Pada chapter ini aku tidak akan menjadikan Tristan-Clara sebagai tokoh utama, karena menurutku kalau mereka tuh sudah happy ending :)
Siapa yang akan aku bahas dalam chapter ini ya? Mau tau? Atau sudah pada tau? Hehe. Ya udah deh silahkan dicicipi :)
Happy reading guys ^^
✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩
*Ares’s POV (shock!! :D)
Aku menginjakan kaki ini pada tempat kelahiranku, setelah selama ini pergi ke negeri orang untuk menimba ilmu.
Segera aku keluarkan iPhone untuk menelpon seseorang.
“Halo.” Ucapnya di seberang sana.
“Halo Trist, lo ada di rumah?”
“Lah? Ares??”
“Iya ini gue. Lo lagi dimana?”
“Di rumah. Kenapa?”
“Jemput gue dong. Gue di bandara SoeTa nih.”
“Demi apa lo? Najis! Ga bilang kalo lo mau balik. Ya udah tunggu bentar.”
“Thank you, bro.”
Aku memilih untuk mencari tempat makan karena sumpah laper banget. Aku memilih Mcd, biar cepet aja karena aku udah kelaperan banget ini.
Saat aku ingin memesan, ga sengaja aku menyenggol seseorang.
“Ugh..” Terdengar suara seorang wanita.
Aku melihat seseorang yang ga sengaja aku senggol tadi, ternyata seorang wanita. Aku liat kalau ternyata minuman yang sedang dipegangnya tumpah sehingga membasahi bajunya.
“Iiiiihh!!! Lo tuh bisa jalan yang bener ga sih?! Liat nih, karena ulah lo! Ugh baju gue jadi basah.” Amuknya.
Aku hanya bisa tersenyum kecil melihat tubuhnya yang mungil namun suaranya ternyata cukup lantang.
“Maaf nona. Tadi saya benar-benar tidak sengaja. Apa yang nona butuhkan? Saya bisa menggantikan minuman nona dan uang laundry baju nona.” Ucapku sopan.
Dia mendongakan kepala untuk melihatku lalu memanyunkan bibirnya.
Wajahnya terlihat lucu dan dia ternyata memiliki wajah yang cantik tanpa perlu memakai make up atau poles sana-sini.
“Gue ga butuh uang lo. Ya udah bye.” Ucapnya lalu ingin pergi begitu saja.
Dengan refleks tanganku memegang tangannya. Dia membalik tubuhnya lalu menatapku heran.
“Apa lagi sih?” Dia masih marah rupanya.
“Biarkan saya bertanggung jawab, nona. Mari pesan minuman lagi.” Aku menggandengnya untuk memesan minum lagi.
Dia mencoba berontak. “Apa sih! Gue kan ga mau.” Dumelnya.
Aku tetap memesankan minuman untuknya dan tak lupa memesan makanan dan minuman untuk diriku sendiri.
“Ini minuman untukmu nona.” Aku memberikannya minuman.
Dia masih manyun. “Oh thanks and bye.” Lalu dia ingin beranjak pergi lagi namun aku mencegahnya lagi.
“Can I borrow your phone?” Ucapku sopan.
Dia bingung. “For what?”
“I need it, please?” Aku sedikit memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Rasa
RomanceBisa mencintai seseorang bukankah anugerah yang sangat luar biasa? Apalagi kalau cinta ini disambut juga oleh orang yang kita cintai, maka perasaan kita pasti akan sangat bahagia bukan? Tetapi berbeda dengan kisah gue. Gue gagal memilikinya, gue gag...