PART 3

37 22 0
                                    


Beberapa jam kemudian, dua lelaki itu tak kunjung menemukan Aldo. Mereka terlihat sangat lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Akhirnya, aku berencana untuk mengembalikan satu teman laki-laki mereka.

"Temanmu akan kembali, tapi dengan syarat!" Aku menyeringai. Merasa bangga dengan ide terselubung ini. Walaupun aku tahu jika lelaki ini tak bisa melihat wujudku.

"Apa pun itu, akan kulakukan. Asalkan kamu kembalikan aku pada teman-temanku!" ucapnya seolah sungguh-sungguh.

Aku hanya tersenyum penuh arti. "Kamu harus mencari keberadaan jasadku!"

Aldo terkejut bukan main. Dalam hati aku tertawa. Begitu menyenangkan bisa melakukan apa saja yang aku suka, termasuk bermain-main sedikit dengan anak-anak payah ini.

"B-bagaimana bisa? Aku bahkan tidak tahu wujudmu seperti apa, dan aku juga tak tahu di mana tempatmu mengembuskan napas terakhir," katanya membela diri.

Benar juga, sih. Tapi, aku tidak mau tahu pokoknya itulah yang aku mau saat ini! Setidaknya aku bisa melihat bagaimana cerminanku dulu pada jasadku itu.

"Bagaimanapun caranya, kamu harus menemukan jasadku! Yang pasti aku seorang wanita."

Dia hendak pergi saat aku mengucapkan kalimat terakhir yang sama sekali tidak membantunya. Karena aku memang tidak bisa mengingat apa-apa, bahkan bagaimana aku bisa menjadi hantu gentayangan begini pun aku tidak tahu kronologinya.

"Kamu tidak tahu bagaimana kamu mati?" tanyanya penasaran.
Dengan bodohnya aku menggeleng, tapi langsung kujawab, "Tidak." Begitu menyadari jika ia tak bisa melihatku.

Aku seperti hantu yang benar-benar bodoh dan tak berguna. Untungnya aku sudah mati.

"Kenapa kamu tidak mencoba mencari jasadmu sendiri?"

"Kenapa kamu terus bertanya dan bukannya mulai mencari? Atau aku tidak akan mengembalikanmu pada teman-teman bodohmu itu."

"Mereka tidak bodoh!" sanggahnya membela.

"Tapi mereka tidak pintar!" balasku membela pendapat pribadi.

"Kamu tahu itu."

Astaga. Lelaki ini benar-benar tidak takut atau bagaimana, sih? Bisa-bisanya dia membuat lelucon di saat seperti ini.

"Jangan coba-coba untuk melarikan diri! Karena aku akan tetap di belakangmu!" Aku mengingatkan. Lelaki itu mengangguk.

Tanpa basa-basi lagi, ia sudah menghilang dari hadapanku secepat kilat. Walaupun begitu, aku langsung mengikuti keberadaannya.

Saat kami tengah kembali ke dunia asli--villaku, Aldo langsung berjalan mengarah ruang kamar yang berada di lantai dasar. Karena teman-temannya berada di lantai atas, kemungkinan mereka tak menyadari keberadaan Aldo di sini tengah bersamaku.

Lelaki itu mulai menggeledah kamar. Memeriksa ruang yang ada di bawah tempat tidur, mengecek di dalam lemari, bahkan nakas yang berada di samping tempat tidur juga diperiksa. Aku yang hanya memperhatikan saja mulai jenuh. Bagaimana dengannya?

"Ini fotomu? Di manapun kamu berada, lihatlah foto ini. Perempuan ini kamu atau bukan, hantu?"

Tiba-tiba Aldo bersuara, lalu aku langsung menghampirinya yang memperlihatkan secara asal foto itu dari segala arah. Apakah benar itu-- aku?

"Mungkin itu memang diriku," jawabku ragu.

"Dasar hantu payah!" gerutunya meremehkan.

"Hai, mau macam-macam kamu denganku?!" kataku sengit.

Namun, Aldo tak peduli dengan ancamanku dan langsung berjalan lagi mengitari kamar ini.

"Aku merasa ada yang janggal dari kamar ini," ucapnya begitu yakin.

Aku mengikuti arah pandangnya. "Lemari itu terlihat tidak sejajar dan seperti tidak pada tempatnya."

Aldo berjalan ke sisi lemari. Dan mengintip ke balik lemari itu. "Aku menemukan sesuatu yang membuat lemari ini tak bisa rata dengan dinding!" katanya terlihat seperti detektif yang tengah memecahkan sebuah misteri.

"Aku pecinta conan, jadi aku suka dengan hal yang seperti ini," ujarnya seolah-olah tengah menjawab apa yang ada di pikiranku.

Aduh, yang sebenarnya hantu itu siapa sih?

"Kamu harus menggeser lemarinya."

Dengan perintah Aldo yang sepertinya masuk akal, aku pun menggeser lemari itu dengan kekuatan yang aku miliki. Dan, benar saja. Ada sebuah pintu yang sepertinya sengaja ditutupi oleh lemari itu.

Aldo sama terkejutnya denganku. Aku mungkin lupa dengan keberadaan pintu itu di villa ini.

"Yah, terkunci," keluh Aldo dengan nada menyesal.

"Jangan khawatir, aku akan membukanya."

***

Kami tiba di sebuah ruangan bawah tanah. Ruangan yang sangat tertutup, dan tak seorang pun menyadari keberadaannya. Bahkan aku yang memiliki villa ini pun tidak ingat. Namun, setelah masuk ke ruangan ini, rasanya sangat tidak asing.

Aldo mulai mengelilingi ruangan ini. Entah mengapa, aku merasa di sinilah aku mati. Tapi, bagaimana bisa?

"Ini pasti kamu!" tegasnya penuh keyakinan. "Hai, hantu? Di manapun kamu berada, aku menemukan fotomu lagi. Tapi kamu tidak sendiri, kamu bersama laki-laki sepertinya ... sayangnya wajahnya dicoret-coret spidol," jelasnya.

Aku mencoba mengamati foto itu baik-baik. Siapa dia? Apa dia keluargaku?

Saat aku mencoba mengingat, hasilnya tetap tak ada apa-apa. Nihil.

"Di belakang fotomu tertulis ... Bryana and Michael?" tanyanya ragu. "Argh! Jangan-jangan kamu adalah mantan pacar Michael yang pernah dikabarkan mati di villanya?! Astaga. Bagaimana bisa ini semua ...."

Aku menggeleng-geleng tidak mengerti. "Jelaskan apa maksudmu!" pintaku.
Namun, saat Aldo akan membuka mulut, Mike dan temannya menampakkan diri.
Kemudian bergabung di ruangan bawah tanah ini. Teman-teman mereka terkejut sekaligus senang saat
mengetahui Aldo baik-baik saja.

Namun di satu sisi...
Seseorang yang lain terlihat aneh.
Matanya melotot. Seolah benar-benar terkejut.

***

Find Me, please (Kelompok 10)Where stories live. Discover now