[1] jiwa

6K 514 19
                                    

Ada kalanya hidup itu tidak untuk semua orang, hidup hanyalah untuk orang-orang yang mampu bertahan. Bahkan disaat-saat kamu mengira kamu telah mati, jika kamu seseorang yang mampu untuk bertahan, maka kematian tidak akan datang kepadamu. Disaat semua orang telah memejamkan mata, dan beristirahat dengan tenang, matamu tidak dapat terpejam, kamu tidak bisa beristirahat dengan tenang, dan dituntut untuk bertahan.

You need to survive.

Salah satu hal yang paling menyebalkan adalah bangun dalam keadaan tidak fresh karena tidurnya kurang nyenyak. Kemarin malam gue udah usaha untuk tidur sebelum jam 12 malam, tapi gue sempet kebangun beberapa kali karena mimpi buruk. Gue masih inget banget di dalam mimpi gue ada gue, dan ketiga sahabat gue - Aneta, Mario, dan Marvino. Awalnya mimpi biasa, tapi tiba-tiba mereka hilang dan gue ditinggalkan sendiri di tempat gelap yang entah kenapa sangat mencekam di mimpi gue.

Tapi balik lagi, seringkali mimpi itu artinya malah kebalikannya. Semoga aja semuanya baik-baik aja.

"Diminum, Jiwa."

"Iya ma..." Gue yang sejak tadi melamun langsung mengambil segelas susu putih didepan gue. Sudah menjadi satu kebiasaan keluarga untuk sarapan bareng dulu sebelum sibuk sama aktiftas masing-masing. Papa ke kantor, Mama biasanya cek butik atau pergi ke rumah temennya, dan gue kuliah.

"Kamu tuh dari kemarin-kemarin setiap pagi kaya gak fresh gitu, kenapa sih Jiwa? Kayanya galau banget mukanya, padahal pacar aja gak punya."  Biarpun papa kelihatannya cuek aja sama anak satu-satunya ini, tapi diem-diem dia tuh yang paling peka — buktinya dia 'ngeh' banget kalo gue kelihatan gak seger pagi ini.

"Hahaha, enggak kok pa. Jiwa gak kenapa-kenapa, cuma lagi capek aja di kampus, kuliahnya susah di tambah lagi Jiwa sekarang ikut kepanitiaan."

"Dijalanin aja pelan-pelan ya, jangan dibawa stress. Bener loh kata papa, kamu belakangan ini jadi gak fresh gitu." Tanya Mama, "Kamu ikut kepanitiaan apa, Jiw? Jadi bagian apa?"

"Untuk festival himpunan ma, acara anak-anak manajemen setiap tahun. Kali ini Jiwa bantu-bantu di dekor sih, sama Anggi dan Laras yang waktu itu pernah ke rumah. Inget gak?"

"Ooh inget mama! Ya bagus lah Jiw, kan kamu emang seneng tuh yang dekor-dekor gitu. Temen-temenmu yang lain apa kabar? Si Aneta masih sama pacarnya itu?"

Orangtua gue termasuk tipe yang santai, misalkan Aneta, Vino, atau Mario main ke rumah — pasti mereka bakal ajak ngobrol sebentar, awalnya basa-basi tapi ujung-ujung seringnya curhat. Aneta kadang suka dumel tentang pacarnya, kalau Vino kadang suka sharing aja kehidupannya gimana, sedangkan Mario — surprisingly, dia yang paling bawel sama mama papa, apa aja bisa diceritain. Mungkin karena ia hidup jauh dari orang tuanya, yang stay di Singapore untuk mengurus bisnisnya.

"Terakhir Jiwa ketemu sama Aneta, dia jadi kurus banget. Kayanya sih dia masih sama Indra, dua-duanya sayang banget gitu. Aneta sekarang jadi jarang ke kampus ma, padahal dia juga satu kepanitiaan sama Jiwa. Di chat juga jarang banget di bales."

"Kalo Vino dan Mario gimana kabarnya, Jiw? Kapan-kapan suruh kumpul lagi lah di rumah, biar kamu juga gak diem terus di kamar - cuma main game, baca buku, dan nonton doang. Main sama temen-temen kamu dong, jalan-jalan."

Ucapan papa barusan membuat gue menghela nafas, gue juga maunya gitu. Gue juga maunya tiap weekend gue bisa menghabiskan waktu sama temen-temen gue (karena kebetulan gue gak punya pacar). Tapi sayangnya, temen-temen gue juga udah ada kesibukan masing-masing, jadi kadang gue lebih suka menghabiskan waktu sendiri, kadang di kamar aja, atau kadang kalo lagi ada rejeki lebih gue suka pergi ke salon.

"Iya coba nanti Jiwa ajak ya, Pa."

"Iya Jiw, biar kamu happy juga. Pesen papa cuma satu : kamu tuh jangan apa-apa dipikirin. Nanti malah kamu yang stress, satu-satu masalahnya pasti akan terselesaikan. Terus kalo ada temen yang curhat, jangan ikutan stress - dia cuma curhat, kamu boleh memberikan solusi, tapi bukan jadi tanggung jawab kamu untuk menyelsaikannya." Ini adalah nasehat andalan papa. Papa gak cuma ngomong ini ke gue aja, tapi ke mama juga. Papa selalu takut kalo gue dan mama terlalu terbawa suasana waktu dengerin curhatan orang lain.

Jiwa & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang