Aku terbangun saat matahari sore mulai tenggelam perlahan. Astaga! Jam berapa ini? Jam 18.00.
Melompat dari tempat tidur, aku segera mandi dan bersiap-siap. Tadi pagi setelah sampai, aku memesan makanan dari restauran hotel. Aku tidak mau kejadian pingsan di taman terulang lagi. Setelah makan, aku memutuskan untuk berendam. Rasanya menyenangkan sekali, otot dan saraf-sarafku yang belakangan ini tegang dan lelah terasa lebih rileks. Kemudian dengan hanya memakai jubah handuk, aku ketiduran.
benar kata Abi, aku tu nggak bisa banget ketemu bantal. pasti langsung nempel trus tidur.
tu kan...abi lagi kaaan! ck...bener-bener ni otak perlu di detox. mikirin suami orang haram kan?
Aku mematut-matut diri di kaca. Gaun hijau mint ini jauh dari kesan seksi, tapi benar-benar membuatku seperti bukan diriku sendiri. Dewasa, tenang, anggun dan elegan. Rambut gelombangku ku urai dan kujepit di salah satu sisinya. Setelah menyapukan make up sederhana, aku memutuskan untuk turun. Sejak memasuki lift jantungku semakin berdegup tidak karuan. Harusnya aku meminta tolong Adrian untuk menemaniku sehingga aku punya pegangan untuk tetap berdiri tegak.
Ting!
Lift berhenti di lantai Ground, lantai dimana ballroom berada. Aku menapakkan kakiku dengan yakin memasuki ruangan ballroom, meskipun kepalaku selalu menunduk ke bawah. Baiklah, aku sudah siap melihat Abi-ku yang pasti tampan memakai tuxedo pernikahannya.
Saat aku menaikkan kepala, aku terkesiap.
Sepi..kosong..
Hanya terlihat beberapa orang sedang membenahi dekorasi pelaminan yang sudah terpasang rapih.
Ck..aku terlambat? Atau salah melihat tanggal?
Dari jauh, aku melihat sosok wanita yang kukenal, yang seharusnya berdiri di pelaminan itu sedang bicara dengan seseorang yang juga aku kenal baik, seorang Wedding organizer yang juga rekan Abi.
Aku berjalan ke arah mereka. Kurasa aku harus mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi.
***
"Kami batal menikah.."
Desahnya. Sekarang kami sedang duduk di kursi taman yang terletak di samping ballroom mewah tersebut. Aku menoleh terkejut padanya.
"Jangan becanda, Sof. Apa maksudmu?"
"Apa yang gagal kau pahami Gwen..kau lihat sendiri, aku sedang mengurus pembatalan urusan pernikahan."
Matanya nanar menatap jauh ke depan.
"Abi yang melakukannya?"
Sofie tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya, "Kau mengenalnya lebih baik daripada aku. Dia tidak mungkin melakukan itu.."
Aku masih gagal mengerti. Kalau bukan Abi yang membatalkannya berarti Sofie yang melakukannya.
"Kau mencintainya?", tanyaku.
Sofie menoleh padaku,"Tentu saja, Gwen. Apa yang tidak dicintai dari pria baik seperti Abi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship With(out) Love
RomanceMencintaimu adalah hal termudah sekaligus hal tersulit dalam hidupku. Entah sejak kapan Gwen menyimpan perasaan kepada Abi, sahabatnya sendiri. Ini seperti hal yang haram di lakukan, dia dan Abi sudah seperti saudara sekandung. Saat Gwen sedang meni...