Chapter Lima - End

7K 259 14
                                    

Malam ini adalah jadwal gue untuk menghadiri pesta pernikahan Amanda. Gue sudah meminta Lara untuk nemenin gue datang ke pesta itu.

Setelah siap, segeralah gue keluar kamar. Gue berjalan mendekati kamar Lara, lalu mengetuk pintu kamarnya.

“Lara? Apa kamu sudah siap?” Ucap gue.

“Ya, tunggu sebentar.” Balasnya.

Gue memilih menunggu di ruang tengah. Tak lama menunggu, Lara berjalan dengan anggunya mendekati gue. Dia terlihat sangat cantik mengenakan gaun yang gue belikan untuknya.

Dia berdiri di hadapan gue. “So beautiful.” Puji gue.

“Who?” Dia tersenyum malu.

"Of course You."

“Oh you too.”

“So am I beautiful?”

Dia tertawa. “Yes you are so beautiful, Tristan.”

“Then we are beautiful.” Kami tertawa bersama.

>>>>>>>>>>>

Kami sampai di tempat dimana terselenggaranya pesta pernikahannya Amanda dan Adam. Kami memasuki gedung ini.

Tak lupa kami memberikan selamat pada kedua mempelai pengantin. “Selamat ya Amanda dan Adam, semoga kalian bahagia selalu.”

Amanda dan Adam tersenyum. “Thank you, Trsitan. Semoga lo bisa cepet nyusul. Siapa cewe manis di sebelah lo itu? Pacar lo ya?” Tanya Amanda.

“Maunya sih gitu, tunggu aja kabar baik dari gue ya.” Ucap gue dan saat gue melihat Lara ternyata wajahnya udah semerah tomat. Ah lucunya!

Setelah selesai mengenalkan Lara pada Amanda dan Adam. Gue dan Lara saat ini sedang menikmati hidangan makanan yang tersedia di pernikahan ini.

Gue memperhatikan wajah Lara dan ternyata ada sisa cream pada sudut bibirnya. “Lara sini deh.” Ucap gue.

Dia melihat gue seakan bertanya kenapa. Dengan gerakan cepat, bibir gue menyapu sudut bibirnya untuk membersihkan cream yang tersisa pada sudut bibirnya ini.

Dia kaget bukan main. Gue menjauhkan wajah gue lalu bertingkah santai. “Tadi ada cream di sudut bibirmu, ya jadi aku bantu membersihkannya.”

Dia mengerjapkan matanya berkali-kali seakan tak percaya pada apa yang baru saja terjadi.

Gue hanya bisa terkekeh melihat tingkah lucunya. Gemes banget sama wanita ini! Argh dia selalu mampu membuat hati ini bergetar dan mampu membuat jantung ini berdetak lebih cepat. Damn it!

“Ma-makasih.” Ucapnya kikuk.

“Aku tidak membutuhkan terima kasihmu, baby doll. Aku butuh kamu melakukan sesuatu untukku kalau kamu benar-benar berterima kasih.”

“Eh?” Dia bingung.

“Ayo ikut aku.” Gue mengambil tangannya lalu menariknya untuk berjalan mengikuti gue.

Gue mengajaknya ke luar gedung ini untuk berjalan ke arah taman yang ada di depan gedung ini.

Gue menemukan kursi, lalu gue menuntunnya untuk duduk. Gue menempatkan diri gue untuk duduk di sebelahnya.

“Pemandangan langit malam ini sangat indah.” Ucapnya sambil tatapannya fokus melihat langit.  

“Tapi tak seindah dirimu.” Balasan dari gue ini keluar begitu saja.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang