Sore ini ada pengajian ibu-ibu di rumah Ibu Elis di blok C. Aku datang sedikit terlambat karena harus memasak dan membereskan rumah dahulu sepulang sekolah. Sampai di sana acara pengajian sudah dimulai. Akhirnya aku hanya mengikuti sebagian acara yang tersisa. Dan seperti biasa, saat acara ‘lain-lain’ dimulai, ibu-ibu sudah mulai mengobrol dan menyantap hidangan yang tersedia.
“Bu Nida, tahu nggak, Bu Melly … ” ucap ibu-ibu yang duduk di sampingku tiba-tiba. Dari gelang emas gemerincing yang dipakainya sampai sesiku, tanpa melihat wajahnya aku bisa menebak kalau itu Bu Tania. Eh tapi ngomong-ngomong dia nyebutin Melly. Ada apa dengan Melly?
“Memangnya Bu Melly kenapa ya, Bu?” tanyaku memotong ucapannya. Tiba-tiba merasa khawatir, takut terjadi sesuatu dengan Melly atau suaminya.
“Oh nggak, itu, Bu Melly nggak bisa ikut pengajian hari ini.”
Ya elah. Ini akunya yang lebay apa Bu Tania nya yang bikin aku lebay. Cuma masalah Melly nggak ikut pengajian aja sampai bikin dag dig dug gini.
“Ooh, kenapa ya, Bu? Biar dia warga baru kan biasanya dia rajin hadir?” tanyaku. Agak aneh juga sih Melly absen pengajian. Lagipula kalau dia nggak hadir biasanya dia kasih kabar ke aku, ya minimal SMS. Tapi sepertinya aku sama sekali tidak mendapat SMS darinya siang ini.
“Saya kurang tahu … ” jawabnya yang membuatku mencibir dalam hati. Gayanya aja tadi bikin penasaran setengah mati. Nggak tahunya tet tot, maaf saya tidak tahu jawabannya. Cape deeeeehh! Mending nanti ku SMS sendiri aja Melly atau kalau nggak sepulang dari pengajian ini aku mampir ke rumahnya.
Aku hanya terdiam dan berbalik ke sisi lain dari Bu Tania. Kulihat Bu Odeh, wanita bertubuh agak subur dengan sederet perhiasan kerlap-kerlipnya yang 11:12 dengan Bu Tania, sedang menyantap camilan yang tersedia di hadapannya. Dan aku hanya tersenyum melihatnya. Bu Odeh ini salah satu biang gossip di komplek. Pokoknya kalau mau tahu tentang keadaan komplek dengan jelas narasumber paling bisa diandalkan ya dia ini. Yah maklumlah, dia istri Pak RW.
“Bu Odeh tahu kenapa Bu Melly nggak hadir di pengajian hari ini?” tanyaku yang membuat Bu Odeh segera menelan bulat-bulat camilan yang dipegangnya dan meminum teh di hadapannya dengan tergesa-gesa. Sepertinya aku tidak sabar menunggu pulang ke rumah untuk SMS Melly dan menanyakan kabarnya.
“Bu Nida nggak tahu?” tanyanya dengan ekspresi yang berlebihan menurutku. Dan aku hanya menggelengkan kepalaku menjawab pertanyaan Bu Odeh tersebut.
“Itu, Bu Melly lagi hamil muda. Dia lagi muntah-muntah terus makanya dia nggak bisa hadir.” jelas Bu Odeh yang membuatku terkejut. Melly hamil? Kok bisa?
“Ya bisalah. Wong ada suaminya.” jawab Bu Odeh tiba-tiba yang membuatku lebih terkejut. Aku tadi kan cuma membatin, kok? Walah, jangan-jangan tanpa sadar aku mengucapkan apa yang ada di batinku.
“Oh iya, Bu. Maksud saya …” Belum aku menyelesaikan Bu Odeh sudah memotong ucapanku, “Iya saya ngerti. Bu Nida iri kan. Pengantin baru kaya Bu Melly ternyata malah hamil duluan. Makanya coba Bu Nida sama suami periksa ke dokter. Siapa tahu ada gangguan gitu. Saya ada tu kenalan dokter spesialis kandungan, namanya Dokter Sam. Kalau mau saya kasih alamat sama nomer telponnya.”
Jleb jleb jleb! Cuma membayangkan Melly hamil duluan aja udah kerasa nyeri ini hati. Dan sekarang begitu kejadian, ditambah ucapan manis begini, rasanya semakin nyeri Jendral.
“Dulu temen bapak ada tuh, udah nikah 10 tahun belum juga dikasih momongan. Eh begitu periksa ke Dokter Sam, dua tahun kemudian Alhamdulillah mereka dikasih momongan, kembar lagi. Makanya coba Bu Nida sama suami ke sana, siapa tahu kan rejekinya.” lanjutnya santai yang membuatku semakin tertohok.