Part 4( Love Hurts)

33.3K 2.1K 24
                                    

" Apa?? Jadi...Jadi kita berdua di terima di Dream Magazine?!"

Fara terlonjak dari duduknya ketika mendengar perkataan yang baru saja lolos dari mulut Alya. Matanya bebinar binar saat mendengar kabar baik ini. Mimpinya untuk bekerja di salah satu majalah terkenal di Indonesia itu akhirnya terwujud. Ya. Dream Magazine. Majalah ternama  yang menampung penulis dan jurnalis berbakat.

" Yaelah Far...Masa gue becanda sih? Ini serius. Kita berdua bakal dikontrak disana!"

Alya meyakinan Fara.

" Alhamdulillah. Akhirnya mimpi kita terwujud ya Al."

Ujar Fara dengan mengucap syukur. Diapun segera duduk kembali di kursi café yang sudah ditempatinya semenjak setengah jam yang lalu itu. Tidak sia-sia perjuangan mereka selama ini. Alya pun memutuskan resign dari kantornya sekarang demi bekerja di Dream Magazine.

" Iya...Akhirnya ya Far. Makanya, jangan punya anak dulu. Entar malah kerjaan lo ke ganggu."

" Uhuk-uhuk!"

Fara yang sedang meneguk soft drink terbatuk batuk mendengar peringatan dari Alya. Anak? Fara mengehela nafas panjang. Bahkan dia sama sekali lupa dengan anak. Tak pernah terbersip di kepalanya untuk mempunyai anak dengan Rama. Karena itu mustahil. Mustahil bukan karena dia tidak ingin punya anak. Tapi justru karena Rama. Rama yang tak mencintainya dan bahkan tak menginginkan punya anak bersamanya.

" Lo kenapa Far? Kok ngelamun?"

Fara terkesiap. Dilihatnya Alya yang sedang duduk diseberang menatapnya curiga.

" Eng..Nggak papa. Gue Cuma capek aja."

" Hmm.. Sorry ya gue ganggu waktu honeymoon lo. Soalnya ini penting banget. Kalau lo emang mau balik, ya udah balik aja."

Ada sedikit rasa bersalah dari Alya. Karena dia tahu sahabat terdekatnya ini sedang berada dalam masa honeymoon. Namun karena telfon mendadak darinya tadi pagi, Fara harus meluangkan waktunya untuk bertemu dengan Alya di café.

" Nggak papa kok. Rama juga lagi ada kerjaan dikampus."

" Ohh... Syukur deh. Gimana malam pertama lo? Seru nggak?"

Tanya Alya dengan antusias. Dia beringsut duduk sambil memajukan kursi yang didudukinya untuk mendengar cerita dari Fara.

" Halah.. kepo deh."

Fara mengelak sambil mengayunkan jemarinya ke udara. Sepertinya Fara tak mau berbagi pada Alya. Karena memang tak ada cerita manis yang harus dibagi. Sesaat suasana pun menjadi hening. Alya yang putus asa kembali menyantap menunya. Sedangakn Fara masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Bayangan Rama kembali datang menghampiri benaknya.

" Gue mau...pake jilbab."

Spontan kalimat itu langsung keluar dari mulut Fara yang sedang menatap langit tengah hari lewat jendela café.

" Uhuk-uhuk!"

Alya melotot dan saat ini gilirannya lah yang terbatuk batuk mendnegar perkataan dari Fara.

" What?? Tapi...bagus deh. Lo harus tepatin janji lo buat berubah Far. Kan lo udah dapetin apa yang lo mau. Lelaki sholeh yang akan membimbing lo."

Suara Alya menggema. Untung saja orang-orang di café sedang sibuk dengan kegiatan makan siang mereka masing-masing.

" Yap. Tapi...entah kenapa gue ngerasa nggak pantes buat Rama. Rama kan anaknya alim, calem, sopan. Sedangkan gue? Gue Cuma cewek selengekan yang nggak taat Al."

" Tapi nggak kayak gitu juga kali Far. Sekarangkan dia udah jadi suami lo. Nggak ada lagi bahasan 'pantes gak pantes'. Kalian harus saling melengkapi. Tapi, jangan sampai niat lo buat pake jilbab itu hanya karena Rama. Gue tau kok hati lo itu belum sepenuhnya ikhlas buat berhijab. Tunggu sampai hidayah itu jemput lo."

POOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang