Chapter - 6

58 19 5
                                    

Author POV

Seperti hari-hari biasa, Daren selalu di suguhkan dengan banyak hadiah di meja belajarnya. Tentu saja itu dari para fans-nya yang sebagian besar adalah siswi SMA Angkasa. Keadaan itu membuat Nadine khawatir jika nanti ada orang yang ingin berbuat jahat kepada sahabatnya melalui kado-kado tersebut.

"Dar, hadiahnya buat gue ya?" Tanya Adri seraya memilih-milih Hadiah yang akan diambilnya.

Ck! Kebiasaan.

"Hmm.. ambil aja. Na, lo gak ambil?"

"Eh? Gak. Gak usah."

"Kalau lo Fan, mau gak coklat atau hadiahnya?"

"Eh, entaran aja aku ambilnya."

Daren memangut-mangut tanda mengerti.

Tak heran jika Daren sering mendapatkan hadiah dari para Secret Adrimer-nya. Terkadang bukan hanya di meja belajarnya saja, di loker pun ada yang menaruh coklat, bunga bahkan surat yang berisikan puisi. Jika mood Daren sedang baik, dia akan mengambil semua itu dan menaruhnya dikamar nya -sekedar untuk dijadikan pajangan. Meski begitu, Daren menghargai usaha para penggemarnya untuk bisa membuat dirinya senang.

"Eh, kalian udah kerjain tugas dari bu Falia belum?" Pertanyaan Fany membuat 4 orang sahabatnya itu menoleh ke arahnya.

Nadine dan ke tiga cowok itu langsung menepuk jidatnya.

"Ya ampunn. Kok bisa lupa sih?!" Seru Nadine panik, gimana gak panik? Orang ini tugas dari Bu Falia. Kalian tahu kan Bu falia gimana orangnya (?). Kalau salah satu dari siswa yang tak mengumpulkan tugas, ia akan di beri hukuman. Jelas itu bukan hukuman yang ringan.

"Duh! Ren gimana nih, 15 menit lagi Bu Falia masuk." Nadine semakin panik, jelas saja. Nadine tak pernah absen untuk mengerjakan Tugas sekolahnya. Sesibuk apapun dia.

"Gue juga gak tau!" Kini Daren juga ikutan panik.

"Salin aja Kerjaan temen-temen yang lain." kini Adri berbicara dengan Santainya tanpa merasa panik seperti yang di alami Daren dan Nadine.

"Tumben otak lo jalan." Adri mencibik kesal karena Rey selalu menoyor kepalanya dengan jari telunjuknya.

"Bisa gak, gak usah noyor-noyor kepala gue?! Ntar kadar kepintaran gue jadi menurun." Adri semakin geram dengan perlakuan Rey yang kini menertawakannya. Bukan hanya Rey, melainkan Nadine, Daren dan juga tak ketinggalan Fany.

"Dih pintar apanya coba?"

"Pinter nyontek nya." Tawa orang-orang yang menyeksikan perdebatan itu langsung meledak, terkecuali untuk Nadine.

"Udah ini bukan waktu nya bertengkar! Sekarang kita nyalin tugas dulu. Biar gak diomelin lagi sama Bu Falia." Ujar Nadine menengahi- setelah capek menertawakan Adri.

"Nih, salin aja kerjaan ak--" sebelum melanjutkannya Nadine sudah mengambil buku yang di sodorkan Fany.
Fany hanya menggeleng-geleng kan kepalanya seraya tersenyum menatap sahabat-sahabatnya itu.

Tak tinggal diam Daren, Rey dan juga Adri ikut serta menyalin Pekerjaan Rumah Fany. Tetapi apa daya? Nadine sudah terlebih dahulu menguasai buku Fany, sedangkan Daren dkk hanya pasrah.

"Nad, geser dikit elah. Gue gak bisa lihat."

"Dar, tangan lo awas! Lo nutupin jawabannya."

Begitulah seruan yang dilontarkan oleh Rey dan juga Adri.

"Ih, Ren. Cepetan! Gue mau pake penggarisnya." Sahut Nadine panik. Karena tak ingin menunggu lama, akhirnya Nadine merebut Penggaris yang sedang dipakai Daren.

Strong (Cause You!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang