Part 5(New Life)

31.3K 2.1K 34
                                    

" Ini pake. Perjalanan kita satu arah."

Fara menyodorkan kunci mobilnya ke tangan Rama saat mereka berada diteras rumah. Pagi ini, Rama memang ada kelas dengan mahasiswa semester 3.

" Satu arah? Bukankah kantormu berbeda arah denganku?"

Fara tersenyum simpul. Dia memang sudah bercerita kepada Rama dan kedua orang tuanya perihal pekerjaannya. Dan dengan mudah Rama menyetujui dan mengizinkan Fara untuk bekerja di dream magazine. Meskipun orang tuanya kurang setuju. Namun, Rama lebih berhak memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan Fara. Alhasil orang tuanya tidak terlalu mencampuri urusan Fara lagi. Karena sudah ada yang lebih berhak daripada mereka atas Fara.

" Aku baru minggu depan mulai bekerja. Ini pake."

Lagi-lagi Fara menyodorkan kunci mobilnya. Rama bergeming. Sesaat diliriknya motor yang sudah terparkir di halaman rumah. Melihat ekspresi Rama yang seakan ingin mengajaknya untuk naik motor, Fara menggeleng cepat.

" Kenapa?"

Tanya Rama heran.

" Selama 25 tahun kehidupanku, aku baru satu kali naik motor bersama dengan temanku. Dan kamu tahu apa akibatnya?"

" Apa?"

" Aku Hampir divonis buta. Dan mungkin nyaris mati. Dan bekas luka itu masih ada dipunggungku. Ku rasa kamu sudah melihatnya pada malam pertama pernikahan kita. Kamu masih ingatkan ada bekas luka dipunggungku?"

Fara menjelaskan dengan sangat serius. Ada sedikit kengerian terbesip di rautnya saat mengingat kecelakaan yang terjadi pada waktu dia duduk dibangku kelas 2 SMA. Temannya meninggal. Dan untung saja Fara sebagai penumpang selamat karena dia lebih dahulu melompat sebelum truk melindas mereka. Namun, ekspresi serius Fara berbeda dengan ekspresi Rama. Muka Rama merah padam. Bahkan beberapa kali dia membuang muka dan matanya menyisir ke sekitar.

" Kenapa? Kok kayak gelisah gitu?"

Tanya Fara polos. Rama masih gelisah. Bahkan mukanya makin memerah padam.

" Ups.. Sorry. Apa aku sudah membuatmu malu?"

Akhirnya Fara menyadari kejahatannya. Kejahatan yang sudah membuat muka Rama merah padam.

" Maaf kalau aku melontarkan pertanyaan yang masih kamu anggap tabu. Mungkin bagi pria alim seperti mu pembahasan malam pertama pernikahan adalah hal memalukan. Sangat berbeda denganku. Bahkan sejak duduk dibangku kuliah aku sangat sering membahasnya bersama dengan teman-temanku. Sudahlah. Tak perlu gelisah seperti itu."

Fara merasa bersalah. Namun sebenarnya dia tak bisa menahan tawa melihat ekspresi Rama yang malu-malu berbaur gelisah.

" Ya sudah. Ini kuncinya. Ayo kita berangkat."

Untuk yang ketiga kalinya Fara menyodorkan kunci mobil miliknya.

" Aku nggak bisa nyetir."

Ujar Rama singkat. Membuat Fara sedikit melongo dan melotot. Rama tak bisa menyetir? Di zaman modern seperti ini seorang lelaki matang tak bisa menyetir?. Fara bergumam.

" Kamu serius?"

Tanya Fara meyakinkan.

" Iya."

" Hmm.. Oke. Bagaimana kalau aku yang menyetir?"

Tawar Fara. Raut Rama tampak tak setuju.

" Nggak. Aku akan naik motorku. Dan kamu silahkan naik mobilmu."

" Kita ini satu arah loh Ram. Bahkan satu tujuan."

Fara tetap kekeuh.

" Udah aku bilangkan aku nggak mau? Kamu itu perempuan. Dan aku lelaki. Terasa janggal kalau aku harus duduk di sebelah seorang wanita yang sedang mengendarai mobil."

POOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang