/1/ Carnival Day [h]

25 1 0
                                    

Sore nanti, rencananya Hanbyul mau menyiapkan segala keperluannya untuk festival nanti malam.

Hanbyul bersama dua rekannya sudah memasukkan semua barang keperluan stand-nya kedalam bagasi mobil. Ia mengecek ulang semua barangnya.

Setelah dirasa sudah lengkap, mereka mulai masuk kedalam mobil lalu berangkat menuju tempat festival.

Saat itu pukul setengah lima sore waktu Korea Selatan, mengartikan bahwa malam tak akan lama lagi menyambut. Waktunya untuk menyiapkan stand tak akan banyak bagi mereka.

Dengan sedikit tergesa, Hanbyul dan dua temannya mulai mengangkut beberapa kardus yang penuh dengan berbagai bahan makanan dan juga beberapa alat untuk memasak lainnya.

Karena tergesa, Hanbyul tak sempat memeperhatikan jalannya.

Ia terjatuh.

Di tempat yang cukup sepi.

Dimana hanya ada beberapa orang yang sama sibuknya dengannya.

Dan mereka semua acuh.

Hanbyul mengaduh kecil. Meringis akibat rasa perih luka yang terkena tanah ditambah sepoi angin dingin. Intinya, Hanbyul kesakitan.

Seorang pemuda mungil yang tubuhnya mungkin hanya lebih tinggi beberapa senti dari Hanbyul berdiri tepat di belakang gadis Ahn itu.

''Gak apa-apa mbak?''

Hanbyul menolehkan kepalanya dan menemukan sesosok manusia berdada bidang yang umumnya dipanggil laki-laki sedang mengulurkan tanganya kearah Hanbyul.

Mungkin sebuah kode kalau pemuda berambut abu-abu dengan mata langit pagi ini mau membantu Hanbyul berdiri.

Hanbyul dengan sepenuh hati menyambut tangan kecil yang mau membantunya itu.

Setelah berdiri, Hanbyul langsung memunguti alat-alat untuk stand-nya. Untung saja hanya alat, bukan bahan. Kalau bahan, sudah pasti ia dan kawannya akan rugi besar.

Pemuda yang tadi menolongnya ikut membantu Hanbyul merapikan barang-barang berserakan tersebut.

''Biar saya bantu. Kamu pasti sibuk. Kamu duluan aja ke stand, nanti saya kesana nganterin barang ini.''

Hanbyul sempat ingin protes, tetapi melihat kesungguhan pemuda di hadapannya yang kini tengah berjongkok mengambil beberapa alat masak lalu memasukkannya ke kardus membuat dirinya tak jadi protes.

''Makasih banyak, mas. Makasihh banget. Tolong bantuin antar ke stand nomor tiga ya, mas.''

Setelahnya Hanbyul meninggalkan tempat itu.

Menyisakan pemuda yang kini tersenyum di sela-sela sibuknya. Sibuk merapikan alat masak milik gadis asing yang mungkin tak asing lagi di hidupnya, lebih tepatnya.

🍅🍅🍅

Hanbyul mengelap keringat yang menggantung di ujung dagunya.

Stand-nya sudah beres. Dan semuanya telah rampung--kecuali alat-alat yang tiga puluh menit yang lalu masih di bereskan oleh pemuda mungil berambut permen kapas.

Hanbyul dengan rasa lega--yang kurang sedikit lagi sempurna--duduk di kursi kayu yang tak jauh dari stand-nya. Bukan hanya Hanbyul, melainkan dua temannya juga, Sena dan Baekyu.

Langit mulai mem-biru nyaris hitam, pertanda malam akan menyambut. Hanbyul merasa cukup was-was karena pemuda yang katanya mau mengantarkan alat-alatnya kesini tak kunjung datang. Padahal acara pembukaan akan di mulai tepat saat matahari tenggelam sempurna.

Hit game 🌌 +bangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang