9; Kotak makan

1.7K 142 3
                                    

°°°

Dira belum pernah menyangka kalau akan menjadi seperti ini sebelumnya. Tidak pernah berpikir kalau Tara akan menyukai cowok itu. Bukan, bukan masalah hatinya bakal sakit atau apa. Yang jadi permasalahan, bagaimana jika Tara tahu yang sebenarnya?

Dari kemarin, Dira tidak bisa langsung jujur pada Tara. Itu yang membuat Dira sulit tidur. Ia memikirkan tentang perasaan Tara pada cowok itu.

"Karena gue suka,"

"Dia temen lo kan, Kak?"

Kata-kata itu masih terngiang di otak Dira. Dira tahu kalau Fathra adalah cowok pertama yang disuka Tara. Tara baru pertama kali jatuh cinta. Dan nggak mungkin pula Dira harus jujur atas perasaannya pada Fathra dan mengorbankan perasaan adiknya. Adik tercintanya itu akan sakit hati untuk pertama kalinya jika ia nekat berkata jujur demi perasaannya juga.

Sebenarnya baru kemarin pagi Fathra menembak Dira, lewat LINE.

Dira bahagia saat Fathra menyatakan perasaannya pada Dira. Akhirnya Dira tidak merasakan yang namanya friendzone lagi. Namun, kebahagiaan itu luntur ketika ada kebisingan berasal dari kamar adiknya. Karena Dira paling anti dengan kebisingan, Dira ingin protes pada adiknya. Dan berakhir saat dimana rasa penasaran tingkat dewanya muncul, ia melihat foto-foto itu.

Ada rasa panik dan khawatir di seluruh bagian tubuh Dira. Panik karena tahu bahwa adiknya menyukai cowok yang sama dan khawatir jika mereka akan saling membenci. Dira rasa, cukup ia saja yang sakit hati. Adiknya jangan.

Ia teringat. Sewaktu ia kelas 9 SMP, terjadi perbincangan seperti ini antara dirinya dengan Tara,

"Kak, kalo kita kayak di berita-berita, lo bakal ngelakuin hal yang sama?"

"Ngebunuh lo?"

Tara mengangguk, "Iya. Kan di berita ada tuh, kakak membunuh adiknya karena nggak mau pacarnya di embat adiknya."

"Ya enggaklah, gila aja gue. Kalo gue cemburu pacar gue disukain sama lo, gue mending putusin pacar gue buat lo. Gue bisa pacarin Shawn Mendes yang pasti gantengnya gak kayak yang lo embat."

"Kalo yang gue embat nyatanya kayak Shawn Mendes gimana?"

"Tenang, masih ada Luke Hemmings."

Dira tersenyum geli mengingat itu. Dira mengusap air matanya yang sudah mengalir sejak tadi.

"Kalo emang Fathra adalah titik kebahagiaan lo yang paling bercahaya, gue rela bagi sepenuhnya titik kebahagiaan yang bercahaya itu demi lo, Tar."

Suaranya bergetar. Dira tersenyum memandang foto dirinya dengan Tara di dinding.

"Gue janji, gue bakal buat Fathra benci gue dan cinta sama lo. Itu mudah."

Dira memejamkan matanya, merasakan sesak di dada. Telapak tangannya menggenggam bantal dengan erat. Ia baru merasakan betapa sesaknya jika sepasang adik-kakak menyukai orang yang sama.

DiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang