Vanya membuka pintu dormnya dengan kesal. Bagaimana tidak, Anya bersikap sangat fangirling kepada pangeran bodoh itu. Ah, Vanya hanya ingin melupakan kejadian tadi. Vanya membiarkan tubuhnya jatuh di kasur empuknya. Kemudian, ia mengambil iphonenya dan meng-sms Anya.
Vanya : Nya, gue mau belanja makanan buat sarapan besok. Lo ikut gak?
Anya : Yeah, gue ikut deh. Tapi lu jangan ngambek ya.
Vanya : Iya.
Vanya melempar hapenya dan bersiap-siap. Dia mengambil celana pendek dan crop shirt-nya. Lalu, dia memasang sepatu nike-nya. Simpel sekali.
Tok,tok,tok
"Peh, Van gue masuk."
"Iya."
"Vanya, lu udah ganti baju? Tungguin gue ya."
"Hm? Iya deh."
"Lagi PMS ya?"
"Udah gak usah banyak omong. Mau ikut gak?"
"Iya, iya, ayuk, buruan gih."Vanya hanya tersenyum kecil melihat kepolosan Anya.
Sesampainya mereka disana, Anya dan Vanya membeli sereal, susu, roti, selai, jus, daging, telur, snacks, dan ice-cream.
BUK!
"Ouch!"
"Aduh, maafkan saya."
"Ah, tidak apa-apa"
"Kamu Vanya ya?"
"I-iya"
"Kita sepertinya satu sekolah, kan?"
"Oh, iya, aku ingat. Kamu Alva kan?"
"Iya, temani aku berbelanja untuk besok yuk?"
"Hmm, aku sedang bersama temanku."
"Tidak apa-apa, aku akan suruh temanku menemaninya."
"Hmm, Okelah, tapi kalo dia marah aku gak ikut-ikutan ya"
"Emang kenapa?"
"Dia kalo marah kayak dadong rerot."
"Apa?"
"Lupakanlah,Va"
"Vanya, kamu tidak seperti yang lain."
"Maksudnya?"
"Iya. Ayo kita berbelanja."
"?"Vanya menikmati saat-saat itu. Setidaknya untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Fantasy
Teen FictionBerawal dari pindahnya Vanya ke Australia, Vanya bertemu dengan Alva. Si Pangeran sekolah itu sangatlah perfect. Hanya, ada satu hal. Alva si perfect, dan Vanya murid pindahan? Ah, rasanya tidak mungkin.