Chapter Empat

5.6K 256 5
                                    

“Lo ga bisa terus lari. Gue tau kalau lo butuh teman bicara, Lara. Gue ada disini dan selalu ada disini untuk lo.” Bisik gue padanya.

Dia membalik tubuhnya untuk melihat gue. Mulutnya terbuka untuk mengatakan. ‘Iya aku tau. Terima kasih.’ Lalu tangannya melepaskan tangan gue.

Dia memberikan gue senyum manisnya setelah itu dia melangkah keluar ruangan ini.

Senyumnya, matanya, wajahnya sungguh terlihat sangat indah. Hati gue bisa dengan mudah bergetar seperti ini hanya karena melihat senyum manisnya. Apa artinya getaran ini?

>>>>>>>>>>

Ini sudah saatnya untuk pulang, gue keluar ruangan lalu melihat Alan yang sudah siap untuk pulang.

“Lan.. Lara masih ganti baju di ruang pegawai ya?” Tanya gue pada Alan.

“Iya bos, kayanya dia masih ganti baju. Ya udah kalo gitu gue balik duluan ya bos.” Ucapnya dan gue hanya mengangguk lalu dia berjalan pergi.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya gue melihat Lara yang berjalan ke arah gue, dia sekarang udah berdiri disamping gue.

Dia menulis sesuatu pada bukunya. ‘Aku malam ini ga pulang bareng kamu. Aku punya janji dengan seseorang.’

Sebelah alis gue terangkat. “Seseorang? Siapa? Temen lo?” Tanya gue serius.

‘Bukan. Aku punya janji dengan ibu yang punya kontrakan tak jauh dari sini. Jadi malam ini aku berniat untuk melihat kontrakannya.'

“Lara.. kan gue udah pernah bilang kalau gue tuh ga keberatan sama sekali lo tinggal di rumah gue, jadi kenapa lo masih mencoba cari tempat tinggal sih?” Tanya gue heran.

‘Aku tak mau terus-menerus menumpang di rumahmu. Jadi biarkan aku mencari tempat tinggal sendiri oke?’

Gue menghela nafas berat. “Baiklah, terserah lo aja. Malam ini gue akan pulang malem atau mungkin pagi, jadi lo hati-hati ya.” Ucap gue, dan dia hanya mengangguk.

Tanpa menunggunya, gue langsung berjalan keluar dan segera masuk ke dalam mobil. Segeralah gue cabut menuju club milik gue.

>>>>>>>>>>> 

Gue saat ini sedang minum di club gue, ga berniat untuk mabuk sih hanya aja kepala gue terus mengulang kalau Lara akan segera pergi dari gue. Dia memilih tinggal sendiri.

Tiba-tiba iPhone gue berdering. Lara calling.

Sebelah alis gue terangkat. Bingung. Lara kan ga bisa bicara, lah terus kenapa dia nelpon gue?

Gue langsung aja mengangkat panggilan ini. “Lara?”

Terdengar suara kegaduhan diseberang sana, tubuh gue membeku saat mendengar suara wanita.

“Clara sayang, kenapa kamu meninggalkan ibumu ini? Harusnya kamu tetap tinggal di rumah tercinta kita. Ayo sayang, saatnya kita pulang.” Ini suara wanita yang waktu itu mengaku sebagai ibu Lara.

“Kamu tidak mau pulang?! Berani sekali kamu membantah ibumu! Siapa yang mengajarkanmu membantah ibu hah?! Ayo pulang!” Suara teriakan wanita itu.

Lalu tiba-tiba sambungan ini terputus. Gue langsung berlari masuk ke dalam mobil dan segera mengendarai mobil.

iPhone gue bergetar. Tanda pesan masuk.

From: Lara

            Aku ada di jalan Sabang, di depanku ada gedung bertuliskan ENTER. Bisakah kamu kesini?

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang