4

42 3 0
                                    

"Baiklah Ad. Kita saling memaafkan aja. Kita hanya terselip diwaktu", senyumnya menghias wajah kental keturunan Hindi. Jantungku mulai berdegup stabil. Sedikit lega.
"Tapi An. Asal kau tau, aku masih ke rumahmu besok paginya setelah kau menitipkan kotak itu. Tapi sayang aku sehari telat, kau dan Ibu sudah pergi. Aku telah berusaha An", ceritaku singkat.

Dia memainkan sendok disecangkir kopi yang dia pesan penuh lamunan.
"Tidak Ad. Tidak sepenuhnya kau berusaha. Kau tidak membalas emailku atau pun menanggapi permintaan pertemanan difacebook dan banyak lainnya. Penjelasanmu sangat berbeda dengan perbuatanmu".

Aku pun tertegun. Aku tidak tau harus menjawab seperti apa.
"maaf An. Aku memang sengaja ingin melupakanmu. Tetapi sekarang aku menginginkanmu. Egoiskah aku?"

Aku perhatikan makanan yang telah disajikan dan mencoba mengalihkan perhatian. "Aku sangat lapar An. Kita makan dulu. Kurasa masih ada waktu untuk kita bahas satu persatu seperti rapat paripurna dewan perwakilan rakyat", aku menggigit kedua bibirku menahan tawa.

Aku menahan ludah dan ingin cepat-cepat melahap habis makanan ini. Dari teksturnya meyakinkan sekali ini lezat. Langsung ku santap. Yummy.
"Ini namanya apa An?", tanyaku sambil mulutku penuh makanan.
"Ayam tandoori Ad. Makanan kesukaanku setelah Nasi Biryani", mata coklatnya memandangiku.
"Berarti mulai hari ini, keduanya menjadi makanan kesukaanku", tiba-tiba saja aku menggodanya haha.

Setelah menyantap habis Ayam tandoori yang lezat, ku ambil ponselku. Ku buka aplikasi Chat LINE.
Addar: Dok. Aku akan tinggal beberapa hari lagi di Mumbai. Aku bertemu dengan teman lamaku. Rasanya aku butuh waktu dengannya lagi. Terima kasih.
Dokter Bima: Wah kenapa tiba-tiba sekali kamu bilang dokter Ad. Kita kan sudah memesan tiket pulang-pergi.
Addar: Gpp dok. Tiketku akan hangus. Aku akan kembali ke hotel sekitar satu jam lagi. Kita akan berjumpa disana.
Dokter Bima: Baiklah. See u later.

Ya, keputusanku sudah bulat. Aku berjanji jika aku menemukan Anjani aku akan tinggal beberapa hari di Mumbai.
"An. Setelah ini kau mau kemana?", tanyaku pelan.
"Aku akan pulang, mungkin Ibu udah pulang juga. Ini udah sore banget Ad. Apakah kita akan pisah disini?", jawabnya sekaligus pertanyaan yang menyakitkan. Masa iya baru bertemu udah pisah lagi. Bahkan dia tidak menanyakan aku tidur dimana. Perempuan ini begitu dingin kepadaku.
"Tidak An. Kita tidak akan berpisah disini. Temani aku sebentar bisa?", aku coba membujuknya.
Dia mulai berpikir, "Hmm kemana?"
"Ayolah. Biar ku ulangi semua perjalananku hari ini sampai akhirnya aku menemukanmu", aku memegang tangannya.
Lalu tiba-tiba dia melepaskannya, "Jangan Ad. Aku bisa sendiri".
Sontak aku terkejut.
"An bukannya dulu kita sering berpegangan tangan? Disaat susah atau pun senang. Tapi sekarang kenapa kau lepaskan? Kau sudah kepunyaan orang lainkah?"

Heart meterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang