13; Pasar Malam {2}

1.4K 123 15
                                    

°°°

Dikta berlari menghampiri Tara dengan wajah cemasnya. Teropong kesayangan yang ia kalungi berayun-ayun kala ia berlari. Jantungnya berdegup kencang, takut Tara menangis karena ditinggal begitu saja. Dikta tidak habis pikir kenapa cowok seperti Fathra bisa meninggalkan Tara. Sebenarnya apa sih yang ada dipikiran cowok itu?!

Sesampainya di area wahana Bianglala, Dikta menghela napas lega. Tara masih ada disana dan duduk di tempat duduk yang sudah disediakan di bawah pohon. Pohon tersebut berada di sebelah wahana. Disana Tara sedang bermain ponsel dan tidak berekspresi apa-apa, tidak sedih dan juga tidak senang. Dikta jadi bingung.

Dengan sok kagetnya, Dikta bertanya, "Lah? Lo ngapain disini Tar?"

Tara mengangkat wajahnya menghadap Dikta. Ia terkejut beneran, nggak seperti Dikta. Kenapa dia harus bertemu dengan Dikta disini? Nggak di sekolah, di rumah, disini, kenapa ketemu terus, sih?!

"Lo ngapain disini?" cetus Tara balik nanya.

Dikta terkekeh dan duduk di sebelah Tara, "Udah pada dasarnya kita jodoh kali ya. Di sekolah, di rumah, di supermar--"

"Supermarket bukan ketemu! Emang udah jalan berdua!" potong Tara ketus. Mood Tara emang jelek kalau bertemu Dikta.

"Wow! Kata berdua-nya gue kutipin ya." tawa Dikta meledak, "Kayak pacaran aja deh kita,"

Aduh, Tara salah ngomong. Tara menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Tara harus menahan emosi kalau ngomong sama Dikta. Ketika Tara ingin membalas ucapan Dikta, ponsel Tara bergetar. Segera ia membuka ponselnya dan melihat notifikasi yang baru masuk dari LINE.

Fathraa: tarrr, sorry bgt. gue harus pulang, tadi gue keinget mama gue minta jemput abis belanja
Fathraa: lo pulang sendiri gpp kan?

Tara mendengus kesal. Ia berdecak karena sangking kesalnya. Dadanya sesak, nggak tahu mau gimana lagi sekarang. Tara pikir, ini adalah kencan pertama menyenangkan yang menurutnya nggak bakal bisa dilupakan, ternyata nggak ada artinya apa-apa. Dan dugaannya kalau Fathra berlari seperti tadi karena kebelet pipis atau buang air besar, ternyata salah.

Fathra justru meninggalkannya. Nggak ngomong apa-apa, malah nyelonong pergi.

Sekarang, Tara pulang sama siapa coba? Kalau naik taksi, Tara takut kejadian seperti di berita-berita terjadi padanya. Kalau naik angkot, mana ada angkot lewat, lagipula kalau ada, kejadiannya juga mengerikan. Apalagi sekarang sudah hampir jam 9 malam. Ah! Tara jadi takut.

"Lo lagi nungguin siapa sih?" tanya Dikta yang membuat Tara terkejut lagi. Tara lupa kalau ada Dikta disini.

Tara mendengus kesal, "Au, orangnya udah pulang!"

"Terus, sekarang lo mau ngapain?"

"Nanya mulu lo kayak tamu,"

"Daripada lo cemberut kayak gitu, mending kita makan. Mau ga?"

Kebetulan banget. Tara cuma baru makan gulali tadi. Perut Tara juga udah keroncongan. Tara mau terima ajakan Dikta tapi gengsi, tapi kalo nolak, Tara bisa kelaparan.

"Makan nasi uduk aja, tadi sih gue liat disini ada tenda nasi uduk gitu."

Ah, nasi uduk pula. Tara mulai tergoda.

Dikta terkekeh, "Gue bayarin deh,"

Aduh, dibayarin pula. Tara semakin tergoda.

Dikta terkekeh lagi, "Gue hitung dari lima sampe satu kalo lo gak jawab juga, gue tinggal. Makan sama traktirannya hangus!"

DiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang