Rama menghentikan Pajero sport nya tepat dihalaman rumah minimalis milik orang tuanya. Lampu teras sudah dihidupkan, menandakan malam memang sudah dari tadi menjelang Jakarta. Ada sebentuk kepanikan tersendiri tersampir di benak Rama saat menerima telfon dari bundanya tadi. Seperti ada hal buruk yang akan terjadi. Sedangkan Fara hanya bisa bertanya Tanya sendiri kepada bathinnya. Dia sama sekali tak paham kenapa bunda tiba-tiba menyuruh mereka kerumah. Dengan tergesa gesa Rama dan Fara segera turun dari mobil. Menapaki 3 anak tangga menuju teras rumah. Rama mendorong pelan pintu kokoh dan besar yang menjadi gerbang untuk masuk kerumahnya itu. Saat pintu itu terbuka, sudah ada kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tamu. Duduk dalam diam dengan berdampingan. Tak ada suasana hangat dan ramah yang menyambut kedatangan mereka berdua. Yang ada hanyalah tatapan tajam penuh intimidasi yang diperlihatkan ayah kepada Rama.
" Assalamu'alaikum yah...Bund.."
Tak lupa Fara mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam. Sedangkan Rama sempat melupakan ucapan salamnya karena terlalu terganggu dengan tatapan sinis dari ayahnya. Ada apa ini? Apa yang telah terjadi?
" Wa'alaikumsalam. Masuk nak..."
Ada seulas senyum kecil yang dihadiahkan bunda saat menatap Fara. Mata teduhnya yang sangat mirip dengan mata Rama membuat hati Fara sedikit tenang. Diapun melangkah menuju sofa terpisah. Duduk di dekat bunda yang berada disisinya.
" Rama!"
Langkah Rama terhenti saat dia juga hendak duduk mengikuti Fara. Seketika ayahnya membentak kemudian bangkit sambil mematikan cerutunya. Terakhir kali Rama melihat ayahnya seperti ini sekitar 15 tahun yang lalu. Saat dimana dia meninggalkan sholat 5 waktu dengan sengaja. Ayahnya geram dan marah pada waktu itu. Dan kali ini, Rama melihat raut itu kembali. Raut kemarahan yang teramat besar.
Dengan perasaan kacau balau, Ramapun mengurungkan niatnya untuk duduk. Dia berjalan kaku mendekati ayahnya yang sudah berdiri dari beberapa detik yang lalu.
PLAAAAAAAAKKKK!!!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi kiri Rama.
" Ayah!!!"
Fara terlonjak saat melihat ayah menampar Rama didepannya.
" Fara, kamu cukup diam disini."
Saat Fara ingin mendekati Rama, bunda segera menarik tangan Fara. Berusaha untuk membuat Fara agar tetap duduk tenang didekatnya.
" Tapi bund...Rama..."
Mata Fara sudah mulai berkaca-kaca saat melihat Rama tertunduk sambil memegang pipi kirinya. Ada ringisan halus yang lolos dari mulutnya berkat tamparan keras dari sang ayah.
" Ayah akan memberikan pelajaran pada anak pengecut ini Far! Jadi kamu cukup diam dan melihat saja!"
Tidak hanya kepada Rama, ayah juga membentak Fara. Tapi bentakan itu tidak sekeras bentakan beliau kepada Rama.
" Apa kamu tidak bertanya kenapa ayah menamparmu hah?!"
Sepersekian detik, ayah langsung menarik krah kemeja Rama yang masih saja bungkam. Tak berbuat dan tak berani berkata apapun. Saat ini gambaran seorang pengecut memang sangat terlihat jelas di setiap sisi diri Rama.
" Pecundang! Pengecut! Ayo tanyakan kenapa ayah tega menamparmu! Tanyakan Rama! Tanyakaaannn!!!"
Bentakan ayah membuat setiap sudut ruang tamu menggema. Bunda dan Fara hanya bisa memicing ketika melihat kemarahan dan emosi ayah yang sudah sangat memuncak. Mukanya merah padam. Bahkan matanya melototi Rama yang masih saja menunduk.
" Ke-na-pa ayah...Kenapa ayah menamparku?"
Nada Rama terdengar ragu-ragu. Namun dia sudah berani menatap mata tajam ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POOR LOVE
RomanceSebenarnya Fara belum bisa melupakan masa lalunya yang kelam. Keluyuran, merokok, mabuk-mabukan menjadi kegiatan favoritnya dulu. Meskipun sudah mulai berubah namun hidayah yang dinanti belum juga datang. Sampai pada suatu ketika, Fara dipertemukan...