AKTIVITAS malam hari, Raina menyalakan MacBook untuk melanjutkan acara maraton movie drama Korea Goblin yang baru selesai lima episode. Targetnya malam ini lima episode lagi.
Menonton drama sambil tidur tengkurap di kasur adalah posisi favoritnya, ditambah setoples kacang kering di sampingnya sebagai teman menonton. Raina men-start MacBook-nya, sambil menunggu nyala, dia membuka aplikasi instagram. Melihat-lihat beberapa postingan dari aktor-aktor ganteng favoritnya yang selalu sukses membuat Raina senyum-senyum sendiri.
"Hah..kapan ya gue punya pacar yang gantengnya kayak Oppa-Oppa Korea atau Abang-Abang Hollywood yang cakepnya warrbyazaah itu," gumamnya sambil bertopang dagu. Raina menarik napas sehabis mengkhayal, dia melirik MacBook yang sudah nyala. Menyimpan I-phone di kasur dan mulai berselancar mencari file drama Goblin.
Raina larut dalam cerita yang disajikan. Ekspresinya berubah-ubah, jika adegan yang ditampilkan sedih dia akan ikut sedih. Begitu sebaliknya, jika adegannya ceria dan bahagia maka Raina akan senyum-senyum sendiri.
"Rain.."
Raina tersentak mendengar panggilan serta ketukan di pintu. Dia melirik jam weker di atas nakas. Jam sepuluh malam dan Reza mengetuk pintu kamarnya.
"Mati gue, bisa gawat kalau sampai ketahuan A––,"
"Lagi ngapain kamu?"
Belum selesai men- shut down MacBook dan menyembunyikannya dari omelan Reza, ternyata Reza keburu masuk di saat Raina akan menyimpan MacBook-nya ke kolong ranjang.
Raina menyeringai lebar sambil berdiri, dia menggaruk kepalanya gelagapan. Mau bohong juga sudah tertangkap basah, alhasil dia berbicara dengan jujur, "Abis nonton drakor, Yah."
Raina melirik Reza, tatapan Ayahnya itu sulit untuk dia terjemahkan. Tampak tenang tapi matanya menyorot tajam.
Udah, tamat ini ceritanya.
Reza duduk di tepi ranjang Raina, memperhatikan putri bungsunya yang kini menundukan kepala. Sebenarnya, sudah sejak Raina masuk SMP Reza membatasi waktu menonton drama Korea untuk gadis itu, tidak lebih dari jam sembilan. Karena jika lebih Raina akan lupa waktu, tidur larut malam dan paginya bangun kesiangan.
"Apa yang Ayah bilang dua hari yang lalu?" tidak ada intonasi dalam nada bicara Reza, rendah dan datar.
"Gak boleh nonton sampai larut malam," cicit Raina pelan.
"Terus?"
Raina membeku sambil memeluk MacBook yang sudah dimatikan, beberapa kali dia menelan ludahnya yang tersangkut di tenggorokan. "Kalau melanggar, hape sama laptopnya disita."
"Jadi, sudah jelas kamu melanggar kan?" Reza mengulurkan tangannya. "Laptop dan hape kamu sementara Ayah sita."
Raina menggeleng kuat, mengeratkan pelukannya pada MacBook yang selalu dia gunakan untuk menonton drama Korea. "Jangan, Ayah!" rajuknya. "Rain janji gak akan ngelanggar lagi," lirihnya dengan raut sedih.
Jika sebelumnya Reza akan percaya dan luluh dengan janji yang Raina ucapkan, tidak untuk kali ini. Karena tadi siang dia mendapat laporan dari guru sejarah Raina memberitahukan bahwa putri bungsunya itu tertidur dalam kelas.
"Jangan coba ngerayu Ayah, Rain. Udah gak mempan," tegurnya. "Tadi pagi waktu di sekolah kamu tidur pas jam pelajaran, betul?"
Mata Raina sontak melebar sempurna. Bukan kah Bu Nadine bilang tidak akan melaporkannya kepada Reza, dan sekarang kenyataannya. Ibarat peribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Sialan Bu Nadine! Belum tahu kekuatan lem altecco dia.
"Kamu tuh kalau dikasih tahu, dinasehati itu jangan cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Laksanakan! Itu untuk kebaikan kamu juga," tegur Reza pelan. Reza mengambil I-phone Raina yang tergeletak di kasur. "Ayah akan tetap sita hape sama laptop kamu untuk sementara, sampai kamu bisa menghilangkan kelakuan negatif kamu itu!" tegas Reza tidak bisa Raina bantah. "Sini MacBook-nya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Friends [Seven Squad Series]
Teen Fiction(Sudah terbit di GagasMedia) Kamu terlalu sibuk dengan urusanmu sendiri, mengabaikan dia yang sangat menyayangimu Yang selalu ada untukmu Yang selalu jadi tempat bersandarmu di kala gundah Yang kamu lupakan saat kamu bahagia Bagaimana jika cinta da...