What hurts you today,
Makes you stronger tomorrow.-T***
Kurasa badai pun akan berlalu, secepat datangnya. Tak mungkin juga aku meratapi dan berharap untuk seseorang yang bahkan menengok ke belakangpun tidak. Perasaanku kini seperti lilin biarkanlah habis, karena setidaknya ada yang telah aku korbankan.
Aku berjalan menghampiri temanku, yang berbadan sedikit kurus dan tinggi. Farrel. Seorang remaja dengan kulit pucat, bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir tipis dan iris mata berwarna secoklat madu, membuatnya menjadi primadona sekaligus pangeran bagi kaum hawa di sekolah. Tak hanya itu, prestasinya yang mampu menjuarai di semua bidang, termasuk non akademik menjadikannya murid teladan dan di cintai semua guru.
Alasanku menghampirinya bukan semata-mata untuk mencari perhatian. Namun aku ingin bertanya tentang turnamen basket yang akan diadakan oleh sekolahku, terutama oleh ekskul basket. Dan tentu saja, karna Farrel kapten basket sekaligus ketua kelas, membuatku bertanya tentang turnamen itu.
"Woy" teriakku mengangetkannya.
"Hah? pasti ada butuh doang kan?" jawab Farrel seraya meneguk habis minuman mineral yang di bawanya dari rumah.
Aku memutar bola mata mendengar apa yang ia katakan. "Yaelah, Negative banget nih anak"
"Terus mau apa?" tanyanya dengan satu alis terangkat.
"Soal turnamen basket" ujarku menjawabnya.
"Oh. Besok. Hari Minggu. Jam 7 pagi"
"Oke. Thanks"
Aku menghampiri meja kursiku, lalu membuka buku harian dan menuliskan kegiatan yang akan ku lakukan saat minggu besok. Hari ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama terpuruk dalam kesedihanku sendiri, aku memiliki tujuan hidup. Bukan, tapi lebih tepatnya merencanakan suatu hal untuk masa depan. Dan tak menangisi hal yang tak berguna.
Suara ketukan sepatu membuatku berhenti menulis dan mendongak. Sheila dengan lollipop di mulutnya, mengintip goresan tulisan yang kucatat di kertas putih buku harian milikku. Aku melanjutkan menulis beberapa hal yang ingin kulakukan dan saat aku selesai, ia pun mulai ingin mencari tahu. Aku menjelaskan dan membayangkan, jika rencana yang kutulis sesuai harapanku.
"Yeah. You know, kau membuatku berpikir dua kali agar aku melupakan seseorang yang ku cintai. Dan sekarang yang kau lihat, mungkin daftar yang akan kulakukan nanti" Aku tersenyum lemah dan menghela napasku seolah membuang beban yang ada selama ini.
"Maksudmu ini sebuah proses?" Mata bulatnya yang berwarna kecokelatan memandang menebak.
"Ya sejenis seperti itu. Kau benar" Aku mengiyakan.
"Kalau gitu, aku bahagia jika kau benar-benar merencanakan semua itu, kau tahu, semua orang layak mendapatkan kebahagiaan" Ia memandangku iba. Namun aku tahu, Sheila mencoba untuk menghiburku.
Aku tersenyum lemah "Sekarang, setidaknya aku berusaha. Thank you Shel, udah mau hibur ataupun bikin nggak sedih lagi. Terutama jadi sahabat terbaik."
Sheila merangkul bahuku memandang dengan semangat berapi-api di matanya "Tak masalah. Aku senang membantu. Lagipula, jika aku kesusahan akupun meminta bantuan padamu. Dan kau juga. Sahabat yang kuanggap layaknya keluarga sendiri" Dan ia menambahkan,
"If you're not happy, I'll be your smile. Stef"
Aku tersenyum dan memeluknya erat. Meskipun ia berasal dari keluarga yang cukup kaya, tapi dia memiliki kepribadian yang rendah hati. Dan tak memilih untuk berteman. Sisi lain yang kusukai darinya, ia selalu terlihat baik-baik saja, namun aku tahu dibalik semua itu dia tidak terlihat baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maintenance
Roman d'amourcerita yang mana kau tidak akan tahu menjadi arah arus seperti apa. Akankah menjadi yang tenang dan berjalan seperti adanya? atau menjadi yang terhalang? atau bahkan menjadi penghalang arus? Inilah sebuah kisah perempuan yang memilih disakiti pria a...