Dengan mobil mercedes benz tipe 280SE, Maha dan Deva menuju perbukitan Bandung. Suasana tampak hangat diantara keduanya, seperti teman lama yang baru bertemu. Terlihat keduanya membuka snack dan memakannya. Bertukar cerita, saling ejek melempar senyum sambil sesekali ikut bernyanyi lagu yang terputar di dalam mobilnya, lagu I Can't Smile Without You milik Barry Manilow. Mereka pun tiba di tempat tujuan, terlihat danau yang berselimut kabut, tempat dimana dulu sering mereka kunjungi melepas penat dari pekerjaan kantor yang menguras otak.
"Nih pakai jaketku, atau mau aku peluk biar lebih hangat" sapa Deva.
"Makasi, aku juga bawa jaket sendiri koq. Nih selalu tersedia di ranselku" jawab Maha tegas.
"Kamu gak ada sisi romantis sama sekali, kan bisa aja berbohong seolah gak bawa jaket" ucap Deva kemudian.
"aku akan romantis sama pacarku nanti, bukan sama suami orang" Ejek Maha menimpali ucapan Deva.
"Hmm.. Coba aku punya doraemon, aku akan minta waktu di putar kembali. Kembali pada saat kamu masih sering ejekin aku, waktu sebelum aku terjebak keadaan, aku kangen semua tentang kamu" Deva seolah menyesali jalan hidup yang telah ia lalui. Maha terdiam sejenak sambil menatap Deva yang tertunduk
"kamu terlalu banyak nonton drama, omonganmu menyesatkan! Cari makan yuk? Cacing di perutku sudah minta diisi." Maha berlari meninggalkan Deva menuju rumah makan yang letakanya tidak jauh dari danau.
"Heh! kebiasaan ya kalau urusan perut pasti kamu lupa sama aku" Deva mengejar Maha kemudian.
Mereka makan dengan lahap seakan sudah lama gak ketemu makanan enak. Keduanya pun berjalan menikmati udara sore yang hampir gelap, menyusuri kebun teh. Maha membuat rangkain bunga berbentuk cincin dari ilalang kemudian memakainya sendiri. Sedangkan Deva membentuknya menjadi tiara.
"Maha, aku serius.. aku gak bisa bohongin Melati terus, bisa kan kamu menungguku?" ucap Deva sambil meletakan tiara ilalang ke kepala Maha. Maha diam seolah berfikir..
"Kau tidak usah menjawabnya, cukup menungguku" Lanjut Deva kemudian.
"Deva, aku perempuan.. Fikiranku mengikuti hatiku. Walau aku mencintai kamu tapi perasaan itu terlambat datang. Melati gak salah, dan aku sudah ambil keputusan pada hari dimana kamu menikahi dia. Jadi tolong.. Bantu aku menghapus perasaan itu sekarang." - "Bila yang setengah dewa pergi, dewa-dewa pun datang, aku percaya akan hal itu Deva". Sambung Maha.
"aku yang tidak percaya! Jangan bohongi perasaan kamu terus Maha, jangan so tegar! Cukup kamu mementingkan perasaan orang lain, bagaimana dengan perasaanmu sendiri?" Jawab Deva. Maha hanya menitikan air mata, tangannya melepas tiara yang tersemat di kepalanya lalu memberikannya pada Deva, dalam hati Maha berkata..
(Kalau kamu seperti ini terus, pertahananku bisa roboh Deva).
Lagu Stay With Me - Danity Kane mengalun seolah mempertajam tatapan Maha ke mata Deva.
"Maaf kan aku Dev.. aku gak bisa" Kata-kata yang keluar dari mulut Maha tidak seirama dengn hatinya. Maha pun pergi menuju mobil Deva, meminta Deva untuk segera mengantarnya pulang. Deva pasrah, sifat keras kepala Maha emang luar biasa. Deva sangat tahu akan hal itu tapi ia berjanji dalam hati.. Untuk mengakhiri semuanya dengan Melati, ia tak akan menyesali untuk keputusan yang akan ia ambil, karena baginya.. Maha adalah segalanya.
***
Deva kembali ke rumahnya, Melati sudah menunggunya dengan rentetan pertanyaan.
"Kamu bilang ke Bandung gak akan lama? Ngapain aja kamu disana? Sibuk banget apa sampe hp harus kamu silent? Siapa suruh nginep disana? Kamu ketemu dia yah? Jangan-jangan kamu tidur dengannya?" Mulut Melati berkicau tanpa henti.
'Plak!!!!'
Terdengar suara tamparan, Deva yang hilang kendali kaget dengan apa yang sudah ia lakukan. Dan Melati hanya bisa menerimanya dengan air mata yang berlinang.
"Kamu boleh berbuat sesukamu terhadapku, tapi jangan pernah dengan Maha, maaf aku hilang kendali" ucap Deva sambil tertunduk menyesali tamparannya. Melati menangis sejadi-jadinya.
"Aku tahu aku salah, meskipun aku tahu perasaanmu terhadap dia. Meski aku tahu perasaan dia terhadapmu tapi aku tetap mendorongmu untuk menikahiku, sekarang bukan waktunya menyesali semuanya! kamu harus sadar.. Kamu datang padaku dan mengambil keputusan itu sendiri dan harusnya dia juga sudah bisa menerima, itu konsekuensimu! Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab atas keputusan yang sudah kau ambil!" Teriak Melati tanpa menghentikan tangisannya. Deva tersungkur lesu dan hanya bisa menangis meratapi hidupnya yang kacau.
***
Disebuah bar Deva duduk sendirian sambil memegangi gelas minumannya, kelihatannya sudah cukup mabuk. Fikiran Deva kacau, sesekali dia hanya bisa menarik nafas dan menitikan air mata tanpa bersuara. Seketika kepalanya roboh di atas meja membuatnya tak sadar kembali. Tak lama Melati pun datang dan membawa Deva ke mobilnya dengan bantuan pemilik bar
"Terima kasih telah menelponku, aku sangat khawatir dengan dia" ucap Melati kepada pemilik bar sambil tersenyum.
"Itulah gunanya teman, hati-hati di jalan" jawab pemilik bar.
Melati dan Deva tiba di sebuah kamar, Melati bergegas melepaskan sepatu dan kaos kaki Deva.
"Kita suami istri tapi perlakuanmu sangat buruk terhadapku" rutuk Melati.
"Bagaimana bisa kau membohongiku, jangan pernah meninggalkan aku Maha" Deva mengigau. Amarah Melati seketika menggebu. Matanya memerah, perlahan dia membuka kemeja Deva.
"Bagaimanapun kamu harus melakukan apa yang menjadi kewajibanmu!" pekik Melati kesal.
***
Pagi harinya Deva terbangun hanya dengan berselimutkan bedcover, Melati masih terlelap tidur disampingnya.
"Haiiish... Apa yang sudah terjadi disini" ucap Deva menutup kedua matanya dengan telapak tangannya lalu mengacak-acak rambutnya.
"Hei kau, bangun! Kenapa kau bisa tidur di kamarku! Pindah ke kamarmu!" Teriak Deva membangunkan Melati.
"Setelah kejadian semalam, haruskan sikapmu sekasar itu padaku?" Bentak Melati seraya bangun dan pergi dengan memakai lingerie panjangnya.
Brakkk!!
Melati membanting pintu kamar Deva dengan napas tersengal mengingat kembali kejadian yang pernah terjadi dengan Deva.
#flashback
Terlihat Melati keluar gedung perkantoran, Deva sudah nampak menunggunya di dalam mobil
"Masuklah, ada hal yang ingin aku sampaikan" ucap Deva. Melati tersenyum lalu membuka pintu mobil dan duduk di sebelah Deva. Sebuah mobil melaju, di dalamnya terlihat Deva dan Melati yang tampak diam.
"Kau tahu.. Sejak anak itu datang ke kantor, hal seperti ini sudah tak pernah lagi terjadi. Terima kasih karena hari ini kau mau mengantarku pulang" Melati membuka percakapan.
"Persiapkan pernikahan kita dalam sebulan" jawab Deva.
"Apa kau sedang melamarku?" Tanya Melati.
"Bukankah itu keinginanmu, untuk masuk ke dalam keluargaku?" Jawab Deva.
"Tapi kau tidak seharusnya memaksakan kehendak bila tak menginginkannya" ujar Melati.
"Lakukan dengan baik sebelum pikiranku berubah, turunlah.. aku tak bisa mengantarmu pulang, ada yang harus ku lakukan."
#End of Flashback
Melati tampak sedih "perasaanku padamu tulus Deva, akan kupastikan kau membayar penghinaanmu." Ucap Melati menatap tajam pintu kamar Deva..
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahadeva 1
Historia Corta( Seharusnya aku tak usah berpura-pura tegar dan Seharusnya aku tak pernah datang ke kota ini Untuk melihatnya duduk di pelaminan bersama orang lain )