Chapter 7

1.5K 79 3
                                    

Rosa POV

Aku menoleh ke belakang dan melayangkan kepalan tanganku ke arah orang itu. Sebelum bogem mentah itu mendarat di wajahnya, aku melihat Aki sensei tersenyum lembut kepadaku.

"Oh! Sensei, maaf!" aku membungkukkan badanku, dan hanya dibalas dengan tawa kecilnya yang khas itu.

"Aki"

"Huh?" aku menatapnya heran.

"Kita sudah diluar sekolah, jadi panggil saja aku Aki" Aki tersenyum manis

"O...oh, baiklah. Maaf Aki, aku tidak tau kalau kau yang berjalan di belakangku" aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Tidak apa, ini memang salahku. Seharusnya aku tidak menarikmu seperti itu" dia tersenyum. Aku membalasnya dengan senyuman kikuk.

"Err, rumah mu ke arah sini?" aku mengangguk.

"Bagaimana kalau kita jalan bersama?Lagipula ini sudah sore. Wanita secantik dirimu tidak boleh berjalan sendirian" Aki tersenyum.

"O...oh boleh" mukaku memerah lagi. Sialan.

3rd POV

Sepasang murid dan guru itu berjalan dalam diam. Sesekali, Rosa menendang batu dihadapannya.

"Pacar atau sahabat?" kata-kata itu spontan membuat Rosa menoleh ke arah Aki dan memiringkan kepalanya.

"Misalnya, pacarmu adalah seorang pembunuh dan dia memintamu untuk membantunya untuk membunuh sahabatmu, karena sebenarnya sahabatmu memanfaatkanmu. Kau lebih memilih siapa?" Aki menoleh ke arahnya.

Aku terdiam sejenak.

"Aku termasuk orang pendendam, jadi kalau aku sudah tau kalau sahabatku seperti itu, mungkin aku memilih membantu pacarku" Rosa kembali melihat senyum mengerikan itu.

"Kau harus berpura-pura kesusahan membawa peralatan olahraga, lalu mintalah bantuannya dan ajak dia ke gudang sekolah. Sisanya biar aku yang urus" ucap lelaki itu.

"Hah, bahkan melihat mukanya aku ingin muntah. Sekarang kau memintaku untuk meminta bantuannya?" wanita itu mendengus kesal

"Ayolah, kau harus bersabar. Dia pasti mati. Save the best part for the last" lelaki itu mengelus kepala wanita itu.
Wanita itu tersenyum paksa dan mencium bibir lelaki itu sekilas.

Rosa POV

"Kau senang melamun, ya" Aki melambaikan tangannya didepan wajahku.

Aku tertegun melihat tangannya.

"Ah, tidak. Akhir-akhir ini aku sering bermimpi aneh tentang lelaki yamg wajahnya terlihat tidak asing bagiku, tetapi sifatnya seperti psikopat" aku menghela nafas. Dari ekor mataku aku melihat Aki tersenyum.

Kami pun sampai di depan rumahku. Aku menoleh ke arah Aki dan memberhentikan langkahku.

"Disini rumahku" Aki melihat kearah rumahku dan matanya seperti mengoreksi sesuatu.

"Eer... Kau mau masuk?" aku bertanya.

"Ah tidak usah, aku harus segera pulang. Hari sudah gelap" Aki melihat jam di pergelangan tangannya, aku mengangguk. Dia tersenyum dan membalikan badannya ke arah yang kami lewati tadi.

"Hei! Kau mau kemana?" aku bertanya

"Pulang" ujarnya, singkat padat dan jelas. Aku menatapnya kebingungan.

"Siapa bilang rumahku di arah sini" ucapnya menyeringai, membalikan badannya dan terus berjalan.

Aku tertegun mendengar balasannya.

To be continued

Vote&comment before you leave, thank you!

The KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang