12 - Greed: Aku Baik-Baik Saja

316 54 31
                                    

 "Hai, Sol, teman-teman, aku diminta Mister Ahn untuk mengumpulkan laporan praktikum kita yang kemarin," tutup Jiyeon tanpa lupa tersenyum.

Tiga orang teman sekelas Jiyeon tersebut lantas mengangguk, membalas senyum Jiyeon, dan memberikan laporan mereka kepadanya. "Terima kasih, Jiyeon-ah. Kau...kena hukum Mister Ahn lagi?"

Jiyeon tertawa. "Hm, kalian sudah tidak heran, kan?"

"Ini, terima kasih Jiyeon-ah. Fighting!"

Setelah mengepalkan tangan membalas semangat teman-temannya, Jiyeon bergegas keluar dari kelas. Ia berjalan cepat menuju ruang dosen dan merasa beruntung karena Mister Ahn sedang tidak ada di ruangan.

Jiyeon tidak bisa membayangkan berapa menit hidupnya yang akan terbuang jika Mister Ahn lagi-lagi memberikan pelajaran hidup kepadanya karena selalu telat datang di kelas pagi dosen itu. Tak luput juga membahas bagaimana di luar sana masih ada banyak orang yang bersedia bangun lebih cepat satu jam demi masuk ke kelasnya.

Hei, Jiyeon selalu berusaha bangun satu jam lebih cepat, kok. Sungguh! Alarm di ponselnya bisa jadi saksi...bahwa ia memang tidak bisa bangun lebih pagi dari biasanya...

Lelah, Jiyeon menghela napas. Ia berhasil mengurungkan diri untuk mengeluh ketika ia melihat sosok Sujeong di ujung lorong. "Sujeongie!"

"Unnie, aku mencarimu!" Sujeong tersenyum lebar dan Jiyeon spontan merasa kesal mengingat betapa bebalnya Kim Taehyung Laknat itu pekan lalu.

"Unnie, temani aku belanja, yuk?"

"Aku memang sudah tidak ada kelas lagi. Tapi-"

"Aku traktir dessert."

Jiyeon otomatis berhenti berjalan. Lalu mengubah ekspresinya sedatar mungkin sampai Sujeong terlihat panik. "Tentu saja aku tidak bisa menolak tawaran itu." Keduanya tersenyum lebar, lantas berjalan berdampingan menuju mobil Sujeong.

Setelah kira-kira lima belas menit di perjalanan, supir keluarga Ryu akhirnya menghentikan mobil di depan butik Blanc & Eclare.

"Kau mau beli apa memangnya?"

"Gaun pesta."

"Memangnya di sini ada?"

"Mereka penjahit keluargaku."

Seketika itu juga Jiyeon baru ingat bahwa ia sedang menemani anak salah satu pemilik maskapai penerbangan terbesar dan tertua di Korea untuk berbelanja. Sebenarnya sebesar apa 'krisis' yang dimaksud Sujeong dan Taehyung? Yang pasti belum mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyewa penjahit pribadi.

Keduanya kini berada di ruang khusus. Di pintunya tadi Jiyeon sempat melihat papan kecil bertuliskan 'VIP'. Ia duduk di sofa yang menghadap langsung ke ruang ganti. Sujeong berjalan menghampirinya setelah berbicara dengan seorang pelayan tinggi berseragam.

"Jadi?" tanya Jiyeon, tidak sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi.

"Oh, iya. Aku sudah pesan tiga hari yang lalu. Hari ini sudah bisa diambil," kata Sujeong. Lalu tersenyum malu ketika duduk di sebelah Jiyeon. "Taehyung sunbae..., mengajakku ke pesta besok malam."

Jiyeon hanya mengamati Sujeong merapatkan kedua tangannya di atas lutut. Rambut coklat tua perempuan itu hampir menutupi seluruh wajahnya. Jiyeon sudah sering melihat tokoh anak-anak konglomerat yang congkak, sombong, dan dominan di drama-drama, tapi jarang sekali yang penampilannya sederhana dan nyaris bersemu merah setiap membicarakan orang yang ia suka.

Bumi kepada Jiyeon. Bumi kepada Jiyeon. Halo?

"SUNGGUH?" Jiyeon berteriak kaget ketika berhasil mencerna ucapan Sujeong sekali lagi. "'Kim Taehyung yang itu' mengajakmu?" ucap Jiyeon lagi, merasa perlu untuk memberi penekanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Seven SinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang