Drabble 3

50 4 0
                                    

Karya : PuellaPrimus

Nama Lengkap : Annisa Alif Pawitra
Status : Calon Member
Word : 290

Aku benci hujan, benci asap rokok, muka yang kelewat datar, dan rambut hitam ebony. Hujan membuatku ingat kematian kedua orangtuaku. Kali ini sama,  aku terdiam menatap keluar jendela, hujan turun sejak pagi tadi, sekarang tinggal bekasnya saja. Aku menggeliat sebentar, kemudian berjingkat menuju balkon. Lebih baik menghirup udara segar ketimbang seharian malas-malasan di kasur. Aku menyentuh pagar pembatas, basah oleh embun. Sesaat kemudian suara bariton mendesak pendengaranku. Aku menoleh lambat-lambat, kemudian menghela nafas pendek.

--Ah, itu dia....

Seorang pria berdiri di balkon sebelah, rokok terselip dibibirnya. Manik kelabu miliknya bersinar tajam menatapku, sedangkan angin mengibarkan surai hitamnya. Ekspresinya masih saja kelewat datar. Aku mencibir, mencoba tak menggubris, dan sepertinya tindakanku keliru. Pria itu menghisap kuat rokoknya, membiarkan nikotin dan TAR dengan cepat mengisi paru-parunya. Kemudian membuang putungnya, dan tak kira-kira melompat menuju balkonku.

Aku hampir saja histeris. Kepingin sekali menyumpahi tindakan nekat tetangga gilaku. "Sir Caelum! Astaga! Anda sudah gila, Sir." aku mundur memberi jarak, "Bocah, kau tahu aku sudah minta maaf," ujarnya. Aku mengerucutkan bibir, setidaknya kali ini aku biarkan dia mendekat. "Jangan konyol, aku janji minggu depan kita bisa pergi. Kau tahu, rapat kemarin penting sekali buatku." ia mengelus pelan surai cokelat milikku, kemudian merengkuhku dalam dekapannya. Aku hanya diam, menikmati rasa nyaman bercampur hangat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Dia memberi jarak, sungguh yang kulihat selanjutnya, sanggup membuatku menahan nafas. Bias senja di balik pundak pria itu, pendar di mata kelabunya, dan senyum hangat kelewat langka yang hanya buatku.

Aku memang membenci hujan, juga benci segala hal tentang lelaki yang memelukku erat sekarang. Namun, hujanlah yang mempertemukanku dengannya, dan ada satu hal lagi yang membuatku menyingkirkan perihal benci padanya,

"Aku mencintaimu, bocah."

Ya, dia mencintaiku dan afeksikupun sama. Dengan itu, cukup membuat hatiku ringan, dan pelangi seakan datang kembali ke kehidupanku.

FIN

Karya Keluarga WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang