Jumpa lagi ama duo auth mesum di bidang perhumuan (yaoi). Ini adalah salah satu 'baby' kami, sepasang char manis yang amat kami suka.
Kisah keduanya dimulai setelah dua bulan mereka ada di satu atap. APA? SATU ATAP? Yah, cekidot saja. Pokoknya, di sini kami pakai bahasa santai di narasi maupun dialog. Tolong diingat2 siapa tau lupa dan bakalan protes :"D
Selamat membaca!
===============================================
"Mas Igna, menurut mas gimana kalo cowok naksir cowok? Aneh gak?"
Igna yang sedang mengetik data di laptop pun mau tak mau menghentikan aksi jarinya dan menoleh ke Daffa yang tiduran membaca majalah di kasur.
"Hah? Kenapa cowok harus naksir cowok? Kan masih banyak cewek, tuh dek," jawab Igna sambil kembali meneruskan pekerjaannya.
Daffa berumur 20 tahun, adalah anak dari pemilik kos tempat Igna bersemayam saat ini. Pemuda manis yang kalau sekali lihat mirip dengan perempuan tomboy, kecuali setelah ia berbicara barulah ketahuan ada jakun naik turun di lehernya.
Mereka sudah akrab sejak dua bulan lalu. Dan Daffa sudah biasa main ke kamar kos Igna yang letaknya di pojok belakang. Horor? Gak juga, sih. Igna jenis yang cuek akan hal-hal begituan.
Igna sendiri adl pria 25 thn yang bekerja di sebuah kantor Notaris terkenal di kota tersebut. Meski Igna tampangnya nggak malu-maluin untuk dibawa ngeceng di Mal, tapi dia sering minder karena merasa belum tajir.
Dan kini ia bersahabat dengan anak ibu kos yang terkadang menanyakan hal-hal ajaib padanya. Igna berusaha posthink, tidak berasumsi macam-macam, seperti misalnya Daffa homo.
Igna, pria ramah bertubuh atletis berwajah tampan, yang sering dimodusi oleh anak ibu kos, a.k.a Daffa, tanpa ia ketahui.
''Mas sibuk banget ya? Kayaknya Daffa diselingkuhin ama kertas-kertas.''
Daffa protes, tapi matanya masih lekat aja mandang majalah yang isinya hanya berita-berita tentang artis zaman sekarang. Sekarang cowok manis ini kembali lagi berada di kamar kosan Igna, biasanya sih saban hari, bahkan Daffa hapal kapan aja Igna bakalan pulang kerja.
Daffa ini tipe anak rumahan, gak suka keluyuran dan susah untuk sosialisasi. Tapi kalau tipe seperti Igna, Daffa bisa akrab dalam waktu beberapa hari.
Dua bulan emang udah berlalu, awalnya pertama ketemu, Daffa sering banyak diem dan sering lirik-lirik dengan sebab tertentu. Kalau sekarang sih Daffa sudah bisa ngobrol banyak, bahkan kadang gak malu buat bicarain sesuatu bahkan nanyain.
''Mas Igna udah mandi? Mandi bareng yuk. Daffa juga belum mandi dua kali nih,'' ajak Daffa sesudah taruh majalah tadi dan duduk. Ditatapnya Igna yang emang lagi sibuk terus senyum, angkat satu lututnya dan taruh satu sisi pipi di sana.
"Mandi bareng?" Igna pun menoleh. "Tapi Mas udah mandi tadi sore, loh. Kamu gerah, ya? Mandi sana biar keringetnya ilang dan seger," akhirnya Igna pun mengalah dan mematikan laptop. Sepertinya Daffa butuh dinutis.
Igna emang ganteng, tapi gak wajar karena gak pernah pacaran. Tapi kata orangnya sendiri sih itu karena gak pede sebab kurang tajir.
''Kalau mas pacaran ma Daffa sih , Daffa gak perduli mas Igna tajir atau gak. Soalnya Daffa gak terlalu suka dibeliin macam-macam.''
Usai bicara gitu, Daffa beranjak dan berdiri, regangin otot dia yang kaku. Itu cowok ngomong gak pake rem kayaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Yours (Igna-Daffa story)
RomanceYang satunya kalem penuh pemikiran. Yang satunya lagi polos tapi mengundang. Saat yang satunya mengingkari perasaan, yang lainnya merasa hancur. Cinta memang penuh misteri. Datangnya tak bisa disangka-sangka. Cinta itu buta. Bahkan saking butanya sa...