Chapter Satu

19.5K 348 7
                                    

Hey hey hey ketemu aku lagi nih :D 

Apa ada yang ingat siapa itu Tristan? (Kalau seingatku sih, Tristan itu adalah calon suamiku *ngarepbanget*) Hehe :D

Sebenarnya aku sangat tidak rela membuat cerita Tristan dengan wanita lain, tapi apa boleh buat. Huh aku tak ingin Tristan merana sendirian, jadi aku memutuskan untuk membuat cerita tentangnya.

Mohon berikanlah cerita ini kesempatan :)

Silahkan membaca cerita ini kalau kalian ingin mengetahui kisahnya Tristan :)

Happy reading guys ^^

------------------------>>>

Sakit hati

Gagal dalam cinta

Cinta bertepuk sebelah tangan

Kata-kata di atas memang menggambarkan bagaimana diri gue saat ini.

Bukannya gue sok puitis atau sok dramatis, tapi saat ini gue memang sedang kalut dengan yang namanya cinta.

Gue bukan ditolak

Gue juga bukan dibuang

Tetapi gue dikalahkan oleh orang lain yang berhasil mengambil hatinya

Berhasil membuatnya tersenyum bahagia

Berhasil membuatnya tertawa tanpa beban

Gue tau kalau gue bisa melakukan hal itu juga, tetapi perbedaannya adalah cintanya hanya untuk pria itu.

Gue menyerah, gue mengalah, tapi gue merasa lega karena wanita yang gue cintai bisa mendapatkan pria yang dicintainya. Hal ini lebih dari cukup untuk gue.

Nama gue Tristan, lahir dari kedua orang tua yang selalu damai dan akur, dan sampai saat ini gue juga yakin kalau mereka selalu merasa damai di surga sana.

Saat ini gue berumur 24 tahun, gue memiliki sebuah club malam, tapi gue juga memiliki cafe kecil. Ya gue memang hanya sibuk mengurusi kedua bisnis gue itu.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan gue.

“Masuk.” Ucap gue.

Masuklah salah satu temen gue, yang kebetulan kerja di cafe gue ini. “Bos.. Ada tamu tuh, katanya dia kenal lo.” Ucapnya.

Dia memang biasa manggil gue bos, padahal gue udah ngelarangnya, tapi dia tetep aja manggil begitu.

“Siapa namanya?” Tanya gue.

“Ga tau. Dia ga mau kasih tau.” Jawab si Alan.

“Cewe apa cowo?” Tanya gue.

“Cewe, bos. Cakep deh pokoknya. Udah sana temuin, oh iya dia pake baju warna merah.” Ucapnya sambil tersenyum lebar.

“Ya udah, gue akan temui.” Kata gue lalu bangkit dari kursi dan siap menemui sang tamu.

Gue berjalan menelusuri cafe, lalu menemukan seorang perempuan memakai baju merah sedang duduk sendirian disana namun gue masih belum bisa melihat wajahnya karena dia sedang melihat ke arah jendela sana.

Gue segera berjalan mendekatinya.

“Maaf.. Apakah anda yang ingin menemui saya?” Tanya gue sopan saat berdiri di dekat mejanya.

Dia menengokan wajahnya sehingga gue bisa melihat wajahnya dengan jelas. “Amanda?” Tanya gue kaget.

Amanda adalah salah satu sahabat gue dari SMP sampai SMA. Tapi pas lulus SMA, dia memilih kuliah di UK.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang