Terlihat Maha sedang lembur dengan jessy.
"Kamu masih ada komunikasi dengan deva?" Tanya jessy.
"Hmm..." Jawab Maha.
"Masih berharap banyak kah?" Pertanyaan Jessy membuat jari jemari Maha yg sibuk menekan tombol keyboard terhenti.
Dia mengingat kejadian ketika hp Deva berdering dan kontak Melati berubah nama menjadi 'Bunda Arva'
"Entahlah... Kadang aku berfikir... Pria yang tidak menghabiskan waktu bersama keluarganya tidak akan pernah menjadi lelaki sejati. Aku harus berfikir ulang untuk menghabiskan masa tuaku bersamanya" Ucap Maha.
"Sebenarnya Ernest pria yg baik lho.." Jessy memberi isyarat pada Maha untuk mempertimbangkannya.
Maha tersenyum mendengarnya.
"Kebahagiaan akan datang bagi mereka yg menginginkannya" Jessy menambahkan.***
Hamparan pasir terlihat luas, deru ombak saling menyahut memenuhi telinga Deva, angin pantai menyentuh pipinya dengan hangat.
"Aku ingin menemuimu seperti ini, tapi hal itu membuatku takut akan kehilanganmu" ucap deva.
"Hentikan rasa bersalahmu karena janji yg kau buat untukku, anakmu lebih membutuhkanmu daripada aku. Cobalah menjadi tim yg hebat untuk anakmu dengan melati." Suara Maha terdengar sangat bijaksana.
"Jangan menemuiku jangan coba mencari tentangku, aku ingin memiliki kehidupan yg baru, membuat kenangan yg indah walau tanpamu" Maha mengakhiri pertemuannya dengan Deva.
Ia berjalan menyisir pantai dengan kaki telanjangnya mengarah ke perbukitan.
Tampak Maha sudah berada dipuncak bukit dengan membawa seikat balon gas yg berisi tulisan semua doa dan harapan Maha. Mata Maha terpejam kemudian tangannya melepaskan ikatan balon itu seakan membiarkan beban yg selama ini diarasakan terbang bersama tiupan angin, perlahan satu persatu balon pun terbang.
Dari kejauhan Deva melihat balon-balon tersebut. Dia teringat pernah mengatakan pada Maha tips melepaskan beban atau masalah yg tengah dihadapi dengan cara menuliskan doa atau pun harapan yg disimpan kedalam balon gas. Lalu menerbangkannya ke atas awan yg seolah-olah doa dan harapan itu terbang menggantikan masalah yg dihadapi.
"Maha.. Maha tunggu aku! aku akan kembali" suara Deva bergetar, dia berdiri kemudian berlari mengikuti arah balon diterbangkan.
Setibanya di atas bukit Deva mencari sekeliling dan memanggil-manggil Maha tapi tak terlihat dimana pun. Tubuhnya lunglai...
Lalu Deva melihat ke arah satu balon yg tersangkut di pepohonan, ia mengambil dan memecahkannya. Terlihat kertas kecil terlempar diantara pecahan balon, kertas kecil itu bertuliskan "Untuk suatu kebaikan terkadang kita harus melupakan apa yg kita inginkan, bahkan impian kita sekalipun..." Deva menangis sesenggukan lalu berusaha untuk terus menemukan keberadaan Maha.
"Maha... Kau dimana Maha?!" Teriak deva.
Dari kejauhan tampak Maha sedang berjalan lalu Deva mempercepat langkahnya mengikuti Maha. Tapi tiba-tiba terlihat jauh di depan Maha, seorang pria tinggi putih bermata sipit, melambaikan tangan ke arah Maha. Pria itu menunjukan sepasang sepatu kets pink milik Maha, ia pun berlari menghampiri Ernest.
Sontak Deva berhenti mengejarnya, kepalanya tertunduk dan lututnya tersungkur, kesedihan tampak jelas di raut wajahnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahadeva 1
Kısa Hikaye( Seharusnya aku tak usah berpura-pura tegar dan Seharusnya aku tak pernah datang ke kota ini Untuk melihatnya duduk di pelaminan bersama orang lain )