Vanya terbangun ketika ada pengumuman bahwa pesawat akan mendarat di Australia. Wah, bagi Vanya ini adalah hal yang sangat baru. Mendarat di negeri antah-berantah, tak ada sanak-saudara yang menemani, semua serba berbeda.
Begitu Vanya mengambil koper dan mengurus semuanya, ia menuju asrama barunya.
Vanya memasuki asrama barunya. Dia satu kamar dengan siswi dari Indonesia juga. Vanya berpikir dia akan lebih cepat beradaptasi. Semoga saja.
"Halo, nama gue Anya. Lo Vanya kan? Nama kita mirip ya?"
"Iya, gue Vanya. Sebenarnya lo boleh panggil gue Anya, tapi karena nama kita sama, so yeah."Vanya merasa, dia dan Anya sangat cepat akrab. Dia berpikir mereka itu seperti saudara yang lama tidak bertemu.
Tok,tok,tok
"Iya?"
"Saya dari pengawal sekolah. Mau memberikan seragam sekolah yang akan kalian pakai hari senin depan. Thank you, please enjoy your holiday!". Katanya dalam bahasa inggris.
"Okay, thanks!."Vanya dan Anya asyik ngobrol hingga malem. Mulai topik obrolan sekolah, hingga menyangkut kucing yang mati di rumah Anya. Well, mereka sangat menikmati saat ini.
Kriingg...
"Hoaam, Halo?"
"Apakah ini kamar Anya dan Vanya?"
"Iya, benar. Ada apa?"
"Akan ada opening prom siang ini di ballroom sekolah, apakah kalian bisa datang?"
"Sepertinya bisa, terimakasih telah memberitahu!"
"dengan senang hati!""Anyaaa, akan ada opening ceremony siang ini di ballroom sekolah, siap-siap yuk! Udah jam 10 pagi!"
"Hah?, ya, ayuk pergi?"
"Apaan sih, Anya gak jelas!"Opening ceremony.
Anya.
Dia terlihat cantik dengan dress warna biru laut selutut, ditambah lagi dengan sepatu stileto hitam dan kalung peace menggantung di lehernya. Indah sekali.Vanya.
Dia terlihat cantik dengan sweater putih dan rok hitam legam. Choker hitam menghiasi lehernya. Sepatu Adidas superstar memperlengkap penampilannya. Manis sekali.Jadi, mereka berdua terlihat seperti brownies yang indah dan ditambah gula yang manis. Terlalu manis.
"Hi girls! Kalian terlihat cantik sekali.
Apakah kalian adalah Anya dan Vanya?"
"Iya, kami adalah Anya dan Vanya."
"Mari saya antar ke teman-teman kelas kalian yang baru. Aha! Kalian akan saling mengenal disana."
Anya dan Vanya menatap pemuda itu
Dengan bingung dan mereka hanya mengangguk-angguk setuju."Halo semua! Ini Anya dan Vanya, siswi pindahan baru! Kuharap kalian menerimanya!."
Vanya dan Anya kemudian tersenyum dan berjalan menuju stand hotdog.
"Vanya, lo gak papa gue tinggal bentar ya, gue mau ngobrol bentar sama temen gue."
"Gak papa kali Nya, sono aja, buruan gih."Anya meninggalkan Vanya sendiri di hotdog stand. Kemudian dia berjalan untuk mengambil minum.
BUUK!"Ah, hati-hati dong. Ini kalungmu tersangkut ke bajuku, boleh aku perbaiki?"
"Maaf, boleh, silahkan."Semua hadirin yang ada di ballroom mencie-cie mereka. Vanya menatap sekitarnya dengan bingung. Seolah, laki-laki yang memperbaiki kalungnya adalah Justin Bieber.
"Terima kasih.."
"Hmm, sama-sama. By the way, aku Alva. Kamu?"
"A-aku Vanya."
"Nama yang indah."
"Ah, terimakasih."
"Aku harus pergi. Sampai jumpa nanti. Ok?"
"I-iya."Entah mengapa, jantung Vanya berdetak kencang. Ah, rasanya mau terbang.
"VANYAAAA!"
"Hmm, apah?"
"Kamu tau siapa tadi?"
"Gak, yang jelas namanya Alva."
"OMG, ITU PANGERAN SEKOLAH!"
"Oh, terus?"
"Arahh, tulalit banget sih?"
"Idc, dia pangeran sekolah-lah, office boy sekolah-lah. Gak peduli."
"Ta-tapi...."
"Ayo, gue mau balik ke dorm kita, ikut gak?"Lalu, Vanya hanya jalan menuju asrama dia tanpa memedulikan jawaban Anya. Ah, kebiasaan Vanya banget kalo lagi ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Fantasy
Teen FictionBerawal dari pindahnya Vanya ke Australia, Vanya bertemu dengan Alva. Si Pangeran sekolah itu sangatlah perfect. Hanya, ada satu hal. Alva si perfect, dan Vanya murid pindahan? Ah, rasanya tidak mungkin.