part 7

143 20 4
                                    

Ceklek (suara pintu)

Saat aku membuka pintu, aku dibuat kaget oleh Ryana yang tersungkur ke arahku.

"Kamu lagi ngapain sih di sini? Pasti lagi ngintipin saya ya?" Tanya ku pada Ryana.

"Idih, G-R banget sih loe? Gu-gue lagi nyari ka-kalung gue yang jatuh di sekitar sini," Ucap Ryana terbata-bata. Penjelasannya itu sangat tidak masuk akal dan kegelagapannya membuatku yakin kalau dia sedang berbohong.

"Udah yuk ah wi kita ke kamar lagi, gerah di sini maa," Ujar Ryana seraya menjulurkan lidahnya ke arahku seakan sedang mengejekku.

Tidak terlalu ku pikirkan juga.
Lucu memang kalau melihat tingkah laku Ryana yang super aneh itu.

---

Ryana mengusap-usap dadanya dan menetralisir detakan jantung nya. Ia berjalan dengan langkah yang sangat lamban.

"Loh kok kamu belum berangkat sih?" Ujar bunda kepada Ryana seraya membaca majalah di sofa ruang tamu.

Ryana celingukan mencari sumber suara bunda. "Eh belum Bun. Lagian mas Angga nya juga belum nyuruh aku buat siap-siap," Alasan sederhana untuk menghindari omelan dari bunda.

"Oh gitu, eh ada 'nak Dwi." Bunda tersenyum lebar dan menghampiri mereka berdua.

"Hehe iya, tante apa kabar?" Ujar Dwi berbasa-basi kepada bunda.

"Alhamdulillah baik," Ucap bunda dengan nada ramah.

"Bundaaa, hmmp Dwi katanya mau ikut nganterin mas Angga buat beli oleh-oleh, boleh yaa!" Ujar Ryana.

Dwi menatap kearah Ryana dan menggelengkan kepala tapi Ryana hanya menjawab nya dengan kedipan mata.

"Gak kok tante, lagian hari ini aku ada les matematika," Cerocos Dwi.

"Iih bundaaa, please boleh yaa! Masa sih aku sama mas Angga jalan berdua nanti yang ketiganya kan syaiton bun," Bujuk Ryana pada bunda.

"Ya sudah kamu temenin Ryana ya!" Ujar bunda pada Dwi dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Sebenarnya ini bukan kemauan Angga untuk mengajak Ryana membeli oleh-oleh, melainkan rencana dari para orang tua mereka untuk membuat Angga dan Ryana menjadi lebih dekat.

Ryana memeluk erat tubuh Dwi kegirangan. "Yeeeeayy. Loe ikut juga hehe," Dwi mengedikan bahunya melihat tingkah Ryana yang seperti anak kecil.

***

Ryana memilah-milah pakaian yang ada di lemari nya untuk dikenakan oleh Dwi dan juga dirinya.

Setelah menemukan pakaian yang pas, lalu ia memberi polesan make-up pada wajah Dwi agar tampak terlihat lebih cantik.
"Loe cantik banget wi," Ujar Ryana seraya mengepang rambut milik Dwi.

"Iya pasti dong hehe," Canda Dwi.

Selesai bersolek Dwi lebih dulu turun ke bawah dan berniat menunggu Ryana di dalam mobil. Dwi melangkah sangat cepat saat menuruni tangga dan membuat dirinya hampir terjatuh jikalau Angga tidak menangkap tubuhnya.

"Kamu gapapa kan?" Ujar Angga pada Dwi.

Dwi hanya terdiam saat melihat senyuman manis Angga. Lalu Angga membantu Dwi untuk berdiri. Dwi tak hentinya tersenyum tatkala seperti orang gila.

"Saya Angga, calon suaminya Ryana," Ujar Angga seraya mengulurkan tangannya.

Perkataan Angga tadi membuat Dwi tersadar. "What?" Dwi membuka mulutnya lebar-lebar, seakan tidak percaya kalau pria yang di jodohkan dengan sahabatnya itu sangat gagah dan tampan. Seketika saja ia terdiam layaknya patung.

Angga mengayunkan tangannya di depan wajah Dwi. "Hei kamu kok ngelamun?"

"Enggak kok hehe. Oh iya aku Dwi temennya Ryana," Ujar Dwi seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Salam kenal ya? Euh kamu mau gak aku ajak kerjasama?" Ucap Angga hati-hati.

"Hah? Kerjasama apa mas?" Ucap Dwi heran.

"Sini saya bisikin ... "

Dwi menyetujui tawaran dari Angga. Dan mulai hari ini juga mereka akan memulai misi yang telah direncanahkan oleh keduanya.

----

Dari tadi gue perhatiin Dwi sama Angga sangat akrab layaknya sepasang kekasih.

Kesana - kemari cuman berdua dan gue sama sekali gak di perhatiin.
Apalagi pas beli eskrim, Dwi malah mesra - mesraan sama si Angga. Terus gue malah di cuekin.

Badmood!

Gue udah ngentakin kaki sampe manyunin bibir tapi mereka malah tambah asyik berduaan. Mereka sama sekali gak peka.

Pas naik eskalator aja si Dwi pake gandengan tangan segala sama si Angga. Padahal dia kan udah gede. 'Apa mungkin gue cemburu ya?' pikiran ngawur udah mulai nih.

Gue udah gedeg banget sama tingkah laku mereka,"Gue mau pulaaaangg," Teriak gue yang cukup keras dan membuat aktivitas mereka berdua berhenti.

Angga menoleh ke belakang dan datang menghampiri gue. "Loh baru juga nyampe kok udah mau pulang lagi sih?" Ujar Angga dengan nada so polos.

"Apaan sih loe nyamperin gue? Udah sana loe sama Dwi lagi aja," Gue dorong tubuh Angga biar ngejauh dari gue.

Tapi ..

Kaki gue malah kesandung sama kakinya Angga, lalu kita jatuh bersamaan. Dan ini hari yang paling menyebalkan buat gue. Gara-gara gue jatuh di atas tubuhnya Angga, bibir gue sama Angga gak sengaja menempel.

"Loe apa - apaan sih cium-cium bibir gue?" Ucap gue seraya mengelap bibir gue pake tangan dengan kasar.

"Siapa juga yang mau nyium bibir cerewet kaya kamu. Awas minggir tubuh kamu tuh berat. Dasar gendut."
'Angga nyebelin banget sih pake bilang gue gendut'. Gue langsung bangun dan menatap sekeliling mall. Malu? Semua orang malah terkekeh melihat kejadian gue tadi.

Gue langsung lari menuju pintu keluar mall dan nyari taksi.

Gue liat ke belakang tapi gak ada tanda-tanda Angga ngejar gue.

Nyebelin!

Oh iya Dwi dimana? Ah bodo amat dia juga gak peduli sama perasaan gue.

Bersambung...

_______&&________

Update lagi nih !! Hehe mumpung lagi Free 😘😘 jangan lupa vote dan coment ya! Kalau bisa maa bantuin promosi juga readers 😘😘

 MY SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang