" Anya, bukakan pintunyaa!"
"Vanya. Akhirnya kau datang"
"Iya, mengapa?"
"Aku cemburuuuuu, melihat kau serasi sekali!!."
"Bercanda?"
"Nah, masuklah. Cepetan atau akan kukunci pintunya!"
"Iya deh"Sepanjang sisa hari itu, Vanya banyak tersenyum. Entah mengapa, hati Vanya sangat damai hari itu.
Keesokan harinya.
"Vanya, bangun! Kamu gak masuk sekolah?"
"Hmm? Mm mm ya"
" cepetan mandi kalik!"
"Iya Nyonya Anya. BAHAHA!"
"Huh, ngeselin!"Pagi itu, mereka bertengkar sederhana seperti saudara. Tapi, yang mereka tidak tahu, sesuatu yang buruk akan menimpa mereka.
"Ayok, berangkat!"
"Iya, ayok Nya!"10 menit kemudian.
"Eh, kalian Vanya dan Anya kan?"
"Iya, kamu siapa?"
" Sebaiknya kamu menjauh dari Alva!"
"Memang siapa kamu? Ibu saya?"
"Tidak peduli, jauhi Alva!"
"Untuk apa? Dia teman kami!"
"Ergh! Kalian terhina!"Vanya langsung pergi seketika dengan muka memerah. Bagaimana tidak, masa iya, Vanya baru pindah beberapa hari yang lalu dan sekarang ada maslah gara-gara laki-laki?. Vanya bertekad dalam hati ia tidak akan mendekati cowok manapun. Ia berjanji.
"Vanya, apakah kau tidak apa-apa"
"Anya, pegang janjiku"
"Janji apa?"
"Aku takut untuk melanggarnya"
"Hm, baiklah."
"Anya, siapa nama panjangmu?"
"Anyani putri."
"Nyani."
"Mm?"
"Ayo kita pergi."
"Pergi ke mana?"
"Pergi ke tempat bebas masalah."Waktu pulang sekolah.
"Nyani, aku ingin pergi ke taman kota. Kamu ikut?."
"Van, ya, aku hanya ingin meneman dirimu yang rapuh ini."
"Ah, kau bisa saja."Di taman kota.
"Nyani, lo tau, ini udara yang gue butuhin saat ini."
"Vanya, gue gak mau merusak kebahagiaan lo, tapi itu kayaknya Alva mau ngomong sama lo..""Alva. Kamu ngapain disini."
"Gue mau ngomong. Lo cantik. Gue pengen.."
"Alva, kita bisa sahabatan. Gue gak mau liat wajah gue dipermalukan elo. Gue mau lo sama gue cuma temen. Gue gak mau nyakitin semuanya."
"Tapi.,"Vanya meninggalkan Alva yang berdiri diam membeku, completely frozen.
Kasihan Alva, seandainya dia tahu kejadian yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Fantasy
Teen FictionBerawal dari pindahnya Vanya ke Australia, Vanya bertemu dengan Alva. Si Pangeran sekolah itu sangatlah perfect. Hanya, ada satu hal. Alva si perfect, dan Vanya murid pindahan? Ah, rasanya tidak mungkin.