chapter 13

2.7K 138 92
                                    

3rd POV

Suara langkah kaki bergema di lorong rumah sakit yang sepi itu.

"Dimana rika sensei?" Tanya rie. Keringat bercucuran dari keningnya.

"Mungkin dia sudah dikamar biela" jawab zie. Rie mengangguk dan lanjut berlari, yang diikuti oleh teman-temannya.

Rosa POV

Aku langsung membuka pintu kamar biela setelah sampai di depan kamarnya. Terdengar suara tangisan dari dalam kamar. Didalam aku melihat aki dan rika sensei.

"Sensei" ucapku masih menarik nafas.
Rika sensei hanya membalasnya dengan tatapan sedih.

"TIDAK, AKU YAKIN DIA MASIH HIDUP. ANAKKU TIDAK MUNGKIN MENINGGALKANKU" tangisan ibu biela semakin kencang.

"Sudahlah sayang, biarkan dia pergi" ayah biela berusaha menenangkan ibunya. Namun, yang didapatkan hanyalah tangisan yang lebih keras.
Aku melihat kearah kasur rumah sakit yang terlihat basah, dan melihat tubuh biela yang terbaring kaku di kasur. Ada sedikit bercak merah di daerah perutnya. Aku mendekat kearah kasur dan melihat ke arah tubuhnya yang juga terlihat basah.

Air
Kamar mandi

Flashback

"AKU SUDAH BERADA DI BATAS KESABARANKU. KAU HARUS MEMBUNUHNYA SECEPAT MUNGKIN" Wanita itu berteriak dengan kencang.

"Ssst, diamlah. Bukan kah aku sudah memberi tahu rencananya? Kau harus belajar bersabar..." lelaki itu tersenyum lembut kepada kekasihnya.

"Hufft, terserah" wanita itu mengembungkan pipinya. Lelaki itu tertawa kecil melihat tingkah kekanakan pacarnya.

"Dia sudah masuk" wanita itu menunjuk ke arah bilik kamar mandi yang dimasuki oleh seorang perempuan. Tak lama dari itu terdengar suara shower yang dihidupkan, diikuti oleh nyanyian kecil dari bilik yang baru dimasuki itu. Lelaki itu menyeringai dan berjalan pelan menuju bilik itu. Meninggalkan kekasihnya.

Tak lama kemudian, suara nyanyian kecil tadi berubah menjadi suara teriakan yang memekakkan telinga. Wanita itu tersenyum dan berlari kecil kedalam bilik kamar mandi. Senyumnya melebar melihat kejadian di dalam. Perempuan dengan keadaan tidak menggunakan apapun terduduk di pojok bilik dengan darah yang bercucuran dari perutnya.

"Apakah kau masih marah?" Lelaki itu memeluk wanitanya dari belakang. Wanita itu melihat ke arah belakang dan mencium lelaki itu. Lelaki itu tersenyum dan mengeratkan pelukannya.

"Rosaaaaaaaaaaaaa" suara cempreng rie membuyarkan lamunanku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan melihat kearahnya.

"Ya?" Aku menatap muka malas rie dengan tatapan polos.

"Ayo kita pulang" jawabnya menghela nafas. Aku membalasnya dengan anggukan. Ketika aku berbalik, aku melihat aki berdiri di dekat pintu kamar dengan senyuman misterus. Aku menatapnya dengan tatapan bingung.

"Sensei, kami pulang dulu. Ini sudah sore" rie berpamitan ke aki. Dia hanya tersenyum dan mengangguk. Rie dan zie berjalan keluar. Dan diikuti oleh lenia. Aku menatap aki untuk terakhir kali sebelum keluar kamar. Namun, sebelum kakiku menapak keluar kamar, aki menaruh tangannya di pundakku dan mendekatkan tubuhnya.

"First clue" bisiknya sebelum mendorongku keluar dan menutup pintu. Mataku terbelak kaget.

"Rosa?" Panggil zie. Aku melihat kearahnya dan melihat teman- temanku berdiri menungguku. Aku segera berjalan mendekati mereka.

"Ayo kita pulang" ucapku. Mereka hanya mengangguk.

3rd POV

"Tunggu" mereka memberhentikan langkah kaki mereka

"Kenapa rosa?" Rie melihat ke arah rosa.

"Apa kalian tidak penasaran?" Tanya rosa. Mereka hanya diam, mencerna pertanyaan rosa.

"Ya aku melihatnya, badan biela basah kan?" Jawab zie. Rosa menganggukan kepalanya.

"Kau menyadarinya, bagaimana dengan kalian?" Tanya rosa kepada kedua temannya yang sepertinya tidak tau apa- apa.

"Hmm" rie memasang wajah berpikir

"Badan biela basah?" Tanya lenia dengan polosnya. Rosa dan zie hanya membalasnya dengan pokerface.  Lenia membalasnya dengan tawa canggung.

"Lebih baik kita tanya kepada orang yang mengurusnya" zie melihat kearah kamar biela

"Hmmm, siapa yang biasa menemani pasien sakit" raut wajah rie benar- benar sudah seperti detektif sekarang. Kau akan tertawa jika melihatnya secara langsung.

"A nurse?" Lenia memiringkan kepalanya. Disaat yang bersamaan ada seorang perawat yang muncul dari lorong rumah sakit. Rosa melihat ke arah zie meminta persetujuan. Zie menganggukan kepalanya.

Rosa POV

"Errr... permisi, apa kau salah satu perawat dari kamar 901?" Aku bertanya kepada perawat yang sudah agak terlihat tua itu.

"iya benar aku adalah salah satunya. Aku baru ingin menuju kekamarnya. Ada sesuatu yang kalian butuhkan?" Dia tersenyum lembut. Dari suara dan raut wajahnya. Perawat ini pastinya adalah ibu yang baik dan sabar.

Tidak seperti mama. Hehe

"Tidak, aku hanya ingin bertanya. Tadi setelah biela siuman apa yang dia lakukan?" Tanyaku

"Hmm, seingatku dia berjalan jalan di sekitar taman belakang rumah sakit" raut wajahnya seperti sedang berpikir.

" dia sendiri? Atau..." aku menggantungkan kalimatku.

"Dia ditemani oleh dokter yang menanganinya" dia tersenyum. Lagi

"Dokter? Itu tidak biasa" rie berbisik kepadaku. Aku hanya mengangguk.

"Apa tidak ada yang mencurigai dokternya?" Tanyaku dengan suara yang agak kecil.

"Kalau dari yang kudengar, dokter itu masuk kedalam untuk memanggil orang tua biela. Lalu mereka bilang ada seorang laki-laki yang berbicara dengan biela. Dia tersenyum sangat lebar, Wajahnya terlihat sangat bahagia, lelaki itu mengelus kepalanya. Lalu, tiba- tiba laki laki itu mengajaknya masuk" perawat itu bercerita panjang lebar. Lenia mengangkat alisnya sebelah.

"Lalu, kenapa badannya tadi terlihat basah?" Lenia bertanya kepada perawat itu. Dan ia hanya tersenyum.

"Oh, kalau itu"






"Tubuhnya ditemukan di kamar mandi dengan shower yang hidup dan pisau menancap di perutnya"






To be continued







Author's note:

Hello, ketemu lagi. Chii masih ada kok di bumi, jangan panik😂. Maaf kalo akhir-akhir ini jarang update, ceritanya makin ngebosenin, makin lama makin pendek, dll: (. Tolong dijawab, buku ini enaknya dilanjutin atau nggak? Kalo mau dilanjutin, chii akan berusaha untuk update ASAP. Tapi kalo mau di delete juga gapapa kok. Jadi chii mohon tolong kasih pendapat kalian. Terima kasih💋

Comment&vote before you leave, thank you!

The KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang