Myungeun memesan lima menu sekaligus. Ia tidak sadar bahwa mata sang pelayan sedari tadi sudah menunjukkan kecurigaan.
Apakah perempuan ini bisa membayar? Apakah perempuan ini bisa menghabiskan semua makanan yang ia pesan?
"Terima kasih. Pesananku itu dulu," ucap Myungeun lagi. Mengira bahwa pelayan tersebut masih menunggunya untuk memesan lagi.
Sambil menunggu pesanannya datang, ia mulai membayangkan rasa enak dan kenyang yang bisa ia dapatkan bila menghisap darah laki-laki di belakang meja kasir, atau laki-laki yang di duduk dekat jendela, atau pun laki-laki yang mengenakan kaus putih di meja sebelah.
Lalu, Myungeun membelalak. Laki-laki di meja sebelah itu adalah laki-laki yang kemarin ia hisap darahnya. Super enak. Atau lebih tepatnya, super sangat sangat sangat enak. Membuatnya kembali mengingat-ingat sesi makan kemarin. Di mana ia bisa bebas menghisap darah dari leher jenjang laki-laki itu. Bibir laki-laki itu yang semerah darahnya membuat Myungeun tanpa sadar menjilati tepi bibirnya sendiri.
"Hm, kau lapar? Mau?" tanya laki-laki itu, membuat Myungeun kaget dan bangun dari bayangan menghisap darah segar. Tangan laki-laki itu, oh, Seokjin, namanya Kim Seokjin, menyodorkan piring berisi kentang goreng kepadanya.
Pure-blood memang tidak membutuhkan makanan manusia, tapi Myungeun yakin ia hidup untuk makan. Ia menyukai aktivitas mencicipi berbagai rasa. Variasi makanan di dunia manusia merupakan surga baginya.
Satu kalimat pertanyaan lagi dari laki-laki itu dan Myungeun langsung mengangguk. Di tengah kunyahan keduanya, Seokjin berkata, "Aku tidak percaya kau benar-benar memilih lima menu sekaligus, Nona. Oh, perkenalkan, aku Kim Seokjin." Laki-laki itu menjulurkan tangannya yang agak berminyak setelah meletakkan burgernya di atas piring. Myungeun meraihnya, dalam hati merasa lucu karena baru saja malam kemarin ia berjabat tangan dengan Kim Seokjin.
Tak lama kemudian, pesanan Myungeun datang dan ia dengan agak terpaksa menawarkan setengah porsi kentang gorengnya pada Seokjin. Di tengah-tengah aktivitas mengkonsumsi-makanan-manusia-yang-enak-tapi-tetap-tidak-akan-membuat-kenyang, ia selintas mendengar obrolan Seokjin dengan seorang wanita yang baru saja datang. Bukan niatnya untuk menguping, tapi suara wanita tak berdaging itu memang cukup kencang untuk pendengaran Myungeun.
Sedangkan suara Seokjin terdengar begitu lemah, tidak seperti yang ia dengar kemarin malam. Laki-laki itu manggut-manggut saja mendengar komplain sang wanita yang mengatakan bahwa seharusnya mereka tidak bertemu di restoran cepat saji yang hanya menyediakan makanan kotor dan berlemak. Myungeun tidak mengerti maksud dari makanan kotor, tapi bagian dari dalam dirinya terbakar ketika wanita itu menunjuk makanan Seokjin dengan tatapan jijik.
Dan ia meledak ketika wanita itu mendorong kotak kue yang Seokjin berikan kepadanya.
Kotak yang Myungeun tahu apa isinya.
Myungeun yakin bahwa Kim Seokjin adalah laki-laki yang aneh sejak awal mereka bertemu. Laki-laki itu tidak berkomentar apapun ketika Myungeun bilang bahwa dirinya adalah vampir dan ia membutuhkan darah Seokjin untuk bertahan hidup. Namun sebelum mengiyakan, Seokjin membawa sepotong iris kue padanya, meminta Myungeun untuk mencicipi dan mengomentari rasa kue tersebut sebagai ganti dari darahnya. Ia tahu dari Jimin bahwa indera perasa Myungeun sensitif.
