/1/ Roti [t]

36 2 7
                                    

Park Jimin x You

---

"Only you~ Only you~" Jimin memasuki kamar kalian, seraya menyenandungkan lagu Blanket Kick.

"Berisik, Jim," Gumammu yang perlahan mulai sadar dari alam mimpi.

"Sudah pagi, yeobo,"

"Badanku lemas. Sekujur tubuhku rasanya sakit."

Jimin terkekeh, "Arayo. Kau bekerja keras semalam,"

"..." Kau hanya diam. Menahan rasa malu yang disebabkan oleh pikiranmu—yang tanpa komando—menampilkan cuplikan kecil 'kejadian' tadi malam.

"Kalau begitu, aku yang buat sarapan, ya? Kamu mau makan apa?" tawar Jimin.

Kamu berpikir sejenak.
Dulu, sebelum kalian berdua meniti hubungan sampai sejauh ini, kalian pernah berniat memasak bersama.

- FLASHBACK : ON -

"Jimin-ah, kita akan masak apa?" tanyamu sambil mengamati isi kulkas.

"Di kulkas ada apa?" Jimin balik bertanya.

"Daging sapi.. Daging ayam.. Bayam.. Keju.. Telur."

"Hmm~"

"Bagaimana kalau semur daging?" tawarmu.

"Kau tahu caranya?" tanya Jimin. Kamu mengangguk.

".. Itu terlalu rumit! Buat yang sederhana, tapi enak!" tolak Jimin.

".. Omelette? Kita campur keju leleh, bagaimana?" usulmu lagi.

Jimin tersenyum lebar, "Setuju!"

"Tolong pecahkan telur, ya, Jim! Aku urus yang lain,"

Setelah kamu melelehkan keju, menyiapkan wajan kecil, dan lain-lain, kamu menghampiri Jimin yang duduk termangu di kursi.

Ia terlihat sangat fokus dengan telur di genggamannya.

"Sudah, Jim, telurnya?" tanyamu.

"Anu, (Y/N).. Sebenarnya.. Aku tidak mengerti cara memecahkan telur. Hehe.."

- FLASHBACK : OFF -

Mengingat bahwa laki-laki penuh energi itu tidak bisa memecahkan telur, kamu pasti berpikir, 'Sebaiknya, aku meminta sarapan yang sederhana saja.'

"Roti aja, Jim." pintamu.

"Roti?" Dari nada bicaranya, sepertinya Jimin bingung.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh, Jim. Aku tidak meminta roti yang tercetak di perutmu."

".. Apa di dapur ada roti? Bukannya kemarin kita nggak beli roti?"

"Aish, jinjja?" Dengan malas, kamu beranjak dari kasur. Berniat menuju dapur untuk mengecek.

"A-Aku yang akan mengecek. Kamu tidur saja." Jimin menghalangimu keluar kamar.

Kamu menghela napas, dan kembali bergelung dengan selimut.

----

"Krekk. Bum! Krekk. Bum!" Jimin membuka-menutup satu persatu lemari makan di dapur.

Ia sama sekali tidak menemukan roti. Di kulkas hanya ada ikan dan daging sapi. Ia tidak bisa memecahkan telur, jadi tentu tidak mungkin ia memasak dua bahan makanan tadi.

"Jimin! Apa rotinya sudah siap?" Teriakmu dari kamar.

"Yaa! Sebentar lagi!" Balas Jimin tak kalah kerasnya.

Jimin berpikir keras.
Bagaimana bisa ia membuat roti kalau tidak ada roti? Lagipula Jimin tidak mau mengecewakanmu.

----

Krekk~!

Beberapa menit setelah kamu terlelap bersama rasa lapar, Jimin masuk ke kamar.

"Yeobo. Rotinya siap."

Tak sampai 2 detik, sepasang netramu itu terbuka lebar.
.. Jimin terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

"MANA ROTINYAAA?" Kamu mengangkat kedua tanganmu ke atas seraya berteriak girang. Huh, sikap kekanakanmu muncul lagi.

"(Y/N) mau roti?" tanya Jimin dengan nada layaknya guru TK.

Kamu mengangguk cepat, sampai kepalamu terasa sedikit pusing.

"Tutup mata dulu!" Perintah Jimin.

"Kenapa memangnya?" tanyamu bingung.

"Lakukan saja apa yang ku suruh~"

Mau tak mau, kamu menutup mata. Tak lama, kamu merasakan kasur yang kamu tempati, bergerak. Sepertinya Jimin naik ke kasur.

"Buka mulutmu." Perintah Jimin lagi.

"Kenapa?"

"Aish. Buka saja."

"Jangan membuatku curiga, Park Jimin."

"Aku hanya ingin menyuapkan roti ini, Park (Y/N)."

Kamu menghela napas. Hanya ada dua pilihan; menuruti Jimin, atau membiarkan perutmu terus-menerus bernyanyi dengan suara 'kruuuuk kruuk'.

Kamu membuka mulut.

Blep.

Rotinya masuk. Setengah. Tapi ada yang aneh.
Teksturnya.. Kenyal?

Mengikuti insting, firasat, dan kata hatimu, kamu membuka mata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan kamu sadar. Yang masuk ke dalam mulutmu itu bukan roti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Melainkan pipi seorang Park Jimin.

- END -


Sotong tau kok, ini ga memenuhi ekspektasi kalian tentang fluff :(
Sotong emang ga jago :'3 Tapi biarkan Sotong berkembang yha :)

BTW, ini idenya dari pemikiran Sotong pas liat pipinya Jimin. Pipinya Jimin kan mbul, Sotong jadi pengen mamam :((

Semoga author selain Sotong bisa memenuhi hasrat kalian :'3

[Sotong✔]

Comment 'vote!' here to support this author!

Hit game 🌌 +bangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang