Chapter 14 : Someone

9 2 6
                                    

December 27, 2016
Paris, France

"Elena? Steven? Kalian sedang apa?" tanya Julian dengan bingung.

Aku tak tahu harus bagaimana menjawabnya, pastilah Julian dan Cindy salah paham terhadap Kami. Yang jelas Aku harus menjauh dari Steven lebih dulu. Aku berusaha bangun dan berhasil, selanjutnya Steven pun mengikuti langkahku. Julian dan Cindy sama-sama ternganga melihat Kami berdua, namun tak lama kemudian Cindy tersenyum dan malah meledek Aku dan Steven. Apa yang ia pikirkan sebenarnya?

"Wow! Kalian romantis sekali! Aku tidak menyangka kalian akan saling berpelukan seperti itu saat aku dan Julian tak ada!" ujar Cindy, seolah ia tidak masalah dan bahkan merasa terhibur.

What? Oh my god, Cindy... are you out of your mind?! Yang benar saja?! Bisa kulihat wajah Julian yang sedikit cemberut, bisa kupastikan ia cemburu. Tapi Cindy? Cindy malah sebaliknya. Daripada masalah ini semakin menjadi-jadi, sebaiknya Aku segera menjelaskan apa yang terjadi.

"Jadi sebenarnya... tadi kita sedang bertengkar, lalu Kami mendengar suara bel pintu berbunyi, kukira kalian sudah kembali... siapa sangka ternyata malah seorang anak kecil yang usil menekan tombol bel. Lalu Steven dan Aku berbalik, berniat kembali ke dalam, kemudian Steven tersandung... umm... tersandung apa ya?" Aku bertanya pada Steven yang tepat berada di sebelahku.

Steven melirikku sejenak dan kemudian menjawabku dengan cepat.

"Tali sepatu, tali sepatuku yang lepas." jawabnya seraya tersenyum cepat.

"Betul, tali sepatu! Itu dia! Jadi Steven tersandung tali sepatu dan terjatuh. Sebelum terjatuh, dengan jahatnya ia menarikku agar jatuh bersamanya." jelasku pada mereka, Aku berusaha menjelaskan semua peristiwa sejelas-jelasnya, agar mereka mengerti.

Cindy berhenti tersenyum dan terlihat masih menyimak ucapanku, sedangkan Julian tersenyum lega. Akan tetapi, tuan serba benar disebelahku ini tampaknya tidak terima dengan penjelasanku dan mulai protes padaku.

"Bukan seperti itu! Mana mungkin Aku sengaja menarikmu? Memangnya Aku sudah rencana akan jatuh lalu menarikmu apa?!" protes Steven dengan cerewet.

Sebenarnya Aku kesal dan ingin sekali menyahut, tapi untuk memperpendek masalah ini... kuputuskan untuk diam dan membiarkan ia protes. Tapi rasanya ia tidak mau menyerah dan terus memaksaku untuk menyahut. Dengan perasaan kesal, Aku memarahinya.

"Mana kutahu Kamu sengaja atau tidak?! Aku kan tidak bilang Kamu sengaja! Tapi kalau dilihat dari watak burukmu itu, bisa saja Kamu sengaja menarikku, iyakan?! Akui sajalah!" sahutku dengan kesal.

Jujur, ia orang pertama yang bisa membuatku darah tinggi. Pertama, ia seenaknya mempermainkan jadwal meeting denganku. Kedua, ia adalah orang pertama yang berani merebut sesuatu dariku. Dan yang ketiga, ia berani memakiku di depan orang-orang! Sungguh menjengkelkan!

"Tapi dari susunan kalimatmu, Kamu memang bermaksud demikian! Lagipula bagaimana Aku sengaja menarikmu? Kamu kira tidak sakit apa terjatuh?! Masa iya Aku rela merasa sakit agar Kamu merasa sakit?! Kalau memang Aku ingin Kamu jatuh, Kudorong saja! Beres! Tidak ada rasa sakit yang kurasakan dan niatku terlaksanakan! Pikirkan lagi, Elena! Sengaja kepalamu!!" makinya lagi dengan matanya yang membesar.

Tapi kalau kulihat lagi, wajahnya saat marah bukannya menjengkelkan atau jelek, tapi malah lucu. Walau merasa begitu, Aku tetap berusaha menahannya. Konyol sekali bila Aku malah tertawa disaat seperti ini. Masih kurang puas, Aku kembali menyahut, hanya saja kali ini Julian menghentikanku.

"Kalau Kamu mendorongku, Kamu tidak bisa mengelak kalau semua ini memang karenamu! Lebih baik Kamu-" kata-kataku dipotong oleh Julian yang menyela percakapan Kami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Accidental EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang