan tangan Kakak yang gemetar tersebut dipenisnya dan membantu tangan Kakak bergerak naik dan turun disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Telephaty [END]
Short StoryAuthor : Cream Code Name : 15 Event : WAY - Twist -