Tatapan Maura nampak kosong. Kehilangan seluruh ingatannya membuat ia hampir gila. Belum lagi sifat overprotektif Dave, pria yang mengaku sebagai suaminya.
Pria itu sama sekali tidak memperbolehkan ia keluar dari kamarnya. Perlakuan Dave yang seperti itu membuat Maura tak bisa mempercayai ucapan Dave yang mengaku sebagai suaminya. Bukti-bukti yang ditujukkan Dave masih belum bisa membuat ia percaya bahwa dia istri dari pria itu.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya sebelum ia kecelakaan. Mereka hampir sepuluh tahun menikah. Apa-apaan itu. Ia menikah di usianya yang masih sangat muda. Kenapa bisa?
Apakah mereka dulu menikah karena cinta atau ada alasan lain. Maura mendesah pelan. Sepuluh tahun itu bukan waktu yang singkat. Sampai saat ini ia tidak menemukan alasan yang tepat kenapa ia bisa mempertahankan pernikahannya sampai selama itu mengingat tempramen Dave yang kadang berubah-ubah.
Maura menutup wajahnya dengan telapak tangannya menangis terisak meratapi nasibnya.
"Kau menangis lagi!" Tegur Dave, entah sejak kapan pria itu sudah berdiri di belakangnya.
Maura buru-buru menghapus air matanya, ia takut saat melihat aura menyeramkan di wajah Dave jika mendapati ia tengah menangis.
"Kau sudah pulang?" Maura balik bertanya.
Dave tersenyum kecut, ia meraih tangan Maura dan menggenggamnya. Seolah Dave ingin menyalurkan segenap perasaannya.
"Aku tau kau sulit menerima ini semua, tapi bisakah kau tidak usah memikirkan masa lalumu."
Maura menggigit bibir bawahnya kuat berusaha menahan isak tangisnya. Semudah itu Dave memintanya untuk tidak mengingat masa lalunya.
"Aku ingin ingatanku kembali. Aku tersiksa hidup seperti ini. Aku mohon ceritakan sedikit saja tentang masa laluku."
Dave menjawab tegas. "Tidak. Aku tidak akan menceritakannya. Untuk apa mengingat masa lalumu yang semua tidak ada bagusnya."
Jawaban Dave semakin membuat Maura penasaran. Ada apa gerangan dengan kisahnya dimasa lalu hingga pria itu takut ia mengingat semuanya.
"Kenapa? apakah ada sesuatu yang berusaha kau tutupi?" Maura bertanya dengan nada terkesan menuduh.
Dave mengusap wajahnya frustrasi. Harus bagaimana cara ia menjelaskannya.
"Bagaimana kita bisa menikah? maksudku kenapa kita bisa menikah di usia semuda itu? waktu itu aku bahkan baru berumur delapan belas tahun." Dave makin terdesak dengan pertanyaan beruntun Maura.
"Kita saling mencintai dan kau bersedia untuk kunikahi. Lagipula menikah muda bukanlah hal yang terlarang untuk dilakukan," jawab Dave dengan ekspresi semeyakinkan mungkin.
Maura menggeleng tak percaya. "Kau mencintai aku, tapi kenapa kau seolah menganggap aku tawananmu. Kau bahkan tidak mengizinkan aku untuk keluar dari kamar ini!"
"ini semua kulakukan demi kebaikanmu." Termasuk menjauhkanmu dari orang orang yang mencari keberadaanmu Maura, sambung Dave dalam hati.
Maura menatap Dave dengan wajah bosan. Pria itu selalu mengatakan demi kebaikannya, tapi sampai sekarang ia belum menemukan kebaikan seperti apa yang dimaksud Dave.
Maura sangat yakin ada rahasia kelam di antara ia dan Dave. Hingga pria itu tidak menginginkan ia mengingat masa lalunya. Maura tidak akan tinggal diam, ia akan berusaha mengingat semuanya walaupun itu akan membahayakan nyawanya.
*****
Maura meraba bekas jahitan luka yang ada di perutnya. Bekas jahitan itu cukup lebar. Apa dia sebelumnya pernah melakukan operasi? bekas ini sepertinya sudah lama bahkan seperti bertahun-tahun lamanya.
Maura menelan ludahnya gugup. Apa dia dulu pernah hamil dan bekas ini dulu dipakai untuk ia mengeluarkan bayinya. Jahitan luka ini seperti bekas operasi cesar. Maura merasa nafasnya tercekat di tenggorokan.
"Sayang." Maura tersentak ke alam nyata. Buru-buru ia merapikan bajunya.
"Ada apa Dave," jawab Maura gugup, ia memalingkan wajahnya dari tatapan menyelidik Dave.
