Dua

81.5K 4.5K 43
                                    

Dave membuka matanya, saat mendengar suara rintihan dan isak tangis. Dilihatnya mata Maura yang masih terpejam rapat. Wanita itu menangis dalam tidurnya. Bahkan air mata mengalir deras keluar dari sudut mata Maura.

Maura mengigau dengan rintihan yang terdengar semakin pilu bagi siapa saja yang mendengarnya. Wanita itu seolah merasakan kesakitan yang teramat sangat dalam mimpinya hingga terbawa ke dunia nyata.

"Ampun sakit aku mohon jangan..."

Deg....

Tubuh Dave menegang mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut istrinya. Maura, apa dia memimpikan masa lalunya? tangis Maura semakin kencang dengan bibir yang tak henti-hentinya menggumamkan kata ampun dan sakit. Anehnya wanita itu masih tertidur lelap.

"Jangan sakiti anakku, kau bisa membunuhku asal jangan anakku Dave."

Glek....

Dave menelan ludahnya susah payah saat Maura menyebut namanya. Wanita itu memimpikan masa lalunya.

"Sayang bangun." Dave menepuk pipi Maura, membangunkan wanita itu. Ia sangat takut jika mimpi itu dibiarkan Maura akan mendapatkan kembali ingatannya.

Dave menatap Maura yang baru saja membuka matanya dengan cemas. Terbersit rasa takut di hatinya jika ingatan Maura kembali.

Maura meraba pipinya yang basah seperti habis menangis. "aku kenapa?" tanya Maura heran melihat wajah cemas Dave.

"Kau mengingau." Maura mendesah kasar. Matanya terasa sembab. Ia menyentuh dadanya yang berdebar kencang. Mimpi barusan mungkinkah itu masa lalunya yang terlupa

Maura tersentak saat Dave mencium keningnya. "Jangan terlalu banyak berpikir lanjutkan tidurmu kembali." Maura mengangguki ucapan Dave, ia memilih untuk memejamkan matanya kembali walaupun ia sudah tidak mengantuk.

Selang beberapa menit Maura membuka matanya kembali. Dilihatnya Dave yang sudah memejamkan matanya. Pria itu sepertinya sangat kelelahan terbukti Dave dapat dengan mudah tertidur.

Setelah memastikan Dave benar-benar tertidur. Maura menjauhkan tangan Dave yang melingkar posesif di pinggangnya. Maura membuka pintu sepelan mungkin. Dalam hati Maura bersorak girang mendapati pintu kamar yang ternyata tidak dikunci.

Maura tak henti hentinya berdecak kagum melihat desain interior yang menghiasi setiap sudut ruangan ini. Namun ada yang mengganjal di hati Maura ia merasa tempat ini sangat asing baginya.

Langkah kaki membawa Maura ke taman yang ada di mansion itu. Langit malam ini sangat cerah. Maura merentangkan kedua tangannya bernafas lega. Akhirnya ia bisa menghirup udara luar ruangan meskipun secara sembunyi-sembunyi.

*****

Tangan Dave meraba sisi tempat tidur yang ternyata kosong. Refleks Dave langsung membuka matanya. Dave bangun, membuka pintu kamar mandi yang ternyata juga kosong. Tidak ada Maura disitu Dave langsung panik setengah mati.

Dave keluar dari kamarnya dengan hati kalut. "Apa kalian melihat istriku?" tanya Dave pada bodyguard yang sedang berjaga.

"Maaf tuan dari tadi kami tidak melihat istri anda," jawab salah satu penjaga dengan takut-takut melihat wajah atasannya yang nampak marah.

"Bodoh! Aku menugaskan kalian untuk menjaga istriku agar tidak kabur. Sekarang cepat cari dia tidak becus semua!" Bentak Dave dengan suara menggelegar. Jika saja tidak memikirkan kemungkinan Maura yang akan pergi, ia pasti akan menghajar satu persatu bodyguard sialan tidak berguna itu.

Dave dengan kalut menyusuri setiap sudut ruangan yang ada di mansionnya. Pria itu berteriak memanggil nama Maura. Segala pikiran buruk langsung berkecamuk di kepala Dave. Apa mungkin ingatan wanita itu sudah kembali dan Maura memilih kabur dari pada tinggal bersamanya.

"Maura dimana kau? jangan pernah berharap kau bisa lari dariku. Jika aku menemukanmu aku bersumpah akan mengikatmu atau kupatahkan saja kakimu sekalian!" Dave berteriak seperti orang kesetanan, tangan pria itu mengepal erat hingga buku buku jarinya memutih.

Dave merutuki kelalaiannya karena lupa mengunci pintu kamarnya, ia bahkan tak mengetahui Maura pergi dari sisinya.

Bugh....

Dave memukul dinding beton seolah sedang memukul samsak. Dave memukul dinding itu berkali-kali menumpahkan kekesalan di dadanya. Ia sama sekali tak mempedulikan darah segar yang mengalir dari luka di tangannya Dave mengacak rambutnya frustrasi.

"Aakhh..... Maura Cassandra dimana Kau!" Teriak Dave menggema diseluruh penjuru ruangan.

"Dave!" Panggil Maura. Dave memejamkan matanya, gigi pria itu bergemelutuk. Ia benar-benar marah dengan Maura. Beraninya wanita itu keluar tanpa seizinnya.

Maura melangkah mundur saat Dave mendekatinya. Wajah pria itu layaknya singa yang siap mengamuk "Akhhh...!" Maura berteriak kesakitan saat Dave menarik rambutnya.

"Dave lepas sakit." Maura merintih memohon agar Dave melepaskan tarikkan pada rambutnya. Pria itu sama sekali  tak peduli. Dave bahkan dengan kasar menyeret Maura ke kamarnya.

Dave menatap nyalang kearah Maura setelah ia melepaskan jambakannya. Wanita ini selalu saja membuatnya kehilangan akal sehat. Maura menunduk dalam, ia sangat takut dengan tatapan tajam Dave padanya.

"Kenapa kau menunduk, angkat wajahmu!" Titah Dave dengan nafas memburu. Tidak ada yang tau kalau pria itu sekarang sedang berusaha merendam emosinya. Gelengan dari Maura membuat Dave sudah tidak sanggup lagi menahan emosinya.

Plak....

Satu tamparan keras mendarat dipipi Maura yang putih pucat. Rasa asin menjalari lidah Maura. Saat luka disudut bibirnya nengeluarkan darah. Dave menatap nanar tangannya yang baru saja menampar Maura, wanita itu kini menatapnya dengan sorat mata terluka.

"Maura aku. Maafkan aku tidak bermaksud." Dave menggelengkan kepalanya saat wajah wanita yang dicintainya kini telah bersimbah air mata. Ia ingin menyentuh luka disudut bibir Maura tapi wanita itu menepis tangannya.

Dave menarik tubuh Maura kedalam pelukannya,  ia mengecup pucuk kepala Maura sambil menggumamkan kata maaf berkali-kali.

"Maafkan aku sayang. Aku tidak ada niatan untuk menyakitimu. Aku hanya takut kau pergi meninggalkan aku."

Awalnya Maura berontak saat Dave memeluknya, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melepaskan diri.

"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan Dave," ucap Maura disela isak tangisnya.

"Aku takut kau pergi," ucap Dave tersirat keputusasaan dari nada bicaranya.

"Pergi. Memang kenapa aku harus pergi? apa kau orang yang sudah membuat aku amnesia oleh sebab itu kau tidak ingin ingatanku kembali." Dave menangkup wajah Maura dengan telapak tangannya. Pria itu memandang wajah Maura dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu." Desis Dave dengan hati was was.

"Dengan sifatmu yang seperti ini! bagaimana mungkin aku tidak berpikiran seperti itu." Maura menahan nafasnya saat darah yang berasal dari luka ditangan Dave mengotori pipinya.

"A-aku," ucap Dave tertahan, ia membuang nafasnya kasar.

"Aku berjanji tidak akan berbuat kasar lagi padamu masalah tadi maafkan aku." Maura membuka mulutnya ingin protes.

Semudah itu Dave memintanya untuk melupakan kejadian barusan. Dave menarik rambutnya dengan kasar hingga beberapa helai rambutnya ikut tercabut. Tak hanya itu pria itu bahkan menampar wajah.

Maura memalingkan wajahnya saat Dave hendak mencium bibirnya. Alhasil pria itu hanya mencium rahangnya. Ia sangat marah dengan Dave, dalam hati ia berjanji jika ingatannya telah kembali ia akan meninggalkan Dave.

*****

Gaes jadi sebelumnya 'stay with me' itu sudah pernah terbit dalam versi cetak  dan ebook. Mungkin kalian ada yang punya bukunya?

Versi ebook sudah dihapus dari playstore, aku udah enggak kerja sama lagi dengan penerbitnya.

Jadi cerita ini aku publikasikan ulang di wattpad biar bisa dibaca gratisan. Cerita ini tidak dijual dalam versi pdf, kalo ada itu berarti  bajakan.

Kalian yang ingin membaca cerita ini tunggu saja updetannya secara perlahan.




Stay With Me (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang