PROLOG

83 27 2
                                    


Sunyi.

Aku berdiri di tengah jalan yang luas. Di kelilingi pantai dengan semburat jingga. Namun perlahan, semburat itu menggelapkan cerianya dunia. Aku tertegun dibuatnya. Lalu beberapa saat kemudian, cahaya itu lenyap.

Gelap.

Suara kicauan burung yang sempat terdengar nyaring, kini berubah samar. Pertanda hari memang sudah seharusnya gelap dan mereka kembali ke sarang masing-masing. Begitupun aku yang harus kembali ke bangunan tua yang sudah berdiri sejak lima puluh tahun lalu.

Aku berjalan dengan tenang seakan tahu jika kaki ini takkan salah melangkah. Sekaligus, seolah mengikuti angin sepoi-sepoi yang menggiringku berlalu menjauh.

TWC's Family.

Samar-samar, aku bisa membaca tulisan itu. Karena berdiri di dekat tulisan sederhana yang terukir rapi di atas papan kayu. Benda itu menancap di tepi jalan.

Di sebelah kanannya, pohon asam berdiri dengan angkuh, kokoh, seakan usianya belum mencapai setengah abad. Padahal, menurut cerita kakek dan nenek--yang sudah tiada--dulu sudah berusia empat puluh tahun. Kata mereka pula jika di sana banyak penghuninya.

Memanggil nama mereka, membuatku teringat dengan masa lalu. Ingat betul jika villa ini telah susah payah dibangun. Bangunan bernuansa pantai membuat siapapun yang melihatnya akan terpacu untuk menginap.

Lampu di serambi sibuk menyala dan meredup secara bergantian. Meski begitu, villa ini memiliki banyak kamar, namun entah mengapa tidak ada satu pun yang menempatinya.

Mengapa semua berbeda dari sebelumnya?
Sebelum aku tinggal sendiri menempatinya.

Aku pun kembali meneruskan langkah. Berjalan menuju ke serambi villa.

Tiba-tiba saja terdengar suara mobil yang berhenti. Suaranya sangat jelas seakan-akan tepat di belakangku. Aku menoleh dan mendapati tiga orang lelaki.

"Welcome in TWC Villa!" ucapku dengan antusias. Namun tidak ada satu pun orang yang memerhatikan. "WELCOME IN HEREE!" Kuulangi lagi dengan nada yang lebih keras.

"Are you the office girl in here?" tanya lelaki berambut warna-warni.
"No, i'm not. I'm...." Kalimatku terhenti karena seseorang memanggilnya.

"Ahh Mike, what are you doing? Lo pasti mulai ngelantur nggak jelas!"

Melantur tidak jelas, katanya?

Yang benar saja!
Hai! Dia bicara denganku! Memangnya kau tidak melihatku?

***

Find Me, please (Kelompok 10)Where stories live. Discover now