Pertemuanku dengannya seperti mimpi yang membawa hujan dalam gersang musim panas yang panjang. Aku tidak pernah menduga akan menemukan cinta, menciptakan cinta dan megenal cinta. Apakah ini bisa disebut cinta? Tidak, aku semestinya tak menyebut ia demikian. Pria yang aku pinjam telah memiliki orang lain sebagai pemilik.
Kebersamaan kami awalnya hanya sebuah kebiasaan, dan sampai kini pun apa yang mengikat tak pernah ia jelaskan. Yang kupahami sebatas ia tak mau melepaskan dan aku tidak memilih meninggalkan. Rasanya pahit, cinta ini lebih lebih dari yang bisa diminta namun terlalu menyakitkan dari yang mampu diharapkan. Tak ada batas jelas, tak ada tujuan, hanya mengambang dalam fantasi kebahagiaan.
Kisah ini berada pada tahap murahan bagi seorang perempuan, tapi cinta terlalu kejam ketika ia menjatuhkan pilihan tanpa melihat, tanpa permisi dan hanya memilihnya dengan mengabaikan norma yang telah ada. Aku tak meminta maaf, karena memilih menyalahkan takdir. Menyalahkan bagaimana pria sepertinya membuatku merasa luluh pada ketidak pantasan, yang kutahu tidak menawarkan lebih daripada sebuah luka tak terlihat.
**
Seperti pagi sebelumnya Adri sedang membuat sarapan, sedangkan aku duduk terpaku di meja makan. Melihat pundaknya yang terbalut kemeja putih, meliukkan wajan yang membawa bau telur omelet membuatku selalu senang. Kepalaku masih terlalu sakit untuk membuat sarapan setelah menghabiskan dua botol anggur dalam pesta sehabis penghargaan semalam. Aku berjalan ke sisi Adri, memeluk punggungnya yang kokoh lalu mencium wangi tubuh di balik kemeja transparan yang membalutnya.
"Duduklah, aku sedang membuat sarapan!" sergahnya.
"Kau akan pulang hari ini?" Adri menghentikan kegiatannya, lalu mematikan kompor. Sorot matanya yang tajam tertuju padaku. Ia tak pernah suka ketika aku ikut campur dalam hidupnya, tapi ia senang ikut campur dalam hidupku.
"Benar, kita sudah sepakat! Jangan manja, jangan menelpon atau menghubungiku. Aku akan menghabiskan waktu dengan keluargaku"
"Kau menyebutnya keluarga, lalu aku? Apa aku bukan keluarga kamu juga?" bibir merah muda Adri berdecak tak puas. Ia membawa wajan berisi omlet itu menuju ke meja, meletakkannya di piring dan membiarkan aku terpaku melihatnya.
"Makanlah, bukankah hari ini kau ada jadwal syuting film? Kau harus punya tenaga, dan jangan lupa minum obat sakit kepala. Jauhi kontroversi dan jangan mencoba membuat keributan seperti yang kau lakukan pada lawan mainmu seperti kemarin. Kau tahu aku tidak bisa selalu berada di belakangmu!" dengan kesal aku membanting gelas ke lantai. Adri diam saja, meski jelas wajahnya sudah merengut menahan kesal. Pertengkaran ini sudah terlalu sering terjadi ketika ia berkata akan pulang pada keluarganya, dan aku senang memulai semuanya, melihat bagaimana ia begitu frustasi membuat rasa sakitku sedikit berkurang dari jumlahnya yang terpapar dan kutanggung lebih banyak.
"Kau yang ikut campur pada apa yang aku lakukan! Aku memukul perempuan murahan itu karena dia bersikap seperti ratu, kenyataannya dia hanya pendatang baru tanpa bakat. Jangan menyalahkan aku, kau tidak pantas! Kau tidak bisa!" Adri menghampiriku, membuang kesalnya lalu memberi pelukan yang membuat air mata dari kemarahanku luluh juga.
"Saya tahu kamu tidak terbiasa pada situasi ini Raina! Aku berjanji kita bertemu seminggu lagi. Aku akan menelponmu saat punya waktu, jadi tenanglah, kamu akan biak-baik saja sayang! Tenanglah!!" janji yang sama, entah akan ditepati atau terlupakan ketika ia telah tenggelam dalam kesibukan hidupnya.
"Tolong lepaskan aku!" pelukan di tubuhku melepas perlahan. Adri terdiam, sepasang matanya yang sipit menuju padaku. Ia melepas kacamatanya, memijat sekitar hidungnya dengan lelah.
"Kamu tahu aku memiliki beberapa masalah! Aku tidak memintamu mengerti, aku hanya senang karena selama ini kamu tidak pernah bertanya apa pun. Aku akan pergi, kita akan bicara saat kamu sudah tidak lebih tenang!" Adri mencium keningku, mengambil jaket di lengan sofa, lalu melambaikan tangan sebelum menghilang di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Ke Dua
RomanceSinopsis Raina yang merupakan seorang selebritis jatuh cinta pada Adri, pria mapan yang telah berkeluarga. Kebersamaan mereka selama satu tahun sarat akan konflik, karena Raina yang selalu ingin memiliki Adri, sedangkan Adri yang tak bisa mel...