Kastil Penyihir yang Megah

24 4 0
                                    

Shylo terus berjalan dibelakang Agata, terus menatap rambut Agata yang semakin kusam. Diam-diam, Shylo terus tersandung-sandung akar pohon dan terus menguap. Sesekali Shylo menampar dirinya yang lelah, dia tidak pernah selelah ini. Matanya terasa berair, kepalanya berdenyut, bibirnya kering, kulitnya dingin, wajah Shylo terlihat pucat. Semua menoleh kebelakang terkejut, Shylo lagi-lagi tersandung akar pohon. Seketika Agata memberi tangan, dalam sekali sentuh, Agata bisa merasakan suhu tubuh Shylo. Agata menempelkan dahinya ke dahi Shylo.

"Kau demam"

"Aku tak apa, aku tidak ingin merepotkan kalian" ujarnya berdiri sambil terhuyung.

Agata membalikan badan dan menjongkokkan diri. "Kau tak akan bertahan biarpun semenit Shylo, naiklah"

Shylo langsung menaiki punggung Agata, dia tahu bahwa yang dikatakan Agata benar. Akan jauh lebih merepotkan jika dia pingsan dihutan.

"Omong-omong seberapa jauh lagi?" tanya Shylo dalam gendongan Agata.

"Dari yang kita lihat memanglah sangat dekat" ujar Artur. "Tapi hutan ini terlalu luas jika ditempuh dengan jalan kaki"

"Bawa Shylo"

Shylo kebingungan, membawanya? Ted dan Artur pun menatap Agata heran. Sapu terbang Agata terbang kehadapan Agata, seolah meminta perintah.

"Apa kau muat untuk orang tiga?"

Sapu itu terbang jauh lebih tinggin keatas. Sapu itu langsung melontarkan Ted dan Artur keudara dan mendarat diatasnya, Agata berjalan mendekati, menurunkan Shylo dan menidurkan Shylo dipangkuan Artur.

"Bawa mereka segera ke Kastil, secepat yang kau bisa" Perintah Agata sambil mengelus bulu kasar pada sapunya. "Tolong, aku titip Shylo" ujarnya mundur satu langkah dari sapu dan menatap Artur.

"Tunggu, bagaimana dengan kau?" Tanya Artur nadanya khawatir.

"Aku akan menyusul"

"A-ga-ta-" Tangan Shylo mencoba menggapai Agata. "Jangan tinggalkan-aku"

Agata menggenggam tangan Shylo, memeluknya dipipinya. "Tidak, Shylo, aku akan menyusul"

Sapu itu melesat pergi, suara Shylo yang memanggil Agata terdengar menggema dihutan luas itu. Agata berjalan pelan, tak menghiraukan suara mengeresak yang biasanya terdengar menakutkan untuk anak-anak kecil. Jauh didepannya, Agata bisa melihat keberadaan Ethan dan Richell, yang kecepatan mereka sama dengan Lucille dan Chaz. Chaz terbang kembali kearah Agata yang sedang berjalan sendiri.

"Mana yang lain?"

"Mereka duluan"

"Secepat itu? Bahkan itu melebihi kecepatan terbang maksimal Heaven Feather" ujar Chaz kagum.

"Mereka naik sapu terbangku, aku meminjamkannya" ujar Agata tak menoleh sedikitpun. "Mungkin terbang diatas bisa mempersingkat panjang jalan"

"Lalu bagaimana dengan-mu sendiri?" tanya Chaz menatapnya terkejut.

"Ya... seperti yang kau lihat sekarang" Agata berjalan mendahului Chaz. "Lebih baik kau terbang tinggi agar cepat sampai"

Agata tersentak, kaget. Chaz mengibaskan angina dengan sayapnya dan melempar Agata ke udara. Agata menjerit-jerit, akan jatuh. Mata Agata terbuka secara perlahan, kakinya melayang diatas tanah. Agata menatap Chaz yang menggendongnya seperti putri, Chaz terus menatap kearah langit.

"Mungkin terbang diatas sana bisa mempersingkat waktu seperti yang kau katakan" Chaz terbang keatas hutan sambil menggendong Agata.

"Hey! Turunkan aku!" Agata mencengkram pundak Chaz, dan memukulnya berkali-kali.

The Witchs CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang