Part 3(Marriage without Love)

34.1K 2.2K 26
                                    

Hari sakral yang ditunggu-tunggu oleh kedua belah pihak keluarga yang telah lama bersahabat itupun akhirnya tiba juga. Resepsi bernuansa Timur Tengah dan mewah pun digelar untuk memperhelatkan dua pasang anak manusia yang baru beberapa jam ini resmi menjadi suami istri. Keunikan bermula di pintu utama ruangan yang dihias indah dengan dekoratif geometri berunsurkan Timur Tengah. Diapit oleh tiang-tiang bercirikan tema yang sama. Di pentas utama, terletak pelaminan yang menampakkan lelaki dan perempuan yang bagaikan raja dan ratu sehari. Zam Zam Grand Ballroom. Ya. Disinilah mereka merayakan hari yang bersejarah ini. Fara tampak cantik dengan balutan kebaya muslim modern berwarna peach dan silver. Senada dengan stelan yang dikenakan oleh Rama. Mereka berdua tampak serasi. Tersenyum bahagia sambil menyalami para kolega dan tamu-tamu yang berdatangan. Meskipun sebenarnya senyum itu hanya sebuah senyum sandiwara.

" Gerah banget mam pake jilbab kayak gini."

Fara kelihatan risih memakai jilbab modis yang sudah dari tadi pagi dikenakannya. Memang, kedua orang tuanya memintanya untuk memakai jilbab di hari yang bersejarah ini. Meskipun awalnya Fara sedikit menolak.

" Anggap saja ini proses belajar Far. Ini sudah menjadi kewajiban mu sebagai muslimah."

Bisik mama disela sela menyalami beberapa tamu yang naik ke pelaminan. Mungkin kalimat barusan sudah berulangkali disampaikan mama kepada Fara. Menutup aurat itu adalah sebuah kewajiban. Mamanya hanya berharap, setelah menikah dengan Rama, Fara bisa berubah. Karena dari awal Fara memang mempunyai niat seperti itukan? Semoga saja dia menepati janjinya.

" Oke... Untuk hari ini aku akan menggunakan penutup kepala ini."

Fara menghela nafas panjang. Ketika dia menoleh ke sisi kiri, dilihatnya ada satu sosok yang sedang memperhatikannya. Rama. Mata mereka berdua beradu tanpa disengaja. Fara hanya bisa menelan ludah beberapa kali disaat Rama tak juga melepaskan pandangannya pada Fara. Dia seakan ingin menyampaikan sesuatu pada Fara.

" Mama mu benar."

Timpal Rama beberapa detik kemudian. Ternyata pria berwajah malaikat yang sudah menjadi suaminya ini mendengar keluhan dan obrolannya dengan mama barusan. Fara hanya terdiam. Bungkam tak bergeming dihadapan Rama. Semenjak membaca surat yang diberikan oleh Rama malam itu, Fara memang merasa tersakiti. Bahkan dia pernah ingin membatalkan pernikahan ini, namun kedua orang tuanya malah marah besar. Karena Fara tak punya alasan yang kuat untuk membatalkan pernikahan yang sudah ditentukan tanggalnya. Fara tak mungkin berbicara jujur pada kedua orang tuanya. Berbicara tentang penolakan pria berwajah malaikat ini padanya. Itu tak mungkin. Karena dia akan menyakiti banyak orang kalau memang sampai itu terjadi.

" Jangan coba-coba mengaturku kalau kamu menganggap pernikahan ini hanya sandiwara."

Fara menatap tajam Rama.

" Baik kalau itu yang kamu mau"

Ujarnya sambil membuang muka pada Fara. Matanya beralih pada para tamu yang masih datang silih berganti untuk menyalami mereka. Sesaat, Perhatian Fara pun tertuju pada sosok wanita yang sedang menapaki anak tangga pelaminan. Wanita berparas cantik yang memakai gamis abu-abu dan jilbab dalam menutupi dadanya. wanita itu tampak sederhana di saat para tamu memakai pakaian glamour yang sesuai dengan dress code untuk acara resepsi. Wanita itu masih tampak muda. Mungkin dia seumuran dengan Rama. Saat mata Fara masih terpaku menatapnya, dia tersenyum simpul ke arah Rama.

" Selamat ya kak. Barokallah."

Suaranya terdengar lembut saat memberi selamat dengan mengatupkan kedua tangannya ke arah Rama.

" Syukran Annisa."

Fara baru menyadari kalau suami yang berada disampingnya sedang berdiri kaku dan gugup. Suara Rama terdengar bergetar saat menjawab ucapan selamat dari Annisa. Ya. Namanya Annisa. Rama memanggil gadis itu Annisa. Dirasakannya ada raut aneh terpampang di wajah Rama. Kenapa dia? Apa dia kenal dekat dengan wanita ini? Pikiran Fara pun menerawang. Menatap penasaran Rama yang masih terlihat canggung saat wanita berkulit kuning langsat dan berhidung mancung itu berjalan untuk mendekati Fara.

POOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang