Chapter 12 : Between Stars and Smiles

40 5 7
                                    

December 26, 2016
Paris, France

"Ikutlah memandang salju dan langit yang gelap ini bersamaku."

Aku tersenyum dan menyambut tangan yang masih terasa sangat hangat walau di musim salju seperti ini.

Steven menarikku dan kami memandang salju, juga langit yang telah berubah menjadi gelap.

Aku melangkah maju, dan kini posisiku tepat berada di belakang pagar besi berwarna hitam. Memang sungguh indah sekali.

"Indah sekali pemandangan kota Paris dari atas sini!" seruku dengan penuh semangat.

Aku begitu takjub dan tak sempat lagi melihat ekspresi Steven. Aku tersenyum lebar seraya menunjuk kesana kemari bagai gadis kecil yang sedang melihat boneka-boneka lucu.

"Aku selalu suka kota dengan gemerlap lampu dimana-mana seperti ini! Ingin sekali aku berjalan di bawah bias cahayanya!" cetusku penuh semangat.

"Lalu, kenapa kita tidak berjalan-jalan saja? Dari pada kita mati bosan di dalam villa? Lebih baik jalan-jalan kan?" usul Steven.

...

Persis seperti apa yang ku harapkan, aku berjalan di bawah bias cahaya lampu yang gemerlapan.

Angin dingin berhembus menerpa tubuhku. Kurapatkan mantel tebal yang ku pakai, sebab rasa dinginnya angin malam di musim salju seperti ini masih dapat ku rasakan. Steven yang berjalan tepat di sampingku melipat kedua tangannya. Ia hanya memakai hoodie merah tadi yang tidak terlalu tebal. Dan aku sangat yakin, saat ini, ia pasti kedinginan.

"Steve, kamu kedinginan? Apa lebih baik kita kembali saja?"

Steven menggelengkan kepalanya seraya menghela napasnya. Asap tipis keluar dari mulut Steven, bersamaan dengan helaan napasnya. Tanpa pikir panjang, ku tarik tangan Steven dan menggenggamnya.

"Tanganku cukup hangat, jadi kurasa aku bisa membuatmu merasa sedikit lebih nyaman."

Steven menatapku seraya tersenyum konyol.

"Apa?" tanyaku yang agak kesal dengan senyum konyolnya itu.

"Kamu yakin?" balas Steven dengan nada meledek.

Apa maksudnya ia bertanya seperti itu?

"Apa maksudmu bertanya pertanyaan konyol seperti itu? Tidak suka? Ya sudah!"

Secepatnya ku lepaskan tangan Steven dari genggamanku. Namun Steven kembali menggenggam tanganku dengan erat, seakan tidak akan melepasnya.

"??"

Aku kebingungan dengan sikapnya yang tiba-tiba menggenggam tanganku kembali.

"Baiklah, jangan lepaskan tanganmu dari tanganku. Lebih hangat, maka suasana hatiku merasa lebih baik setelah semua kejadian mood breaker yang terjadi hari ini." pinta Steven.

"Mood breaker?"

"Ya, kehadiran kamu dan Julian dalam liburanku dengan Cindy."

Aku kembali geram dengan ucapan yang baru saja dilontarkannya. Aku memutar tubuhku ke arahnya.

"Apa?! Kamu kira aku tidak merasa kehadiranmu dan Cindy itu mengganggu?! Kamu dan Cindy adalah mood breaker yang paling manjur! Menyebalkan sekali! Beraninya kamu bicara seperti itu!!"

Mendengarku marah-marah tidak jelas, Steven tertawa kecil dan malah menyandarkan kepalanya pada pundakku.

"Apa yang kamu lakukan?!"

Accidental EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang