Udara masih saja terasa sesak walau pun terlihat ac yang terpasang di sudut ruangan kantor. Semua karyawan terlihat sibuk di depan monitornya masing-masing. Terdengar deringan telpon yang mendukung keriuhan kantor siang itu.
Maha terlihat sibuk dengan pekerjaannya sebagai staf accounting, dia terlihat sesekali memegang helaian tumpukan kertas lalu menekan jari jemarinya pada tombol keypad laptop. Tanpa ia sadari Ernest teman sekantor Maha, laki-laki yang lebih tua 2 tahun darinya, bertubuh tinggi, putih, dengan mata sipitnya sudah ada di depan mejanya. Ia menemuinya untuk mengajak makan siang bareng.
"Makan apa kita siang ini?" Ajak Ernest.
"Sepertinya kita gak bisa makan siang bareng, bos lagi menghukumku.. Dia sepertinya punya kaki seribu yang bisa mengejar laporan ku tanpa lelah. Ah! kalau bukan karena wajahnya yang tampan, sudah ku tinggalkan dia sejak lama" jawab Maha
"Yah.. Sepertinya kamu lebih mencintai bos tampanmu itu daripada pekerjaanmu" ejek Ernest
"Ayo.. Kalau gak makan sekarang kamu gak akan pernah sempat makan. Setidakanya walaupun cintaku kamu tolak tolong jangan tolak juga setiap ajakan makan siangku"
Ernest menarik kursi yang sedang Maha duduki dan mengajak Maha untuk segera bangun dan pergi makan bersamanya.
Seperti itulah kehidupan Maha setiap hari. Bangun pagi mandi, pergi dan pulang kantor terus mandi lagi kemudian tidur, tanpa kencan. Suasana pesta kecil terdengar di sebuah cafe yang tidak jauh dari kantornya Maha, pesta kejutan itu diadakan sebagai ucapan selamat atas terpilihnya Maha sebagai manager accounting di tempat ia bekerja. Semua disiapkan Ernest dengan bantuan kedua teman kantornya, Laura dan Jessy.
"Sepertinya aku harus pulang duluan, ibuku tidak mau terlalu lama dititipkan anakku. Ugh! menyebalkan sekali kalau pesta ini harus segera berakhir" ucap Laura
"Yaa cepatlah pulang hei ibu muda, jangan terlalu lama membebani ibumu dengan bayi kecilmu itu" jawab Maha.
"Tunggu, aku numpang mobilmu ya? Sepertinya pacarku tidak bisa menjemputku, hari ini dia lembur" pinta Jessy pada Laura.
"Terus aku pulang bagaimana dong.. tega bener kamu pulang duluan, temanin ya? Sebentar lagi kayakanya selesai deh" sergah Maha pada Jessy.
"Tenang, masih ada Ernest yang selalu ada buat kamu. Kamu gak keberatan kan Nest nemenin Maha sampe semuanya kelar?" Tambah Jessy. Ernest yang sedang minum pun terbatuk kaget seketika, seolah ketahuan bahwa perasaannya terhadap Maha sudah bukan rahasia umum lagi.
"Oo iya gak apa-apa, lagian aku malam ini gak punya acara lain, jadi bisa santei koq" alasan Ernest berharap masih bisa menyembunyikan perasaannya.
Terdengar merdu lagu London Pigg Coffee Shop membuat Ernest dan Maha ikut bernyanyi.
(Seseorang akan memiliki tampilan yang berbeda dimata orang yang sedang jatuh cinta kepadanya) suara hati Ernest di ikuti dengan senyuman dan mata yang masih memandang Maha penuh kagum.
"Semua teman kita sepertinya sudah pulang, ayo ke kasir bayar semua lalu kita pulang"ajak Maha
"Ini kan pestamu, kenapa aku yang harus bayar?" Goda Ernest.
"Apa kamu gak malu kalau besok ketemu aku? Kamu yang siapin semua untukku tapi minta reimburs biaya pesta padaku" balas Maha
"Aagh.. Maha kamu menolakku tapi membuatku tak bisa menghindarimu. Kamu terus menggangguku dengan ekspresimu itu, kapan aku akhirnya bisa jadi pacarmu?" Tanya Ernest.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahadeva 1
Cerita Pendek( Seharusnya aku tak usah berpura-pura tegar dan Seharusnya aku tak pernah datang ke kota ini Untuk melihatnya duduk di pelaminan bersama orang lain )