Kue yang dibawa Seokjin memang terlalu manis untuk selera Myungeun pribadi, namun ia tahu bahwa kue tersebut dibuat dengan bahan kualitas baik dan diolah dengan benar. Krimnya yang lembut dan ringan. Teksturnya padat namun tidak bantat. Selai stroberi diatasnya menyeimbangkan rasa manis dari dasar kue.
Tapi lebih dari itu, semangat Seokjin ketika menceritakan arti dari kue tersebutlah yang membuat Myungeun semakin menikmati kue tersebut.
Dan sekarang, tepat di depan matanya, wanita kurus tak berdaging yang tidak terlihat sehat sama sekali itu mengabaikan kue tersebut hanya karena alasan program diet.
"Aku tidak berhak mendapatkan makan-makanan seperti ini, Kim Seokjin. Kau tahu aku-"
"Makanan-makanan ini yang seharusnya tidak boleh dinikmati oleh orang tidak tahu terima kasih sepertimu."
Tatapan kesal langsung tertuju pada Myungeun. "Ini tidak seperti kau akan mati karena memakan satu atau dua sendok kue. Kau tidak menghargai pemberian orang lain, terlebih lagi ini makanan, sedangkan masih banyak di luar sana orang yang sedang kelaparan. Darah orang sepertimu bahkan tidak akan membuat nyamuk kebun bernafsu. Tidak bisa makan lagi baru kau tahu rasa!"
Yang Myungeun dapati berikutnya adalah air dingin yang dilempar ke tubuhnya. Impulsif, ia tidak ingat apa-apa lagi selain teriakan, jambakan rambut, dan cakaran di wajah antara dirinya dan wanita kurang ajar itu.
Seokjin dan pelayan restoran melerai mereka. Wanita itu pergi setelah membentak Seokjin karena laki-laki itu mengatakan bahwa hubungan mereka telah berakhir. Myungeun masih tidak tahu harus berkata apa ketika Seokjin membersihkan tubuhnya dengan tissu. Mengeringkan bajunya yang basah. Lalu merapikan rambutnya yang berantakan.
"Kau perempuan yang bersemangat, ya, Myungeun-ssi. Terima kasih banyak telah membelaku, tapi, Yoora punya alasan sendiri atas sikapnya." Myungeun ingin menggugat pembelaan Seokjin atas wanita itu, namun ia urungkan mengingat apa yang baru saja ia lakukan sebenarnya sama sekali tidak masuk akal.
Ia harusnya tidak ikut campur urusan manusia. Manusia hanyalah makanan.
"Mau makan kue ini bersamaku? Oh, sebenarnya, aku memang butuh teman untuk menghabiskan kue ini bersama. Anggap saja sebagai ganti rugi karena telah mengacaukan hubunganku," ucap Seokjin dengan jenaka, namun Myungeun entah kenapa masih bisa menangkap nada sedih di dalamnya.
Myungeun tentu tidak bisa menolak perihal makanan. Namun pikirannya terus berputar seiring ia berjalan keluar restoran, membayar makanannya, meminta maaf atas kerusuhan yang terjadi, dan mengikuti Seokjin ke taman terdekat untuk menyantap kue.
Makanan bukan alasan kenapa ia mengikuti Seokjin, apalagi rasa bersalah karena mengacau. Tapi tatapan mata laki-laki itu pada dirinya, sentuhannya.
Dankali itu adalah pertama kalinya Myungeun merasa senang tanpa memakan apapun.
---
azel's note: IHIKS BAB /?/ SATU KELAR! Rencananya sih, setiap satu bab kelar, nanti bakal ada side story dari Six Sigma yang sebenernya cuma ngerusuhin Jimin doang kerjaannya ;_;
Selalu terima kasih buat yang udah ngikutin ini. Tentu aja vote dan komen kalian berarti <3
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Sins
FanficPark Jimin hanya ingin sekali saja melihat sosok wanita yang melahirkannya ke dunia ketika ia ditugaskan untuk menjaga Six Sigma, enam bangsawan Pure-blood yang kabur ke dunia manusia. Menghisap darah Kim Jiyeon, mahasiswi kedokteran pengidap hemato...