Dave meraih dagu Maura dengan jarinya. Wanita itu sungguh tidak pandai mengendalikan ekspresinya. Maura menyembunyikan sesuatu Dave tau itu.
"Apa kau mengingat sesuatu?" tanya Dave dengan tatapan mengitimidasi. Maura menggeleng, ia memang tidak mengingat apapun selain menemukan fakta baru tentang bekas operasi di perutnya.
"Lalu apa?" tanya Dave. Hatinya cemas memikirkan kemungkinan terburuk bahwa Maura mengingat masa lalunya walau pun hanya sebagian.
"Aku....." ucapan Maura terhenti, wanita itu memegangi kepalanya. Samar-samar ia seperti melihat seorang wanita yang menangis dengan bayi mungil digendongannya.
Tiba-tiba Maura merasakan sakit yang teramat hebat menyerang kepalanya
"Bayi akh...!" Maura beteriak kesakitan. Tubuh Dave menegang saat Maura mengucapkan kata bayi. Teriakan kesakitan Maura menyadarkan Dave, bahwa wanita itu kini tengah berusaha mengumpulkan ingatannya.
"Hentikan!" Bentak Dave, ia menahan tangan Maura yang kini tengah menarik rambutnya sendiri.
"Aku bilang hentikan Maura. Jangan coba mengingat apapun!" Maura merasakan mual menyerang perutnya.
"Shit..!" Dave mengumpat kasar saat Maura kembali memutahkan isi perutnya. Ini bukan untuk yang pertama kalinya Maura muntah semenjak amnesia. Menurut Dokter itu wajar terjadi bagi pasien yang amnesia.
Tanpa rasa jijik Dave mengusap bekas muntahan di bibir Maura dengan jarinya. Wajah Maura yang nampak pucat membuatnya khawatir.
"Kita pindah ke kamar lain," kata Dave, ia menggendong Maura yang nampak lemas. Tidak mungkin ia tetap menyuruh Maura beristirahat di kamar itu dengan ranjang terdapat muntahan.
Dave membawa Maura memasuki kamar yang tak kalah mewah dengan kamar yang selama ini ia tempati. Pria itu meletakan tubuh lemah Maura dengan sangat hati-hati.
Maura hanya pasrah saat Dave menggantikan bajunya. Tubuhnya benar-benar lemas tak bertega. Bayangan sekilas tentang seorang wanita muda dengan bayinya itu membuat Maura memaksa diri untuk mengumpulkan ingatannya.
"Berapa kali aku bilang jangan memaksa diri mengingat masa lalumu," ucap Dave, merapikan rambut yang menutupi wajah istrinya.
Maura hanya menatap Dave dalam diam. Pria ini kadang bisa bersifat sangat lembut dan perhatian padanya. Namun Dave juga bisa berubah menjadi monster dalam waktu bersamaan.
Dave memeluk istrinya yang terbaring lemah, ia mengecup pucuk kepala Maura. Menghirup aroma shampo yang menguar dari rambut wanita itu. Wangi vanila yang sangat Dave sukai.
Usapan lembut di kepalanya perlahan membuat Maura mengantuk. Matanya yang mulai terasa berat membuat Maura tak tahan lagi untuk tidak menutup rapat matanya. Hembusan nafas Maura yang mulai teratur membuat Dave akhirnya mampu menghela nafas lega.
Setidaknya ia tidak akan kewalahan mengelak segala pertanyaan yang terlontar dari mulut istrinya.
"Maafkan aku jika selama ini selalu kasar padamu. Aku sungguh tidak ingin kau mengingat semuanya," bisik Dave lirih.
Salahkah ia jika menginginkan Maura amnesia untuk selamanya. Dave tidak ingin Maura pergi saat ingatan wanita itu telah kembali. Maukah tuhan mengabulkan permohonannya untuk membuat Maura tetap amnesia selamanya.
"Aku mencintaimu. Kumohon jangan tinggalkan aku," lirih Dave dengan tatapan sendu. Katakan ia bodoh berbicara pada orang tidur yang tentu saja tidak akan mendengar apa yang ia katakan.
*****
Cerita ini saya tulis tahun 2017 lalu, sekarang udah 2019. Btw yang mampir ke lapak ini sekarang. Apakah kalian pembaca baru atau pembaca lama yang sengaja pengen baca ulang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (Completed)
RomanceMaura harus menerima kenyataan bahwa dirinya hamil diluar pernikahan takdir mempertemukannya dengan Dave pria dingin yang menjadi suaminya setiap hari Maura harus menerima setiap siksaan dari suaminya "aku tidak pernah memintamu untuk bertanggung ja...