3. Millefoglie for You

3.7K 548 197
                                    

STORY BY MOSAICRILE

www.mosaicrile.com/writer | Instagram, Twitter: mosaicrile

HEARTbeat: The Last Heir. Copyright © by MosaicRile

---

Empat jam sebelum pembantaian ....

NYARIS semua turis bahkan penduduk lokal setuju kue pastri buatan Pasticceria Tonolo adalah yang terlezat, disajikan dengan bahan berkualitas, dan penampilan menggiurkan. Mereka tidak tahu tentang eksperimen yang selalu dikerjakan tanpa kenal lelah oleh seorang pâtissière muda.

Seperti sekarang, ketika semua pekerja telah pulang menghangatkan diri atau mempersiapkan menu masakan yang bisa disantap saat penghujung tahun tiba, Caitlyn Joy masih sibuk dengan kotak krim, telur, mentega, dan semangkuk gula dingin. Ia bersenandung ringan saat menata lapis demi lapis adonan kue. Sepasang kaki yang mengenakan kaus pastel sesekali berjinjit di atas lantai kayu dan memperagakan teknik pointe[3].

"Pastry cream ..., whipped cream ..., vanilla ...."

Di dalam loyang bulat, tersusun rapi lapisan millefoglie yang menguarkan harum cokelat bercampur susu. Ia hanya perlu menambahkan sedikit krim sebagai alas untuk menempatkan buah stroberi, kemudian menaburkan gula halus di bagian permukaan kue. Detik ketika ia meraih mangkuk penuh gula, kakinya tergelincir sehingga tumpahlah seluruh isi mangkuk ke lantai. Sesaat Caitlyn terdiam. Bibir kecilnya membulat. Ia menatap pasrah tumpahan gula yang otomatis tidak bisa dipakai lagi.

Bunyi lonceng di pintu masuk membuatnya bergegas melihat siapa yang datang. Caitlyn mengintip dari celah jendela geser yang menghubungkan dapur dengan etalase toko. Seorang pria bertubuh gemuk masuk ke dalam kafe berbentuk persegi. Hidungnya bahkan terlebih dahulu bekerja mengendus aroma kue sebelum melangkah masuk. Si pria mengenakan topi koki yang menjulang tinggi dengan banyak lipatan vertikal di atasnya.

Caitlyn menahan tawa saat topi berbentuk tabung yang dikenakan atasannya tersangkut di puncak pintu dan terjatuh. Ia menunggu sampai sang koki berjongkok memungut benda itu, kemudian berdiri tegap. Sulit sekali bagi Caitlyn untuk tidak terkekeh.

"Caitlyn Joy!"

Seruan sang koki memanggil namanya kencang menggelegar, memenuhi ruangan yang sedari tadi sunyi. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam saat ia masih mengolah kue pastri. Caitlyn buru-buru keluar dari dapur, berdiri di hadapan pria yang sudah dianggapnya seperti ayah kandung. Tangan mungil yang penuh tepung berada di samping pelipis, mengucapkan salam hormat dengan tawa jenaka.

"Selamat malam, Taddeo!" sapanya ceria.

Taddeo memutar bola matanya yang besar. Kedatangannya ke kafe pasti untuk memeriksa aktivitas dapur. Hidung Taddeo aktif mengendus. "Wangi apa ini? Kau membuat pastri?"

Caitlyn mengoreksi, "Millefoglie."

Tanpa dijelaskan, Taddeo pasti sudah tahu kalau ia sedang membuat kue layer tipis yang dipadankan dengan krim cokelat juga vanila, tetapi minus gula. Senyum bangga mengembang dari bibir Taddeo.

"Kau semakin pintar dan aku semakin tua." Keluhan Taddeo tidak sesuai.

"Jangan dicoba!" larang Caitlyn tepat ketika jempol Taddeo sudah bersiap mencuil mahakarya yang dibuatnya dengan sepenuh hati.

Ia mengembuskan napas lega ketika Taddeo menarik ibu jari. Hal yang terjadi selanjutnya adalah ocehan Taddeo yang mengatakan semua pekerja Tonolo pelit dan galak.

"Ini untuk Melvin. Aku sudah mengerjakannya seserius mung—"

"Kau menumpahkan gulaku. GULAKU!" pekik Taddeo memotong penjelasannya.

HEARTbeat: The Last HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang