Hai...
Cerita baru, oneshot aja sih.
Semoga suka.
Happy reading 😍😘😘
****
"Lo ada pacar?"
Dimas menghentikan kegiatannya memasukkan sekotak cokelat ke dalam plastik. Dimas menatap pemuda di depannya, pemilik dari barang yang sedang ia masukkan ke dalam plastik. Pemuda tadi menatap ke arahnya, atau mungkin... Dimas melihat ke sebelah kanannya dimana ada Rista yang sibuk menata roti di rak. Jadi, Dimas mengabaikan pemuda itu dan melanjutkan memasukkan cokelat tadi ke dalam plastik.
Ketika Dimas akan memasukkan air mineral ke dalam plastik, sebuah tangan menghentikannya, membuatnya mendongak mencari tahu sang pelaku. Dimas mengerut bingung, saat tahu bahwa pemuda tadilah yang melakukannya.
"Gue tanya, lo ada pacar?"
"Eh, i-iya?" jawab Dimas tak yakin.
Dimas kikuk, ketika tiba-tiba ditanya oleh seorang pemuda, apakah ia ada pacar atau tidak, terlebih pemuda ini adalah pembeli di tempatnya bekerja. Catat: seorang pemuda. Apakah begitu terlihat, kalau ia seorang gay? Oh, apakah pemuda tadi juga gay? Katanya seorang gay memiliki err... gay radar, atau apapun lah itu, sehingga bisa melihat apakah seseorang itu gay atau bukan, pikir Dimas penasaran.
Entahlah, ia sendiri tidak yakin. Dimas menengok ke arah Rista, yang hanya meliriknya sekilas, kemudian kembali sibuk menata roti seolah tak peduli dengan apa yang sedang dialami oleh Dimas.
"Jadi, lo ada pacar?" tanya pemuda tadi -lagi-.
Ia menyedekapkan tangannya di dada. Menatap Dimas angkuh, mencari jawaban yang lebih yakin dari mulut Dimas."Ada," jawab Dimas akhirnya ketika ia selesai membungkus belanjaan si pemuda dan mencatatnya di komputer.
"Empat puluh dua ribu tiga ratus rupiah," ucap Dimas.
Si pemuda merogoh kantong celananya untuk mengambil dompetnya, mengeluarkan uang lima puluh ribuan, kemudian menyerahkannya ke Dimas. Dimas segera menerimanya dan mencatatnya ke komputer. Ia menyobek struk yang sudah di print, kemudian menyerahkannya ke pemuda tadi beserta uang kembaliannya.
"Terimakasih sudah berkunjung. Silakan datang kembali," ucap Dimas sambil menyerahkan belanjaan pemuda tadi.
Pemuda tadi hanya mengangguk, menerima belanjannya, kemudian keluar dari mini market tersebut.
"Lo ada pacar, Dim?" Sekarang Rista yang tiba-tiba bertanya di belakang Dimas, membuat Dimas terkejut.
"Ah, lo ngagetin aja," ucap Dimas sambil mengelus dadanya.
"Lo beneran ada pacar?"
"Nggak ada." Dimas terkekeh canggung sambil mengusap belakang kepalanya, walaupun tidak gatal.
"Kok, bilang kalau ada pacar?"
"Emang lo enggak aneh, yang tanya tadi cowok loh, dan gue cowok," Dimas menjawab tidak nyambung sambil menunjuk keluar kemudian menunjuk dirinya sendiri. Sementara Rista sendiri, belum tahu kalau sebenarnya Dimas itu gay.
"Hah? Yang tadi cowok?" tanya Rista shock.
"Iya, cowok," jawab Dimas kalem.
"Gue pikir cewek tomboy gitu. Habisnya, rambutnya agak panjang, terus wajahnya kaya cewek."
"Cowok, dia punya jakun, dan suaranya ngebass."
"Ah, Lo bercanda Dim?" gumam Rista masih tak percaya, sedang Dimas hanya bisa mengangkat bahunya malas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculove (Complete)
Teen FictionKumpulan ONESHOT dan fanfiction. Ini cerita dari berbagai dunia, tentang betapa menggelikannya cinta itu. Aneh, misterius, tak terungkap. Tapi, semua orang merasakannya, mengalaminya. Bxb/gay/yaoi Don't read if You don't like, even though you only...